Bright tampak tenang melihat mereka. Sedangkan Mew takut, seperti kebanyakan orang normal yang melihat orang gangguan jiwa. Mew semakin panik saat tiba-tiba, seorang wanita tua mendekati dan memegang bahu Mew.

"Eh, anakku sudah pulang! Sudah makan belum, nak? Mau mama bikinin apa?" tanya wanita tua itu kepada Mew.

Mew ketakutan dan menengok kearah Bright. "Gimana nih? Tolongin dong!"

Bright mendekati wanita tua itu. Dan perlahan melepaskan tangan wanita itu dari bahu Mew. "Maaf, nyonya. Dia ini bukan anakmu."

"Oo... bukan anakku ya? Tapi aku yakin dia anakku! Karena dia ganteng banget!" kata wanita itu sambil menunjuk Mew.

Bright : "Nyonya, aku tau dimana anakmu berada. Mari kuantar."

Wanita tua itu menurut. Ia dibawa oleh Bright kepada suster RSJ. Selanjutnya wanita tua itu ditangani suster, agar tidak menggangu orang yang menjenguk pasien.

Bright kembali kepada Mew. "Gampang, kan? Enggak perlu panik."

Mew dan Bright kembali mencari Gulf. Kemudian, mereka menemukan Gulf yang duduk di lantai dan bersandar di tembok. Wajah Gulf pucat, kelopak matanya sayu dan kantung matanya tebal.

Mew dan Bright berjalan kearah Gulf. Melihat mereka berdua, Gulf lalu berdiri dan Mew memeluknya erat.

Mew : "Gulf, kau baik-baik saja kan?"

Gulf terdiam kaku dan tidak membalas pelukan Mew. Lalu, Mew melepas pelukannya dan memandang wajah Gulf. Terlihat pandangan Gulf yang kosong.

Mew : "Gulf, kau tidak apa-apa? Aku baik-baik saja. Kamu tidak perlu khawatir."

Gulf tidak memperdulikan ucapan Mew. Lalu, Gulf menengok kearah Bright. "Hei, Bright. Terima kasih telah membawaku kesini. Ketempat dimana aku seharusnya berada."

Bright : "Sama-sama, kawan. Gimana kabarmu?"

Gulf : "Kabarku? Aku ingin menangis, tapi airmataku sudah kering."

Mew menggenggam tangan Gulf. Perlahan, Gulf menarik tangannya dan berbalik meninggalkan Mew dan Bright.

Mew heran melihat sikap Gulf. Sedangkan Bright memahaminya. "Benar apa yang aku bilang. Gulf benar-benar merasa bersalah. Sampai ia merasa tidak pantas disentuh dan dipeluk olehmu, P'Mew."

Gulf berjalan meninggalkan Mew dan Bright. Memisahkan diri dari kekasih yang ia cintai, dan juga sahabatnya. Karena takut dirinya menyakiti mereka.

Setengah jam kemudian.

Gulf duduk sendiri di bangku taman, area RSJ. Tidak peduli apakah Mew dan Bright sudah pulang atau belum. Pikiran Gulf kosong dan hanya ingin menenangkan batinnya.

Wanita tua yang tadi mengganggu Mew dan Bright, duduk disamping Gulf dan memandangi wajah tampannya. Gulf menengok ke wanita tua itu. Gulf berpikir, dulu ia pasti menjauh ketika menemukan orang gangguan jiwa di jalanan. Tapi sekarang, dirinya berada dalam level yang sama dengan orang seperti itu.

Gulf tersenyum. "Sawadikha, khun mae."

Wanita tua itu justru terlihat waras saat berada didekat Gulf. "Nak, wajahmu sangat mirip dengan anakku."

"Oiya?" tanya Gulf. Ia berpikir, wanita tua ini pasti tidak tau bahwa Gulf adalah aktor terkenal.

Gulf : "Siapa nama anakmu, khun mae?"

Wanita tua itu menjawab, "namanya... Thiwat Alexander."

Gulf mendengar nama itu, dan jiwa Gulf tidak lagi berada di tubuhnya. Wanita tua itu melihat, sang pria manis menatapnya dalam-dalam.

"Mama?"

Wanita itu heran, saat pria manis itu bersimpuh di lututnya. "Mama! Ini aku anakmu, ma! Thiwat Alexander!"

"Enggak mungkin! Anakku Thiwat sudah meninggal!"

Thiwat menangis penuh airmata memandangi mamanya. "Aku anakmu, mama! Demi Tuhan! Percayalah!..."

"...mama, aku memang sudah mati. Tapi entah kenapa, aku mendapatkan tubuh ini. Meski aku harus bergantian dengan jiwanya Gulf, yang merupakan pemiliknya."

Wanita tua itu mulai menangis. Bisa bertemu kembali dengan anaknya yang sudah mati, dan melihat anaknya itu bersimpuh di lututnya.

Thiwat mengusap air matanya. "Mama, ayo kita pulang. Kita mulai hidup yang baru lagi."

Wanita tua itu menggeleng. "Tidak, nak. Tubuh itu bukan milikmu. Kau harus mengembalikan kepada pemiliknya."

Thiwat : "Mama... Kenapa?"

Mama : "Kalau kau memang sudah meninggal, maka dunia ini bukan tempatmu lagi, nak..."

"...pergilah, nak. Pergilah ke tempat dimana kau seharusnya berada. Pergilah dengan tenang, membawa seluruh rasa sayang dan cinta dari mama..."

"...Thiwat nurut sama mama, kan?"

Thiwat tersenyum dan mengangguk. Jiwanya Thiwat mulai meninggalkan tubuh Gulf. Membuat tubuh Gulf jatuh pingsan didekat kaki wanita tua itu.

Jiwanya Thiwat terlihat seperti bayangan putih, dengan langit yang cerah dibelakangnya. Dia tersenyum kepada mamanya dan melambaikan tangan. Mama membalas senyum itu dan melambaikan tangan kearah anaknya. Thiwat Alexander telah pergi untuk selamanya.

*****

Oleh dokter dari RSJ, Gulf telah dinyatakan sembuh. Walaupun Gulf tidak paham, apakah dirinya kerasukan atau menderita kepribadian ganda?

Gulf menyeret kopernya dan berjalan pulang. Beberapa langkah lagi, Gulf akan sampai didepan kediamannya bersama Mew.

Tapi Gulf ragu, apakah dia akan kembali kepada Mew? Atau meninggalkannya? Apakah pantas, dirinya yang pernah menyiksa Mew, kembali pada orang yang dicintainya itu?

Gulf merasa tidak tau diri. Walau sangat merindukan Mew, Gulf merasa harus menghukum dirinya sendiri. Dengan cara menjauh dari orang yang ia cintai, namun pernah ia siksa.

Gulf membalikkan badan, lalu hendak meninggalkan Mew untuk selamanya.

"Gulf!"

Suara yang sangat Gulf rindukan, memanggil dibelakangnya. Gulf mendengar langkah kaki mendekat kearahnya. Lalu, punggung Gulf merasakan kehangatan saat dipeluk dari belakang. Oleh Mew.

Mew : "Kamu mau kemana? Kenapa nggak masuk rumah?"

Gulf tertunduk, memandang kedua tangan Mew yang melingkar erat di perutnya.

Tidak pantas dirinya yang pernah menyiksa, untuk kembali pada orang sebaik Mew. Yang sangat ia cintai. Setetes air mata Gulf jatuh diatas tangan Mew.

Mew membalikkan badan Gulf, dan memandangi wajahnya. Gulf masih tertunduk penuh penyesalan.

Mew : "Kau pasti tau kalau aku memaafkan mu. Iya kan?"

Gulf mengangguk.

Mew : "Gulf, kau juga harus memaafkan dirimu sendiri..."

"...setiap orang bisa berbuat salah, baik sengaja atau tidak."

Mew tersenyum manis. "Lihat! Aku baik-baik saja! Tidak ada yang perlu kamu khawatirkan."

Gulf dari tadi cuma diam, tertunduk dengan mata berkaca-kaca. Ada tugas baru untuk Mew, yaitu menghilangkan perasaan bersalah yang amat besar dalam hati Gulf.

Mew memeluk Gulf dengan erat dan hangat. Tangan Mew membelai lembut kepala Gulf. "Kamu malaikat ku yang paling baik, Gulf. Aku akan memelukmu selamanya sampai hatimu tenang..."

Bagaimana Jika...Where stories live. Discover now