1 : Heroik

750 99 6
                                    

Tubuh itu membatu, matanya terbelalak menatap lurus kedepan, pria itu bahkan tidak goyah dari posisinya berdiri, wajahnya yang menunduk kearah samping hanya membuat semua semakin meyakinkan kalau Valesa sudah salah mengambil tindakan.

Tas selempang berisi kamus bahasa Inggris setebal kitab suci itu jelas menghantam telak kepala pria didepan sana dan dia bahkan tidak oleng.

Menelan ludahnya mata Valesa tidak dapat teralihkan dari dua buah taring yang tampak menjadi penarik perhatian terkuat selain wajah tampan yang masih dapat Valesa liat dengan bantuan cahaya bulan.

Tapi siapa yang peduli dengan wajah tampan ketika tatapan tajam menakutkan itu seolah siap merasukinya.

Bibir gadis itu bergetar, "kau tahu, akuu ...."

"Aku ... Aku percaya Tuhan, kau tidak akan kau tahu merasuki ku bukan?" menggigit bibirnya kaki Valesa terasa beku tidak ingin bergerak meninggalkan tempatnya berdiri.

Alis pria itu naik, berdiri tegak memperbaiki posisinya, ia menatap Valesa lurus.

"Kau pikir aku hantu?" gigi taring itu tampak semakin menarik perhatian. Ya Tuhan, dia bahkan belum sempat menikmati libur kerja dua harinya.

"Vampir bukan hantu?" pertanyaan itu sontak tecetus dari bibirnya, sempat-sempatnya dia bertanya!!

Mengusap dagunya pria itu melangkah mendekat.

Sialan! Kaki Valesa terasa semakin menempel ditanah.

"Entahlah, kau tahu, aku hidup dan tidak pernah dikubur, apa memenuhi kriteria?"

Pria itu sudah didepannya, tinggi sekali! Tubuh Valesa bergetar, takut!!

Tangan dingin itu bergerak, meletakan beberapa helai rambut gadis ketakutan itu kebelakang telinga, menyentuh leher Valesa lembut, jari-jari dingin itu membuat kulit Valesa merinding.

Menelan ludahnya, nafas Valesa naik turun, dia harus bagaimana?!

"you ruined my dinner time."

------(T_T)------

Kumohon Valesaku, cintaku, sayangku gantikan shift ku malam ini." Suara di sebrang telpon membuat gadis berambut coklat itu memutar matanya bosan.

"Aku sudah menggantikan shift mu kemarin lusa, dan kau ingin aku menggantikanmu lagi? Tiga hari berturut-turut aku melakukan shift malam Daisy." Valesa melayangkan protesnya, menyusun buku-buku diatas meja, gadis itu mengapit ponsel pipihnya diantara telinga dan bahunya.

"Aku tahu aku minta maaf, aku janji ini yang terakhir minggu ini. Kau tahu kencan butaku berjalan lancar, pria itu lebih tampan dari Jack, dan aku rasa akhirnya aku bisa move on." Daisy memohon, berusaha meyakinkan Valesa untuk menggantikan shift nya malam ini. Daisy, salah satu teman dekat Valesa, mereka dekat karna kerja di satu tempat yang sama.

Menjaga Mini market didekat kampus bergatian dalam seminggu, jika Valesa menjaga di hari senin maka Daisy hari berikutnya.

Mempertimbangkan permohonan sahabanya itu Valesa terdiam sebentar, sebenarnya itu akan sangat bagus jika Daisy benar-benar berhasil dengan kencan butanya dan mengakhiri masa galaunya, Valesa akhirnya bisa mengistirahatkan memorinya dari kisah galau perempuan budak cinta yang diselingkuhi berkali-kali yang sedang berusaha membuka matanya agar tidak terus-menerus mengharapkan seseorang yang tidak sepantasnya diharapkan.

Mengehela nafasnya lelah, Valesa memejamkan matanya pasrah, "baiklah, tapi ini yang terakhir kau dengar! Setelah ini kau harus menghati shiftku dua kali."

Kalau dipikir-pikir lumayan juga, setidaknya dia bisa libur 2 hari.

"Aku tahu kau memang cintaku, terimakasih kau yang terbaik Vale!" sorakan bahagia terdengar di ujung telepon, biarkan saja Valesa temanmu sedang berusaha move on, jelas itu tidak mudah jadi dukung saja.

