"Selesai. Anda sempurna malam ini, nona," Lily menatap pantulan Annette dengan haru.

    Hererra sedikit kecewa. "Ya, kurasa melihatnya dari dekat sudah cukup,"

    Annette beranjak dari kursi meja riasnya. "Ayo,"

    Hererra masih mengoceh tentang banyak hal selagi gadis itu berjalan di depan Annette. Annette hanya menanggapinya dengan jawaban-jawaban singkat. Hererra sama sekali tidak tersinggung ataupun marah dengan sikap Annette. Ia sangat mengerti jika Annette adalah orang yang irit bicara dan Hererra adalah orang yang sangat cerewet. Hererra sudah merasa senang hanya karena Annette mendengarkan ocehannya.

    Annette merasakan sebuah ketimpangan. Lily berjalan di belakangnya dengan patuh dan tidak mengeluarkan sepatah katapun. Berbeda dengan Hererra yang berjalan di depannya dengan semangat dan mulutnya yang tidak berhenti mengeluarkan suara.

     Annette merasa jika ia baru saja melalui waktu yang lama. Padahal mereka hanya berjalan dari kamarnya di lantai tiga, ke pintu utama. Ini pasti karena pengaruh mulut Hererra yang tidak bisa berhenti mengoceh. Ia baru mendengar adiknya terdiam saat mereka sampai di depan pintu utama.

    Kereta kuda kerajaan yang sangat mewah dengan hiasan emas di sekelilingnya berada tepat di depan pintu utama mansion. Kepala pelayan dan para pelayan sudah berbaris untuk menyambut kedatangan putra mahkota.

     Kusir membukakan pintu kereta kuda. Rikhaleid turun dari kereta kudanya dengan gerakan yang sangat elegan. Pria itu memakai setelan resmi berwarna krem yang mirip dengan warna rambut pirangnya. Rikhaleid terlihat sangat menawan dengan rambutnya yang tersisir rapi. Siapapun yang memilihkan warna krem untuk pakaian Rikhaleid patut diberi bayaran tinggi, karena warna krem yang senada dengan rambut pirangnya itu menonjolkan warna biru gelap matanya. Pria itu terlihat bersinar di malam hari.

    Rikhaleid meraih tangan kanan Annette dan mengecup punggung tangannya. "Kamu sangat mempesona malam ini, Anne," ucapnya dengan lancar biarpun ini pertama kalinya Rikhaleid berbicara dengan Annette menggunakan bahasa santai.

     Annette tersenyum menatap tunangannya. "Terimakasih, Yang Mulia. Apa kita bisa berangkat sekarang? Semua orang pasti sudah menunggu,"

     Rikhaleid menyelipkan tangan Annette kedalam lengannya. "Pesta debutante adalah pesta milik kerajaan. Kita bisa datang selarut apapun dan tidak ada yang berani untuk melarang kita,"

     "Itu namanya penyalahgunaan kekuasaan,"

     "Itulah gunanya kekuasaan," jawab Rikhaleid.

     "Kau benar," Annette terkekeh.

     Rikhaleid membantu Annette dengan memegangi tangannya untuk naik ke kereta kuda. Mereka duduk berhadapan dengan ekspresi yang bertolak belakang. Rikhaleid mengetuk dinding kayu di belakangnya untuk memberi perintah agar kereta segera berangkat.

     "Kau akan terus tersenyum seperti itu?" Tanya Rikhaleid dengan datar.

     Annette tersenyum manis. "Aku sedang berlatih agar senyumanku terlihat tulus. Kita harus meyakinkan orang-orang kalau kita saling menyukai. Kau cobalah tersenyum sambil menatapku,"

     Rikhaleid mengernyit heran, tapi tak ayal ia juga tersenyum walaupun hanya beberapa detik.

    "Pestanya berlangsung selama beberapa jam dan kita akan berdansa selama beberapa kali. Kau harus bisa tersenyum lebih lama. Ayo coba lagi," perintah Annette masih dengan senyuman manisnya.

     Rikhaleid terperangah membayangkan sesuatu. "Membayangkan kalau kita akan menghabiskan waktu di kereta kuda dengan saling tersenyum---merupakan mimpi buruk,"

     Annette kembali menjadi datar, senyumannya luntur begitu cepat. "Baiklah. Itu memang menyeramkan, tapi kita tetap akan melakukannya nanti. Akan lebih baik jika kau membiasakan diri dari sekarang,"

      Rikhaleid bersedekap dada. Ia menolak menatap Annette dan memilih untuk mengarahkan matanya ke jendela. "Aku tidak perlu latihan hanya untuk tersenyum,"

     Annette menatap tidak percaya pada pria itu. "Wah, lihatlah siapa yang berbicara. Kau adalah pria dingin yang nyaris tidak pernah tersenyum,"

     "Kau tidak jauh berbeda dariku,"

     "Duh, aku masih lebih sering berbicara daripada dirimu. Kau tidak ingat? Saat awal-awal kita sering bertemu, kau selalu menghiraukan ku dan membuatku berbicara sendiri selama berjam-jam,"

     "..."

     "Cih, bahkan kau tidak bisa mengelak," Annette merasa puas setelah berhasil memojokkan pria itu.

     "Itu karena kau memang harus menarik perhatianku agar rencanamu berhasil 'kan?"

     Annette kembali tersadar kalau mereka hanyalah pasangan yang saling menguntungkan. Ia nyaris tersesat dalam permainan ini dan mengira kalau mereka akan benar-benar menjadi dekat.

    "Semua yang kulakukan juga memberikan keuntungan untukmu. Kita sudah bertunangan sekarang, Rikhaleid,"

    "Kau sudah tahu kalau yang kuinginkan adalah mendapatkan takhta dan menyingkirkan saudara tiriku. Tapi, aku tidak mengetahui rencanamu sedikitpun. Bagaimana aku bisa mempercayai mu?"

     "Aku tidak akan pernah merugikanmu," jawab Annette.

    "Kau tidak bisa mengatakan itu disaat kau tidak mengenalku sama sekali. Kau tidak akan tahu mana yang benar-benar akan menguntungkan kita dan mana yang akan memberikan kerugian besar," Rikhaleid menatap Annette dengan lekat. Ia berusaha membaca raut wajah Annette. Walaupun sebenarnya ia sudah mempercayai gadis itu, tapi tetap saja ia penasaran dengan rencana Annette. Annette tidak terlihat seperti gadis-gadis lain yang hanya mengincar takhta ratu. Di mata Rikhaleid, Annette memiliki ambisi yang lebih besar.

***
Kamis, 12 Agustus 2021

Sudah tinggalkan jejak?

ANNETTE I | Blazing Lady [TAMAT]Where stories live. Discover now