PROLOG

60 7 2
                                    

Matahari berarak naik ke puncaknya. Yang berada tepat di atas kepala manusia. Sontak hal tersebut sangat di syukuri oleh para ibu rumah tangga karena pakaian yang tengah di jemurnya dapat kering dengan cepat.

Tapi tidak denganku. Alih-alih bersyukur, aku malah menghujat dan memaki matahari itu dengan penuh dendam. Karena apa? Siang ini, tepatnya pukul duabelas siang, mata pelajaran dari kelasku adalah olahraga. Yang mengharuskan kami berada di luar kelas setiap pelajarannya.

Ditambah, saat aku ingin menghilangkan dahaga yang begitu terasa, es serut di kantin malah telah habis terjual. Sampai-sampai penjual itu juga mengatakan hanya ada sisa es yang mencair.

Sungguh, hari ini benar-benar panas. Lebih-lebih tak seperti biasanya yang selalu di rundung mendung. Entahlah, mungkin gunung es di Kutub Utara telah mencair karena global warming yang tengah menghantui dunia.

Di saat aku tengah membayangkan bagaimana jika seluruh es di Kutub Utara dan Kutub Selatan mencair, aku merasakan ada segunung es yang menempel di keningku. Ralat, itu bukan segunung es. Ternyata itu adalah sebotol air mineral dingin dari seseorang yang entahlah. Aku tak mengenalnya.

Tunggu, apa jangan-jangan dia adalah malaikat tak bersayap yang memberikanku pertolongan di saat panasnya cuaca hari ini? Buktinya saja dia sudah membawakan aku sebotol air mineral dingin yang sangat menggiurkan.

Dengan segera, aku meraih botol itu dan meneguknya hingga tandas. Tak ku sadari ternyata dia sudah terbahak di sebelahku. Malaikat bisa ketawa? Lucu juga.

"Heh, geblek. Mikirin apaan sih, lo? Sampe nikmat banget minumnya gitu. Mirip iklan penghilang panas dalam lo, sumpah!"

Aku menyerit. Tak mengerti akan apa yang terjadi ataupun yang dia katakan.

"Gue Vairam, bege. Temen baru lo di kelas pagi tadi. Masa lo lupa, sih?" dia berucap sambil terkekeh. Dan ku lihat ada dua lubang yang cukup dalam berada di kedua pipinya.

"Serius?" responku tak percaya. Bisa saja ini hanya joke.

"Setdah nih bocah ngajak gue berantem kayaknya," ucapnya lalu berdiri. Melepaskan caps baseball-nya yang berwarna abu-abu dan menatap intens ke mataku.

"Gue Vairam Tritani. Anak kelas 11-IPA-1 yang tepatnya duduk di depan lo. Dan gue pindahan dari Bandung dengan alasan Papa sama Mama gue pindah tugas ke—Ini Jakarta, ya?"

Aku diam. Tak tahu harus menjawab apa. Memang ini Jakarta. Tapi kenapa dia tanya? Bukankah dia udah menginjakkan kakinya disini?

"Iya," jawabku seadanya. Takut akan memberikan jawaban yang salah nantinya. Di tambah wajahnya yang sedikit garang itu membuatku menelan ludah.

"Nah, udah. Gantian. Lo yang memperkenalkan diri lo sama gue. Yah, anggep aja sebagai tanda terima kasih lo atas air itu," ucapnya sembari menunjuk botol air tadi yang ada di genggamanku.

Aku mendengus. Apa-apaan dia? Kenapa kesannya ingin akrab denganku?

"Gue nggak ada waktu buat main-main sama lo, stranger. Buat minum lo, ntar gue ganti. Gue nggak mau ada hutang budi sama orang lain," ucapku dingin seraya beranjak dari tempatku dan membuang botol sisa air mineral tadi ke tempat sampah.

Belum genap lima langkah kaki ku melangkah, panggilannya sukses mengehentikan langkahku.

"Dyland Georgie! Lo lupa sama gue?" aku tersentak kala ia menyebutkan nama lamaku. Tidak! Aku harus menghentikannya sebelum ia menggila dan menguak masa laluku lebih dalam.

Aku melangkah ke arahnya yang di dalam sorot matanya dapat ku lihat pancaran rasa kekecewaan yang dalam. Namun aku tak peduli. Ia sudah mencoreng nama baikku disini.

"Lo siapa, hah? Jangan pernah panggil gue dengan sebutan itu lagi. Dyland Georgie udah mati!" ucapku ketus padanya.

"A-apa? Becanda kali lo! Dia itu sahabat gue pas SMP. Ngaco lo, Land." Ia terkekeh. Namun ku lihat setelahnya ia tersenyum getir.

Aku diam. Jujur, aku tak ingat apapun tentang gadis yang ada di depanku saat ini. Bukan karena tak mengingatnya, tapi karena aku memang ingin melupakan masa laluku.

"Land, ini masih lo, kan? Lo Dyland yang gue kenal, bukan?" ku lihat ia meringis. Aku tak tahu kenapa. Padahal aku sama sekali tak memukulnya atau bahkan menginjak kakinya.

"Gue memang Dyland. Tapi bukan Dyland Georgie."

"Lantas, lo itu siapa?"

"Gue, Dyland Prime."

===


Hola!

Setelah setahun hiatus, akhirnya aku kembali T-T

Hope you enjoy my new story, readers!

Jangan lupa Vote dan komen, ya^^

See u on the next episode!

To be continued..

(Release : 30/05/21)

Yang (Tak) TerlupakanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang