Inggrid

7 1 1
                                    

Hai... alesya"Pesan masuk dalam handphone ku.

Iya,siapa ya? Tanyaku

Le,Aku hamil.
Maafin aku le.
Tolong aku le.

Siapa kamu?
Ada apa ini? Tanyaku serius

2 pertanyaan yang keluar dari mulutku,dengan tangan yg bergetar,ku paksa jariku untuk mengetik 2 pertanyaan.

Aku Inggrid,aku yang lebih dulu mengenal genta,aku mantan genta le"ujarnya

Apa hubungan denganku ? Tanyaku yang saat itu merasakan sesak yang dipaksa masuk kedalam dadaku.

Le,aku mau minta maaf, aku dan genta sudah melakukan kesalahan yg amat sangat salah.Aku hamil le,aku harap kamu bisa paham,dan melepaskan genta buat aku. Aku bingung le,aku harus gimana,Maafin aku le.

Tuhan,apa impianku terlalu rumit,sulit?
Apa keingananku terlalu besar ?
Tuhan,aku tak ingin hidup hari ini.

Impian yang ku susun hingga membentuk bangunan yang kokoh,terpaksa harus ku hentikan saat itu,ku tenggelamkan semua bersama rasa sakit dan kecewa hingga semua mengalir hingga ke samudra.

Saat itu aku memberanikan diri menemui Inggrid dan berbicara dengannya,aku mencoba berdamai bersama hati ku yang saat itu ikut merasakan hancur.
kecewa,marah,emosional sudah pasti ada,tapi semua bisa ku kendalikan,aku tahan. Karna harga diri ku lebih berharga dari sebuah amarah.
kulihat Inggrid dan perutnya yang sudah terlihat besar.

"Sudah berapa bulan kandunganmu?"tanyaku

"5 bulan le,"jawab Inggrid

"Jadi selama ini,kamu sembunyikan? Kenapa baru sekarang?"Tanyaku

"Aku bingung le,aku harus gimana,awalnya aku ingin gugurin aja,tapi aku mencintai genta le."jawab Inggrid

"Lalu,kamu belum bicarakan ini dengan genta?" Tanyaku

"Genta sudah ku beritahu le,tapi dia tetap gapercaya,dan dia gamau bertanggung jawab.padahal demi Tuhan,yang aku kandung ini adalah anaknya.sumpah le."Ujar Inggrid

"Semenjak kamu menghubungi ku kemarin,aku sudah tidak mencintai Genta,aku akan berikan Genta sama kamu,aku janji."jawabku dengan rasa yang penuh kecewa,dan langsung ku tinggalkan Inggrid pada saat itu.

"Maafin aku le"teriak Inggrid

Malam rasanya menyaksikan aku dengan setengah nyawa yang hampir terbang
jiwa yang baru saja terbentur dengan awan putih yang belum meng-hitam
rasanya akupun enggan menoleh dengan harapan
jika saja tidak ada gelap dalam malam, mungkin tidak akan ada si penghalang
sedikit dari ke khawatiran, aku luapkan dalam tulisan.

.
.
.
Bersambung

DIRGA Where stories live. Discover now