"Dengan ini aku menjatuhi hukuman mati pada Ratu Roseanne Teodor atas percobaan pembunuhan pada istri kaisar beserta calon darah daging kaisar!"

Putusan siang tadi yang diberikan Jethro, suaminya sekaligus Sang Kaisar masih terngiang di kepalanya. Tangis dan rasa sedih yang dirasakannya saat siang kini berganti rasa marah.

Rose benar-benar marah sekaligus kecewa akan putusan yang Jethro berikan padanya, ia benar-benar tak menyangka pria yang sudah berbagi cinta dan kasih dengannya selama lebih dari 5 tahun nyatanya sampai hati menjatuhinya hukuman mati.

Namun yang paling membuat Rose marah, semua yang dituduhkan padanya tidaklah benar adanya. Ia memang pernah berencana menyingkirkan Fasyalla, tapi ia tidak akan melakukan tindakan bodoh dengan meracuni permaisuri itu depan mata Sang Kaisar. Apalagi dengan kondisinya yang tengah mengandung keturuna pertama kaisar.

Malam kian larut, Rose kini hanya mampu berbaring diatas lantai dingin penjara dengan pandangan kosong. Sudah beberapa jam berlalu sejak Fasyalla mengunjunginya.

Rasa kecewa, amarah, dan kesedihan berpadu sempurna dalam diri Rose. Tak cukup menghancurkan hatinya dan menginjak harga dirinya sebagai seorang Ratu, kini Jethro pun bahkan menginjak harga dirinya sebagai Putri dari seorang Grand Duke.

Bagaimana bisa Jethro dengan mudahnya mengangkat seorang Putri Baron yang jauh lebih rendah darinya untuk menjadi seorang Ratu? Satu hari setelah kematiannya nanti? Bagaimana bisa?

Rose kembali memejamkan matanya, saking besarnya rasa sakit dan luka pada hatinya saat ini, ia bahkan tak sanggup untuk kembali mengeluarkan air matanya.

"Anda beserta keluarga Grand Duke Dallington hanya perlu membantu saya untuk menyingkirkan Kaisar saat ini sekaligus melakukan kudeta di kekaisaran ini."

Di tengah keputusasaannya, Rose tiba-tiba saja teringat dengan percakapannya dengan pria itu beberapa waktu yang lalu.

"Kalau Anda membutuhkan saya, Anda hanya perlu bersiul sebanyak tiga kali sambil memanggil nama saya dalam hati Anda. Apa pun yang terjadi dan kapan pun itu, akan saya pastikan kedatangan saya setelah Anda melakukan hal itu."

Untuk kedua kalinya, ucapan pria yang sama terlintas dalam pikirannya.

Harapan terakhir. Ucapan-ucapan pria itu menjadi harapan terakhirnya saat ini.

Aku tidak ingin mati sia-sia seperti yang diharapkan oleh wanita sialan itu. Aku tidak akan pernah merelakan tahta Ratu pada wanita rendahan sepertinya.

Rose memutuskan membuka matanya seraya perlahan bangkit duduk di atas lantai penjara yang dinginnya terasa kian menusuk kulitnya.

Sesaat Rose menarik napas dalam, sebelum kemudian kembali memejamkan matanya. Lalu detik setelahnya, bibirnya mulai bersiul.

Dwayne de Cladious aku memanggilmu.

Tepat saat Rose akan kembali memejamkan matanya untuk melakukan hal yang sama, pupilnya justru malah menangkap keberadaan seekor kupu-kupu kecil yang masuk melewati celah jeruji penjara.

Kupu-kupu kecil berwarna biru itu entah kenapa tampak begitu bercahaya di tengah gelapnya malam saat ini. Terlihat begitu cantik di mata Rose.

Di tengah kekagumannya akan kecantikan kupu-kupu tersebut, tiba-tiba saja sebuah cahaya yang begitu menyilaukan muncul dari kupu-kupu itu.

Saking menyilaukannya, membuat Rose harus menutup matanya yang sudah terpejam dengan kedua tangannya. Namun tak berselang lama, cahaya itu kian meredup.

"Aku pikir di saat-saat terakhir ini kamu tetap tidak akan memanggilku,"

Begitu mendengar suara tersebut, Rose seketika kembali membuka matanya.

The Abandoned QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang