"Kata siapa," jawab Bara tanpa menatap Vanya karena salah tingkah.

Dalam hati ia bertanya-tanya, apakah rasa sukanya pada Rea terlihat begitu jelas? Apakah usahanya untuk terus terlihat biasa saja di hadapan Rea itu sia-sia?

Padahal selama ini ia memendam perasaannya karena ia tahu Rea hanya mencintai Nathan dan tidak mungkin berpaling padanya. Karena kenyataan itu terus menghantui pikirannya di saat pertama kali ia menyadari rasanya pada Rea, ia memilih memendam perasaannya hingga hilang sendiri.

Tapi nyatanya, perasaan itu belum hilang sampai saat ini. Malah terasa semakin menjadi-jadi, apalagi saat menyaksikan Rea memutuskan Nathan pagi-pagi di kelas waktu itu.

Katakan ia jahat saat ia merasa lega dan senang melihat Rea memutuskan Nathan, padahal waktu itu gadis itu ditampar dan didorong oleh Nathan hingga bibirnya berdarah dan lengannya memar.

Tidak bisa di pungkiri, waktu itu ia ingin sekali melindungi Rea dan membalas perbuatan Nathan. Tapi, ia takut.

Takut jika rasa sukanya pada gadis itu diketahui banyak orang dan membuatnya tidak bisa mengontrolnya. Takut jika sudah seperti itu, tapi Rea pada akhirnya tetap kembali pada Nathan seperti putusnya hubungan mereka sebelum-sebelumnya.

"Kalo suka ya mulai gerak, Bar. Nanti keburu Rea deket sama yang lain," Bara menatap sinis ke arah Vanya, membuat gadis itu terkekeh pelan karena tahu bahwa tebakannya benar.

Suasana kantin mulai ramai oleh anak dari kelas lain karena bel istirahat sudah berbunyi beberapa menit yang lalu.

Anak-anak yang baru masuk ke kantin itu kebanyakan fokus pada meja dimana Bara duduk berdua dengan Vanya. Memperhatikan interaksi keduanya yang terlihat akrab dari jauh.

Beberapa ada yang berbisik-bisik saat melihat Vanya terkekeh pelan. Gadis yang selalu murung itu nampak cantik dengan senyuman di bibirnya. Kejadian langka itu semakin menjadi buah bibir karena Vanya mampu menunjukkan ekspresi itu hanya saat berhadapan dengan Bara.

"Bara sama Vanya deket ya?" Vano bertanya sambil menyenggol lengan Leo. Cowok memiliki nama mirip dengan zodiak berlambang singa itu mengendikkan bahunya.

"Masa Bara suka sama Vanya?" Vano lagi-lagi melemparkan pertanyaan dengan mata yang masih memperhatikan kedua manusia yang duduk tak jauh dari mereka.

"Mungkin," Vano dan Leo menoleh dengan mata mendelik ke arah Ricard yang baru saja buka suara. Sedangkan Agam memilih diam sambil memperhatikan Bara dan Vanya.

"Kok mungkin?" Vano mengerutkan keningnya penasaran.

"Bara gak pernah ikut nge-bully Vanya."

••••

"Oh, jadi ini cewek yang caper ke Agam waktu gue gak masuk?"

Rea dan Savita yang mulanya berjalan hendak menuju toilet sambil berbincang harus menghentikan langkahnya. Rea mengerutkan keningnya bingung saat menyadari bahwa mereka dihadang oleh tiga orang gadis.

Rea menoleh sekilas ke arah Savita, sebelum kembali meneliti gadis di depannya satu persatu. Dua orang yang berdiri di belakang pernah ia lihat, jika ia tidak salah mereka adalah Laura dan Kayla. Berarti sudah pasti yang di depan dan tengah bersedekap dada itu adalah Kiranti.

Untuk memastikan tebakannya benar, Rea melirik nametag-nya yang tertulis 'Kiranti Aruma Dewi'. Gadis itu mengangguk samar ketika tahu tebakannya benar.

Savita menarik tangan Rea, hendak mengajak gadis itu untuk kembali ke kantin. Tapi tampaknya Rea tidak ingin menuruti Savita, gadis itu kini malah menatap Kiranti dengan kedua alis terangkat setelah menepis pelan tangan Savita yang menariknya.

Am I Antagonist? Where stories live. Discover now