"Aku akan pergi sekarang, jadi kumatikan telfonnya." Mengambil ponsel disela bahu dan pipinya, Valesa melirik jam, sudah pukul tiga sore.

Melangkah meninggalkan kelas yang sudah sepi. Masih tiga jam sebelum shiftnya dimulai, jadi Valesa putuskan untuk pergi ke perpustakaan dan mereview tugas yang baru saja diberikan Dosennya tadi.
.
.
.

Gadis itu menguap, melirik jam digital pada layar komputer didepannya. Sudah lewat pukul 10 malam, mengetuk meja kasir dengan jarinya sebentar lagi mini market ini akan tutup namun bossnya belum juga terlihat.

Berdecak kesal, Valesa memutar bola matanya sadar dia akan pulang terlambat malam ini.

Suara pintu yang terbuka membuat Valesa menoleh, bossnya disana beradu pandang dengan Valesa lengkap cengiran bodohnya.

"Maafkan aku Valesa sayangg, ugh ini dan itu banyak hal menghambat ku malam ini." wanita di usia dua puluan itu mendekat, menenteng sebuah paper bag ditangannya, kemudian menyerahkannya pada Valesa.

"Maafkan aku, ambil kue ini sebagai permohonan maafku, oke. Aku tahu aku salah."

"Aku akan percaya saja omonganmu Kak, dan terimakasih." menyambut kue itu dengan suka cita, ini gratis dan merupakan kopensasi dari pulang telatnya malam ini, lagi pula Tante Lis, Boss mini market ini adalah wanita baik yang selalu friendly  dengan semua kariawannya.

"Aku akan pulang duluan Kak Lis, terimakasih kuenya." Valesa tersenyum senang, mengambil tas selempangnya Valesa bergerak keluar dari kasir.

"Kau tidak ingin pulang bersamaku? Tapi mungkin kau harus menunggu satu jam-an." wanita itu membukakasir memriksa uang dan kopian nota belanja hari ini.

"Tidak kurasa, tidak apa-apa." Lagi pula tempat tinggal Valesa tidak terlalu jauh,  dan Valesa selalu membawa semprotan cabai untuk menjaga diri.

Melangkah keluar mini market, jalanan masih cukup ramai dengan orang yang berlalu lalang.

Menggegam tasnya erat-erat Valesa melewati taman, samar samar suara perselisihan terdengar jelas.

"Aku rasa aku sudah terlalu sering mengingatkanmu Leo." suara tajam seseorang terdengar.

"Dengar Bryan, kau tau maafkan aku." suara lain terdengar tampak bergetar. 

Menahan nafasnya, Valesa melambatkan langkah kakinya, mencari sumber suara gadis itu menoleh ke kiri dan kanan perlahan-lahan.

"Sungguh maafkan aku, kumohon Bryan."

suara itu semakin jelas, Valesa mengintip dibalik pohon dengan batang lebar didepannya, mereka ada diujung taman sebelah kamar mandi, cahaya lampu yang tamaran dan sedikit cahaya bulan tetap membuat Valesa kesulitan melihat apa yang tengah terjadi.

"Kau tahu ini tidak akan cukud Dan ini adalah kesalahanmu, aku lapar dan kurasa ini saatnya kau mendapatkan balasan, mungkin darahmu bisa membuatku kenyang dalam beberapa minggu, benar Leo?"

Mata Valesa membelalak apa? Dia salah dengar bukan, melelan ludahnya gadis itu tampak jelas melihat pria tinggi yang di panggil Bryan itu mendekati orang didepannya. 

Menutup mulutnya rapat-rapat Valesa hampir memekik ketika matanya menangkap gambaran tarik panjang pada pria bernama Bryan tersebut.

"Bry ... Bryan, ku mohon kau jangan bercanda!" suara sang korban didepan sana tampak begitu bergetar, tanpa aba-aba kerah baju Leo di cengkram kemudian di tarik mendekat.

Bergerak panik, Valesa tanpa pikir panjang melompat keluar dari persembunyiannya.

"HENTIKAN!" dalam sekejap tas ditangannya melayang menghantam kepala pria bertaring itu dengan kuat.

"Oh shit!" Valesa memaki dalam hati.

Dia dalam masalah!

Kalian tahu, saya gabut wkekwkkwkwk.  saya bahkan engga sempet bikin covernya, itu asal simpen aja dari pinterest ╮(─▽─)╭
Semoga suka oke!

Little Bloody PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang