"Ya, lo juga sana," Rea beralih menatap Bara yang sedari tadi memperhatikannya. Cowok itu segera mengalihkan tatapannya saat Rea menatapnya. "Lo juga sana, Bar. Gue tau lo kaya tapi masa mau nolak rejeki," Bara tersenyum mendengar perkataan Rea.

"Ya kalo lo maksa, gue mau."

"Gak ada yang maksa sih sebenernya," Rea memandang Bara dengan bibir atas mengerut naik. Bara yang melihat ekspresi gadis itu terkekeh pelan.

"Rea, kamu baik banget sih," Rea menoleh ke Vanya yang memujinya, bibirnya ia kulum sambil menampakkan ekspresi seolah-olah tengah tersipu malu oleh pujian gadis itu.

Rea menutup mulutnya dengan tangan sekilas. "Iya dong," balasnya dengan nada sombong sambil mengibaskan rambutnya yang tergerai setengah kencang-kencang hingga mengenai wajah Savita.

"A a a, sakit, Sav!" Rea merintih saat rambutnya yang tadi mengenai Savita ditarik oleh gadis itu.

"Makanya kalo ngibasin rambut diliat-liat!" ucap Savita kesal sambil melemparkan rambut Rea yang tadi ia tarik ke wajah Rea. Gadis itu mengerucutkan bibirnya ketika rambutnya menampar wajahnya sendiri.

"Oh iya, Sav. Mau nambah jajan gak? Mumpung ditraktir Rea, kan?" Vanya menatap Savita dengan kedua alis terangkat antusias. Savita yang diajak bicara menatap Vanya dengan kening berkerut bingung.

Rea yang mendengar perkataan Vanya melirik ke arah Bara, menahan senyum sambil berdiri dan menyenggol lengan Savita.

"Ayo nyari jajan lagi, sama gue!"

"EH GAK USAH, RE!" Rea dan Savita melotot mendengar Vanya yang memekik histeris ketika melihat Rea sudah berdiri dan hendak keluar dari kursi kantin diikuti Savita. "Eh, anu. Maksudnya, Savita sama aku aja nyari jajannya. Kamu di sini aja, kamu pasti capek kan jalan dari kelas ke sini. Udah kamu duduk aja, nanti aku ambilin jajan buat kamu juga kok, ya kan?" Vanya menatap Savita meminta persetujuan, berharap diiyakan oleh gadis berkacamata itu.

"Tapi gue kan juga dari ke-"

"Ya kan, Sav?" Vanya memotong perkataan Savita dengan tersenyum kelewat manis membuat Savita terpaksa mengangguk sebagai jawaban, dengan buru-buru Vanya berdiri dan menarik tangan Savita agar menjauh.

"Loh, eh? Ini uangnya!" Rea melambaikan tangan kanannya yang memegang uang berwarna merah selembar ke Savita dan Vanya yang sudah menjauh.

"Nanti aja, Re!" Vanya menjawab sambil menoleh sekilas sebelum melanjutkan langkahnya bersama Savita ke arah deretan penjual di kantin.

"Ck, haish. Anak itu," Rea berdecak dan mendesis karena kalah cepat dengan Vanya. Rea menatap ke arah Bara curiga. "Dia lo apain anjir? Sampe kabur gitu?" nada tidak percaya dengan kening berkerut.

"Ha? Gak gue apa-apain kok," Bara menjawab sambil menggeleng pelan, dalam hati berterimakasih pada Vanya yang peka terhadapnya. Rea yang mendengar jawaban Bara menoleh bingung ke arah Vanya dan Savita yang semakin menjauh dengan tangan kiri yang menopang dagu.

"Masa iya dia takut sama lo?" Rea menoleh lagi ke Bara, memundurkan kepalanya sedikit dan memperhatikan cowok itu dengan kening berkerut. Bara yang diperhatikan seperti itu menahan diri untuk tidak bergerak, takut-takut jika terlihat dirinya salah tingkah. "Iya sih, muka lo agak serem."

