Chapter 01: Selamat Sore Dari Keluarga Bahtiar

Magsimula sa umpisa
                                    

Gadis berambut sebahu yang masih memakai seragam SMA nya itu tertawa puas tapi juga histeris. Ia berlari ingin menuju kamarnya, tapi melihat seseorang memasuki rumah membuat Lala langsung membelokkan arah. Sementara Lana mengejar gadis mungil itu dengan sebal.

"Assalamualaikum—APALAGI TUHAAAANNN!" amuk Putra begitu saja saat baru selesai mengucap salam. Terdorong kaget Lala sudah ke belakangnya meminta perlindungan dengan Lana ke depan Putra mencoba meraih Lana.

"LALA MAS GANGGUIN AKU TERUS!" adu Lana ingin menarik Lala yang menjerit memegangi Putra membuat tubuh Putra tertarik pasrah membentenginya.

"MAAF YAMAHAAA," goda Lala dengan menyebalkan, tertawa puas melihat wajah gemas Lana yang ingin menariknya.

Putra menggeram, "UDAH UDAH INI ADA NASI PADANG NANTI AMBYAR!" katanya mengacungkan plastik di tangan di antara Lala dan Lana yang terus kejar-kejaran.


Rumah Keluarga Bahtiar.


Memang aneh kalau hening.


Karena isinya manusia-manusia toak yang hobinya teriak-teriak, entah emang mereka semua budeg ada gangguan pendengaran atau sudah darah daging meledak-ledak.

Dengan tiga saudara di sana: Putra, Lana, dan Lala.

Lala adalah satu-satunya wanita, karena sang ibu meninggal dunia di usia Lala lima tahun. Sementara Yusuf Bahtiar selaku ayah dulunya bekerja sebagai kontraktor. Tapi karena pandemik setahun yang lalu, kini membuka jasa antar barang online.

Si kakak pertama, Aldafi Putra atau biasa disapa Putra, mahasiswa tingkat akhir yang nunggu giliran sidang skripsi. Karena setahun terakhir, harus melalui antrian yang panjang. Jadi, hari-hari Putra diisi dengan mengurus rumah dan dua adik berisiknya. Sambil juga membuka jasa commission gambar dan les online untuk SMP.

Si kakak kedua, Alvaro Maulana. Orang-orang manggilnya Alvaro tapi di rumah nama dia Lana. Harusnya jadi maba, tapi setahun berlalu rasanya berlalu gitu aja tau-tau dia udah semester 3. Si anak band yang kerjaannya ngeluhin pandemik karna dia jadi nggak pernah perform lagi. Perlariannya gitu, mukul-mukulin panci atau ember rumah sebelum ketauan Ayah karna bakal ganggu para tetangga. Udah punya pacar sejak SMA kelas 11.

Jadi perempuan satu-satunya, si bungsu Alamea Dahlia jelas tumbuh jadi cewek maskulin yang tak kenal takut. Selama school from home pun Lala suka ikut Ayah kerja angkat-angkat barang, sampai tanpa sadar lengannya udah berotot.

Bisa dibilang Lala satu-satunya orang extrovert di rumah, karna Putra maupun Lana lebih suka mendekam di rumah sementara Lala suka nongkrong di pos ronda depan.

Tapi karna arahan pemerintah kemarin dilarang kumpul-kumpul, jadi Lala lebih suka ke warung Pak RT tak jauh dari rumah. Daripada gelut mulu sama Lana atau ngeganggu Putra yang waktu itu sibuk ngurus skripsi, dia lebih suka nemenin anak Pak RT jaga warung.


Tapi tak tau, karna itu lah mulai ada yang berubah dari cewek tomboy itu.



"Gimana sekolah?" tanya Putra duduk di ruang TV yang bersebelahan dengan ruang TV dengan bungkus nasi padang terbuka di depannya.

Sebenarnya ada meja makan, tapi tiga saudara itu duduk lesehan melingkar dengan Putra di tengah. Masing-masing membuka bungkus nasi padang yang lauknya sama: nasi, rendang, daun singkong, dan kerupuk.

"B aja," jawab Lala dengan kaki kanan terangkat menekuk lutut ke atas makan dengan santai.

Lana mengangkat sebelah alis. "Padahal tadi pagi siap-siap dari subuh, sisiran dandan, pake jaket, sampe nyari nyari parfum," ledeknya membuat Lala melirik sebal. "Napa? Gagal ketemu gebetan lu ya?"

Beauty and The ClownTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon