See the sea

21 3 1
                                    

Angin laut menyapanya. Kapal yang di berikan laksmana adalah kapal sedang. Hanabi mengoperasikan kapalnya sendiri. Karena prajurit tak ada yang mau menemaninya.

"Haya busa. Tunggu aku sampai aku mendapatkan hanzo" gumamnya. Ia melihati sup ikannya sudah matang dan segera menikmatinya di tengah desiran ombak laut.

Bug.. brak
Hanabi memeriksa kapalnya. Ia yakin sesuatu terjatuh dengan sangat keras di sana. Ia menemukan seorang laki-laki berkumis tebal dengan pakaian berbalut emas. Hanabi menghampirinya. Luka ditangannya membuat hanabi segera mungkin menolongnya.

Setelah ia menolong lelaki itu dan memberinya sup. Hanabi mulai menanyakan dari mana ia berasal

"Mungkin aku mengagetkanmu. Aku minta maaf sekali lagi"

"Ah tidak. Aku hanya penasaran dari mana kau berasal?"

"Aku dari atas sana. Berperang dengan iblis yang licik"

"Diatas sana?" Hanabi menunjuk langit. Sedangkan lelaki itu mengangguk dan mulai bercerita

"Sudah beberapa tahun ini aku tidak menemui kapal berlayar. Aku selalu saja dirundung dan dipermalukan oleh Martis si iblis licik. Untungnya ada kapalmu. Aku dapat menemui kekasihku kembali" hanabi semakin terheran dengan lelaki itu. Lelaki itu membunyikan lonceng berkali-kali. Angin kencang tiba-tiba datang. Hanabi berpegang pada pinggir kapal. Lelaki gila. Pikir hanabi. Hanabi melihat ombak datang dengan sangat tinggi. Dengan mata terbelalak ia menarik tangan pria yang sedang senang itu. Namun ia menolaknya

"Tuan.. badai. Mari kita ke dalam" ujar hanabi. Namun naas ia tak memperdulikannya. Ombak yang tinggi itu perlahan menggulung dan mengecil hingga timbullah seorang wanita cantik dengan ekor ikan.
Hanabi menelan ludahnya.

"Gatotkaca. Akhirnya kau menemuiku" ujarnya.

"Kadita.. aku mempunyai hadiah untukmu. Ketujuh ujung tombak mu" pria itu memasang ujung tombak ke tongkat si wanita. Sehingga membuatnya berangsur-angsur menjadi wanita seutuhnya dengan kaki.

"Terimakasih. Kau sudah merebutnya dari Martis"

"Berterima kasihlah pada nona ini. Karena kapalnya aku dapat menuimu"

"Terimakasih nona.."

"Hanabi" ujarnya dengan mata yang masih amat bingung. Kadita tersenyum dan memberinya sebuah lonceng.

"Kau mungkin masih bingung dengan kita. Kita adalah sepasang kekasih yang dikutuk oleh leluhur. Aku tidak dapat menyentuh daratan dan tak dapat pula terbang. Dan dia tak dapat menyentuh daratan dan air. Berkat kapalmu kita dapat bertemu. Aku sangat berterakasih"

"Tidak masalah. Selagi kapalmu dapat berlayar"

"Aku juga berterimakasih atas pengobatanmu nona"

"Tapi.. mengapa kamu berlayar ke arah ini. Lautan ini sudah di tutup untuk pelayaran nona. Kemana tujuan nona"

"Ke sebuah terowongan gunung es"
Kadita terlihat bingung

"Ohh. Nothern Vale. Mistic magic" ujar Gatotkaca. Kadita menghela nafas pelan.

"Itu sudah hancur kanda. Aku mendengar kabar ini dari atlas. Keperluanku ke nothern Vale apa nona?"

"Saya dalam sebuah misi dan menemukan seorang lelaki"

"Baiklah. Ternyata kau bukan orang sembarang. Mari aku akan antarkan kamu menuju pelabuhan milik Franco. Berpeganglah kalian berdua" tanpa aba-aba. Kapal itu berlayar dengan amat kencangnya. Gatotkaca dan hanabi berpegangan di sisi pantai. Arus dan gelombang laut yang tenang tak dapat lagi terlihat. Dalam setengah menit hanabi melihat terowongan es yang dingin. Ia melihat pelabuhan tua dengan penuh es di sana. Hanabi mengambil keperluannya dan turun di pelabuhan usang itu. Ia mengambil jaketnya dan mulai merasa dingin.

"Aku berterimakasih kepadamu"

"Baiknya kita harus berbalas Budi. Lonceng yang kuberikan padamu. Itu dapat memanggilku di laut antara hanabi"

"Baiklah. Akan kuparkirkan kapalku disini. Agar kalian bisa bertemu sesering mungkin"

"Terimakasih hanabi" ujar kedua orang itu. Hanabi tersenyum dan berbalik. Gunung es yang menjulang tinggi adalah bagian tantangan

the story of HIGANBANA Where stories live. Discover now