Ezagar

10 1 0
                                    

 Dahulu kala, berdirilah sebuah bangsa bernama Ezagar. Awalnya Ezagar adalah bangsa yang hidup dalam kedamaian, namun kedamaian  itu berubah menjadi sebuah kehancuran. Warga Ezagar mulai kehilangan jati diri mereka, berperang satu sama lain merebutkan harta, dan juga kehidupan. 

"Ibu? Ibu di mana?"

"Ibu? main petak umpetnya udah selesai, Ibu di mana?" Suara dari gadis kecil membuat para pemburu disekitarnya mengalihkan pandangan mereka ke gadis kecil itu.

 Para pemburu mendekat ke gadis kecil yang sedang ketakutan itu. Gadis kecil itu tak tau apa yang sedang terjadi, dia hanya ingin bertemu dengan Ibunya.

"JOVANKA! LARI DARI SANA NAK! CEPAT!" Jerit seorang wanita yang berlari menenteng sebuah jubah.

"IBU!" Jerit gadis kecil bernama Jovanka itu.

 Ibu dari Jovanka terus mempercepat larinya, Jovanka juga berlari menuju Ibunya, namun para pemburu tak membiarkan Jovanka lari begitu saja dari perhatian mereka, mereka menyusul Jovanka yang berusaha mempercepat langkahnya agar dia sampai ke genggaman Ibunya.

"Jovanka, terus lari nak jangan sampai mereka menangkapmu!" Pekik Sang Ibu.

 Jovanka terus berlari, Sang Ibu membuka lebar kedua tangan nya menyambut Jovanka, namun tepat setelah Ibunya menangkap Jovanka, aliran listrik menyetrum telapak tangan Ibunya yang membuat genggaman tangan mereka terlepas, dan membuat jarak diantara Ibunya serta Jovanka teraliri oleh listrik yg entah datang dari mana, hingga para pemburu mulai berdatangan ke arah Jovanka yang tak sadarkan diri.

"Men-menjauh dari anak saya." Ujar Ibunya Jovanka dengan suara terbata-bata akibat rasa sakit dari luka dimatanya.

 Para pemburu tetap melanjutkan langkah mereka menuju Jovanka seolah-olah mereka tak mendengar apa yang dibilang oleh Ibunya Jovanka. Ibunya Jovanka mulai bangkit dari tempatnya terjatuh, dia tertatih-tatih melangkah menuju putrinya yang sudah mulai terkepung oleh para pemburu. Ibunya Jovanka mengumpulkan semua energi di sekitarnya, dan menutup matanya agar dapat berkonsentrasi serta fokus pada pengumpulan energinya.

"Jujika huresi namada kojikun jiose,"  ucap Ibunya Jovanka membacakan mantra.

 Awan seketika berubah menjadi mendung, petir di mana-mana, angin kencang berhembus yang membuat pohon-pohon di sekitarnya melambai-lambai seolah-olah ada badai kencang yang menerpa.

"Neuja gameda." Pengucapan mantra terakhir membuat awan bergemuruh, lalu hujan deras pun turun.

 Tiba-tiba ada sekilat cahaya yang muncul dari dalam diri Jovanka, sekilat cahaya itu juga membawa tubuh kecil Jovanka terbang. Jovanka yang tadinya tak sadarkan diri, sekarang matanya terbuka dengan pupil matanya yang berubah menjadi merah ke kuningan

"Jovanka..." Lirih Ibunya Jovanka menatap putrinya nanar.

 Jovanka yang merasakan kehadiran Ibunya pun melirik ke arah Ibunya yang sedang terduduk dengan tatapan nya yang masih setia menatap dirinya.

"Ibu..." Gumam Jovanka.

"Iya nak, ini Ibu." Ibunya Jovanka kembali merentangkan tangan nya.

 Jovanka turun dengan tubuhnya yang masih mengeluarkan cahaya, tangan nya juga masih teraliri listrik, dan yang paling penting adalah pupil matanya yang sudah berubah.

"Ibu, Jovanka takut..." Lirih Jovanka dengan tubuh menggigil.

"Tenang ya nak, Ibu di sini sama Vanka." Ucap Ibunya Jovanka dengan tatapan hangat.

 Tapi tidak semulus yang dikira, para pemburu masih setia mengikuti ke arah mana perginya Jovanka. Ibunya Jovanka yang sadar bahwa anaknya dalam bahaya pun langsung bangkit dengan Jovanka yang berada digendongan nya.

Weakened worldWhere stories live. Discover now