"Sepertinya kau sibuk. Bukankah kau seorang guru? Lebih baik kau segera pergi ke sekolah. Ah, tolong buatkan surat izin untuk Yoojung. Aku ingin ia beristirahat lebih lama untuk kesembuhannya."

Tak bisa menolak, Jungkook hanya mengangguk kecil. "Baiklah." Ia hendak berbalik dan berjalan keluar rumah, namun berhenti dan kembali mendekati Taehyung dengan tatapan tajam. "Dengar! Lebih baik kali ini kau benar-benar menjaga Yoojung."

Bajingan ini tak tahu sudah berapa orang yang mati karenanya. Setelah Soojin, ia tak akan membiarkan kejadian mengerikan kembali terulang. Yoojung harus bahagia. Jungkook akan memastikan hal itu.

Taehyung tersenyum tipis, ekspresi wajahnya terlihat tenang dan sedikit mengganggu Jungkook. Pria bermarga Kim itu lantas maju selangkah lebih dekat pada Jeon Jungkook.

"Jangan khawatir. Aku akan mengurusnya."

***

Seperti yang telah Taehyung minta, Yoojung izin tidak berangkat sekolah selama seminggu. Dan ini baru hari kedua ketidakhadiran Yoojung di sekolah sudah cukup membuat Jungkook merasa khawatir.

Kenapa gadis itu tidak menghubungi? Apakah gadis itu baik-baik saja? Bagaimana dengan lukanya?

Beribu bertanyaan terus berloncatan dalam benaknya. Ia bahkan mengirim pesan kepada Yoojung tempo hari, dan hingga hari ini belum ada balasan sama sekali. Jungkook menghela nafas resah membuat telinga Hoseok teriritasi yang duduk di sampingnya.

"Berhenti menghela nafas, kau membuat telingaku sakit." Hoseok menegur Jungkook. "Kenapa? Ada masalah?"

Jungkook hanya tersenyum tak menjawab pertanyaan Hoseok. Ini adalah jam istirahat dan seharusnya mereka pergi ke kantin untuk makan siang. Namun, Jungkook kehilangan nafsu makan sehingga tidak pergi bersama guru-guru lainnya untuk makan siang. Sementara Hoseok ia dengan bangga memamerkan kotak makan siangnya yang dibuatkan pacarnya untuknya. Itulah alasannya tidak ikut makan siang di kantin.

Jungkook bangkit dari duduknya karena merasa resah akibat kegelisahan yang dialaminya. Ia memutuskan untuk pergi ke atap dan merokok. Sejujurnya merokok di sekolah dilarang, namun Jungkook beberapa kali diam-diam pergi ke atap untuk merokok. Toh, atap sekolah memang area terlarang dan selalu dikunci, namun karena Jungkook seorang guru ia dapat dengan mudah memiliki kunci menuju atap.

Lelaki berumur akhir 20 an itu menyalakan pemantik. Ia bersiap untuk menyalakan rokoknya. Pikirannya kembali melayang memikirkan Yoojung. Apa yang harus ia lakukan?

***

Jam menunjukkan pukul 22.34 ketika Jungkook berada di mini market untuk membeli beberapa kaleng alkohol. Ia hanya mengenakan jeans, sebuah tshirt hitam yang ditutupi dengan jaket. Tampilannya yang seperti ini sudah cukup membuat orang salah paham dengan umurnya. Itulah mengapa kasir toko menatap ragu-ragu ketika Jungkook menyodorkan kaleng alkohol di meja kasir.

"Boleh melihat KTP nya?"

Tidak bertanya seolah mengetahui keragu-raguan kasir toko akan umurnya, Jungkook sendiri tidak memingkiri bahwa banyak orang salah paham dengan umurnya. Yoongi berkata Jungkook memiliki 2 sisi. Jika Jungkook memakai pakaian santai dan berjalan keluar rumah, hampir setiap orang akan menganggapnya anak SMA. Namun bila kau menemukan Jungkook berada di gym, kau akan menambahkan umur SMA itu dengan beberapa angka. Dan tidak akan ada orang yang akan menyangka bahwa Jungkook hampir memasuki kepala 3 serta seorang duda yang memiliki anak (meski Namoo sudah tidak ada di sisinya lagi).

Pelayan kasir mengembalikan KTP Jungkook setelah mengkonfirmasi umurnya. Ia menyebutkan total yang perlu dibayar dan memasukkan barang belian ke dalam plastik. Jungkook melangkah keluar mini market dan menghirup udara malam Seoul dengan segenap tenaga. Ia berusaha mengurangi kegelisahan dan kecemasan pada dirinya.

Pria itu kemudian mengambil handphone di saku jaketnya lagi,—memeriksa apakah mungkin Yoojung sudah membalas pesannya. Namun tentu saja itu hanya harapan belaka. Ah, sebenarnya apa yang sedang gadis itu lakukan hingga tidak membalas pesannya?

Ia kemudian berjalan kembali menuju rumahnya. Beberapa kali ia berpapasan dengan orang yang baru saja pulang dari kantor, orang mabuk, atau remaja yang baru pulang dari tempat les nya. Begitu tiba di rumah, Jungkook langsung menempatkan diri di ruang tengah dan menyalakan tv.

Saat ia baru saja membuka kaleng pertama, tiba-tiba handphone berdering. Matanya berbinar ketika ia menemukan bahwa Yoojunglah yang menelponnya.  Dengan sigap ia meletakkan kaleng alkohol nya dan menjawab telpon tersebut dengan harap-harap cemas akan apa yang akan dikatakan oleh Yoojung.

"Eoh, halo Yooj—" sapaannya terputus ketika mendengar isak tangis di seberang handphone.

"Ssaem.. hiks.. hiks.."

Suaranya bergetar dan serak. "Yoo, apa yang terjadi?"

"T-tolong aku.. aku takut... tidak! TIDAK! PERGI!" terdengar Yoojung seperti berteriak pada seseorang. Kemudian terdengar suara berisik lainnya seperti sesuatu yang dipukul dengan keras.

"SSAEM! TOLONG.. HUAA.. TIDAK! BERHENTI! AKU TAKUT! KAKAK!"

Ttut.. ttut.. tut... (suara telpon terputus)

To be continued.

Save MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang