Tiga

72 14 3
                                    


Apa ini cinta ? Bagaimana menyebutnya, tentang ia dan gadis mungil bernama Jieun itu atau tentang ia dan Taehyung. Mana yang bisa disebut cinta atau mana yang benar-benar membuatnya jatuh cinta ? Taehyung, tentu dia yang bisa membuatnya dunianya mengindah entah dengan caranya yang aneh atau hanya dengan memandang wajah tampan cantiknya. Sedang Jieun, sekalinya datang ia begitu menghentak, terasa megah dan begitu sulit membuang sosoknya di otak dan hatinya, hanya dengan mengingat malam itu saja hatinya berdenyar tak karuan. Apa boleh ia begitu serakah, menginginkan keduanya ?

“Jungkook.” Jimin mendekat sambil memberi kode untuk mengikutinya keluar ke arah balkon. Sebenarnya dorm sedang sepi masing-masing pulang ke apartemen dan rumah masing-masing, entah mengapa Jimin memilih untuk bicara di luar. Cuaca lumayan dingin by the way.

“Taehyung mengambil staf pribadi, kau tahu ?” Tidak sebenarnya tapi ia mengangguk saja hanya karena tak mau memperpanjang percakapan ini.

“Yah setidaknya dia bicara padamu, itu bagus. Tapi apa kau tau siapa staf barunya ?” Sial! Kalau begini tetap saja akan ketahuan ia tak tau apa-apa tentang apa yang Taehyung lakukan di belakangnya.

“Belum, aku belum dikenalkan.” Setidaknya Jimin tak tahu benar ia sedang berbohong.

“Ini temannya, Jieun. Dan kau tau siapa dia kan, Taehyung pernah cerita ?” Jungkook mengusap wajahnya pelan, berusaha tenang menyembunyikan cemas diwajahnya. Sumpah detik ini juga ingin rasanya Jungkook berteriak sekedar melepaskan resahnya yang luar biasa.

“Iya, sepertinya tak masalah hyung kalau itu pilihan Taehyung.” Ia berbicara setenang mungkin, berharap Jimin tak menemukan nada cemas dalam kalimatnya.

“Kalian sedang baik-baik saja kan ?” Jungkook mengangguk meski tak yakin Jimin akan percaya tapi setidaknya percakapan tentang Jieun dan Taehyung akan berhenti sampai di sini, ia terlalu resah saat ini. Jungkook masuk begitu saja dan bergegas ke kamarnya.
 
##
 
“Harus sekali Jieun ?!” Nada Jungkook meninggi tanpa dapat ia cegah, smirk singkat di wajah Taehyung semakin membuatnya emosi.

“Kenapa tidak, kamu sangat terganggu ? “

“Hyung memang mau memperpanjang ini ya ?”

“Jawab pertanyaanku dengan jawaban Joen, bukan dengan pertanyaan lain.” Taehyung menggeram marah, mereka seperti benar-benar akan meledak malam itu. Jungkook sadar, ia lalu mencoba menurunkan emosinya.

“Aku mau semuanya kembali baik-baik saja hyung, seperti semula. Aku hanya minta waktumu, bukan malah membawa masalah baru.” Ia bicara selembut mungkin, menangkap kedua tangan Taehyung berharap kekasihnya luruh.

“Aku mencoba menyelesaikan masalah lama dan aku pikir hanya dengan menghadapinya lalu masalah ini akan selesai. Ini bukan masalah baru Joen, kamu tau benar itu. Hanya dengan menghadapinya dan aku kamu akan tau benar perasaanmu, lalu akhirnya hanya ada dia atau aku!”

Wajah Taehyung terlihat frustasi saat bicara, Jungkook tau benar kekasihnya juga tak menyukai keadaan seperti ini. Sifatnya yang keras kepala sajalah yang membuatnya mengambil keputusan ekstrim seperti ini. Dan ini semua karena dirinya, dirinya yang menurut Taehyung tak pernah kembali utuh. Ia sedikit mengerti maksud Taehyung.

##

“Jieun, kamu bisa tukar kemeja Joen dengan ini. Aku mau pakai yang putih gading.” Taehyung menyahut lembut sambil mengangsurkan kemeja yang sempat ia coba, menyuruh gadis mungil itu untuk memberikannya pada Jungkook.

Rahang Jungkook mengeras menahan amarah yang sangat, Jieun mendekat sambil membantu memakaikan kemeja itu seperti cordi lainnya. Tak ada yang special sebenarnya, hanya mereka bertiga yang tau apa yang bergejolak di ketiga kepala masing-masing.

Hey, i miss you tooWhere stories live. Discover now