Bara mendelik tidak percaya ke arah Rea yang mengatainya sangat lancar meski di depannya langsung.

"Santai aja, ntar matanya keluar," Rea terkekeh pelan melihat ekspresi wajah Bara. "Oh iya, tadi bayar nasi gorengnya make uang siapa?" ia bertanya lagi setelah menghentikan kekehannya.

"Pake uang gue," jawab Bara sambil mengubah posisinya yang semula kedua tangannya bertumpu pada kursi, beralih bersedekap di atas meja. Rea mengangguk-anggukkan kepalanya, tangannya merogoh saku seragamnya, mengeluarkan selembar uang berwarna biru dan menyodorkannya pada cowok itu.

"Nih. Kurang gak?" Bara tidak langsung menerima uang itu, namun memandanginya terlebih dahulu. "Kurang ya?" Bara menggeleng pelan sebagai jawaban tapi tetap tidak segera menerimanya. "Ini ambil," Rea semakin mendekatkan sodorannya ke Bara. "Gak usah sungkan. Kan udah gue bilang gue yang bayarin," Rea menarik sebelah tangan Bara, menaruh uangnya di atas tangan itu, kemudian membuat tangan Bara agar tergenggam.

Bara tersenyum menatapi tangannya, "Makasih," ucapnya sambil menatap Rea. Rea mendelik tidak percaya dengan reaksi Bara yang tidak mencerminkan anak orang kaya, tapi lebih ke orang yang mengalami kanker (kantong kering) mendapatkan uang untuk mengisi kantongnya yang sudah kering kerontang berbulan-bulan.

"Duh, lo kayak orang gak punya duit dapet rejeki aja reaksinya," Rea menggelengkan kepalanya tidak percaya sambil terkekeh. Keduanya berbincang-bincang santai sambil menunggu Savita dan Vanya kembali.

"Lo kenapa, dah?" Vanya menoleh ke arah Savita dengan kedua alis terangkat dan senyuman di bibir.

"Apa?" tanya Vanya memastikan.

"Lo kenapa tiba-tiba ngajak ambil jajan tambahan?" Savita menaikkan sebelah alisnya.

"Ya, gak papa. Pengen aja," jawab Vanya sekenanya sambil mulai memilih camilan yang berjejer di kantin khusus makanan ringan.

"Lo pengen ninggalin Rea sama Bara?" Savita menatap penuh selidik ke arah Vanya yang sibuk memilih jajanan. Gerakan Vanya tertenti ketika mendengar pertanyaan Savita yang on point. Ia menoleh ke arah Savita sambil tersenyum lebar.

"Maksudmu apa sih?" kemudian terkekeh pelan dan memilih camilan lagi.

Savita menyipitkan matanya dengan bibir tertekuk ke bawah. Jangan bilang kalau Vanya juga ingin menjadi mak comblang antara Vanya dan Bara. Jika itu benar, ia benar-benar tidak habis pikir.

Tapi dilihat dari tingkah Vanya, jelas ini pertanda bahwa ia meninggalkan Rea dan Bara itu adalah sebuah kesengajaan. Setahunya, selama ini Vanya tidak banyak tingkah. Jika sudah pesan makanan berat, ia tidak pernah membeli cemilan.

Ia jadi heran dengan kedua temannya, bisa-bisanya mereka berdua ingin mendekatkan satu sama lain dengan orang yang sama.

Kalau Bara tahu ini, bagaimana perasaannya ya?

•••••

makasih buat yg udh komen-komen ya, aku bacain semua kok meski ga ku bales semua. makasih juga buat vote-nya

oh ya, buat kalian yg nge-follow aku dan mau di follback, bisa bilang lewat dm atau pesan di wall ya. nanti aku follback. makasih🤗❤

Am I Antagonist? Where stories live. Discover now