"Kunci motor kamu mana?" Aku mengeluarkan kunci dari saku belakang celana.

Andi membuka kunci ganda motor, menyalakannya dan mengeluarkannya.

"Motor kamu?" Tanyaku ketika Andi memintaku naik ke jok belakang.

"Aku naik ojek tadi."

"Serius?" Aku duduk dibelakang Andi. Andi menjalankan motor menaiki bukit kecil. "Kita mau kemana?"

"Ke tempat yang bisa bikin kamu nangis all out, Aya."

Kalau saja hubungan kami seperti dulu, aku pasti akan mencubit perutnya.

***

Andi mengajakku ke hotel tempat dia menginap di daerah Sanur. Aku dan Nina pernah berencana untuk menginap disini, Hyatt Regency.

"Aku inget kamu pernah cerita pengen nyoba nginep di hotel ini." Kata Andi sambil menempelkan key card pintu kamarnya.

Kamar Andi menghadap kearah taman. Aku mengarahkan langkahku ke teras yang menghadap taman.

"Cuman ada air mineral, Ya." Andi menghampiriku, memberi air mineral. "Atau kamu mau pesan minuman lain?"

Aku menggelengkan kepala, tanda tidak perlu. Andi berdiri disampingku, baik aku maupun Andi sama-sama membisu, menikmati pemandangan didepan kami.

Sepanjang perjalanan dari Uluwatu ke Sanur juga sama. Kami diam. Tidak mengobrol sama sekali. Terlalu banyak kata yang ingin aku katakan pada Andi tapi aku binggung harus memulai dari mana.

Andi menghembuskan napasnya, memecah kebisuann diantara kami. Andi duduk di kursi tepat dibelakang tempat kami berdiri.

"Duduk, Aya." Serunya.

Aku melangkah ragu ke arah kursi didepannya yang dipisahkan meja bundar kecil.

Andi menatapku. Tatapannya seperti menuntutku untuk mengeluarkan apa yang ada diisi pikiranku saat ini. Aku membuka segel botol air mineral yang tadi Andi berikan padaku. Namun sepertinya tenagaku entah hilang kemana hingga membuka tutup botol saja aku tidak bisa.

Andi tertawa, mengambil botol air mineral, membukanya tanpa kesulitan kemudian memberikannya padaku. Aku minum dibawah tatapan Andi.

"Aya, kamu nggak mau ngomong apapun?"

"Kenapa kamu disini?" Dari sekian banyak hal, aku malah menanyakan hal ini lagi.

"I miss you." Andi tersenyum, "Aku udah bilang tadi di pantai."

"Kenapa sekarang?" Aku menggelengkan kepala, meralat pertanyaanku, "Kenapa kamu baru datang nemuin aku sekarang?"

Andi mengalihkan tatapannya ke botol air mineral yang digenggamnya.

"Aku nggak pergi Aya."

Aku diam. Memberikan Andi waktu untuk melanjutkan kembali apa yang ingin dia sampaikan.

"Malam itu, malam kamu putusin aku. Aku ada di resto sebelah. Nunggu kamu keluar, mastiin kamu baik-baik aja." Andi menatapku, "Tapi aku terlalu pengecut untuk balik ke kamu dan bilang maaf."

"Aku udah ngucapin kata-kata yang nyakitin kamu." Andi meletakkan botol mineral, tangannya menggenggam tanganku.

"Aku nggak tahu harus mulai dari mana." Ucapku, "Kamu salah tapi aku juga salah." Aku membalas tatapan Andi, lalu berpaling ke taman. "Aku nggak mau membela diri Andi. Dalam hubungan ada dua orang. Kalau hubungannya bermasalah berarti ada dua orang yang salah, bukan cuman satu pihak saja."

"Aku bermasalah. Maksudnya aku punya masalah dengan diri aku sendiri. Aku terlalu sibuk membandingkan diri dengan Renata. Lihat Renata rasa insecure aku makin menjadi-jadi."

Insecurity (TAMAT)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz