#13 : The Perpetrator

673 145 39
                                    

Lagu pengantar tidur mengisi kesunyian pada kamar dengan cahaya minim ini. Soobin meraih ponsel Beomgyu yang berada di atas nakas, lalu mematikan lagu tidur yang terputar dari sana.

Dipandangnya sejenak wajah terlelap adiknya di bawah temaramnya lampu. Dan setelah itu, ia memilih untuk beranjak dari sana.

Langkahnya terhenti ketika sebuah tangan menggenggam pergelangan tangannya, menahan Soobin untuk tidak meneruskan langkahnya. Lantas pemuda itu menoleh ke belakang, dan mendapati mata si bungsu yang kini terbuka lebar.

"Kukira kau sudah tidur," ucap Soobin.

"Kau tidak akan berbuat hal yang jahat, 'kan?" Pertanyaan tanpa basa-basi tersebut terlontar dari belah bibir Beomgyu. Matanya memandang penuh harap pada Soobin. Beomgyu sangat berharap bahwa Soobin tidak akan pernah melakukan hal keji seperti yang ia kira selama beberapa hari lalu.

Pemuda berlesung itu mengulas sebuah kurva tipis pada wajahnya. Ia tersenyum, sembari meraih pergelangan tangan Beomgyu, dan mengelusnya lembut. "Tidak akan. Aku tidak akan mengecewakanmu."

"Apa aku bisa mempercayaimu?"

Kedua sudut bibir Soobin makin melebar. Bahkan kini, matanya turut tersenyum hingga membentuk bulan sabit. Seolah berusaha untuk menyampaikan pada Beomgyu, bahwa dirinya dapat dipercaya.

Tangannya kini beralih untuk mengelus surai kecoklatan milik si bungsu. Menyalurkan rasa kasih sayang melalui elusan lembut itu. Soobin sangat menyayangi Beomgyu lebih dari apa pun. "Tentu. Kau dapat mempercayaiku, Beomgyu."

Perkataannya lolos begitu saja tanpa hambatan. Sebuah kebohongan besar yang mampu menipu makhluk naif seperti Beomgyu. Namun, Soobin tidak mempunyai pilihan lain. Meskipun terdengar jahat, pilihan yang paling tepat untuk saat ini adalah berbohong.

Dengan melontarkan dusta dirinya dapat terus berhubungan baik dengan Beomgyu, satu-satunya keluarga yang ia miliki saat ini. Soobin tidak sanggup melihat wajah kecewa Beomgyu, dan Soobin juga tidak sanggup melihat bagaimana manik kecoklatan itu menatapnya ngeri seolah sedang melihat sesosok monster.

Beomgyu membalas senyum Soobin, tanpa tahu bahwa saat ini ia telah ditipu. Katakan saja bahwa Beomgyu kelewat naif mendekati bodoh. Rasa sayangnya pada Soobin yang berstatus sebagai kakak kandungnya melebihi apa pun, hingga tak ingin memikirkan atau pun mencari tahu tentang kejanggalan-kejanggalan yang ada.

Rasa sayang sebagai adik itu pula yang membuatnya menutup mata, hingga mempercayai ucapan Soobin dengan begitu mudahnya.

"Maaf atas sikapku beberapa hari yang lalu," ucap Beomgyu pada Soobin yang tengah melangkah menuju pintu keluar.

Soobin berdehem singkat. Dibalik punggungnya, ia mengulas senyum tipis. Merasa lega karena kini semuanya berjalan seperti semula.

"Selamat malam. Mimpi yang indah." Ucapan Soobin diakhiri oleh suara pintu yang tertutup.

Di luar kamar Beomgyu, lelaki itu mengepalkan kedua tangannya. Rahangnya mengeras, dan seketika ekspresi wajahnya berubah drastis.

Tungkainya melangkah cepat. Menuruni satu persatu anak tangga, mencari kunci mobil, lalu diam-diam pergi meninggalkan kediamannya.

Mobil miliknya melaju cepat. Membelah jalanan Seoul pada malam hari. Tidak tahu kemana tujuannya, namun Soobin saat ini tengah dikuasai oleh amarah.

○○○

Suara tapak sepatu yang beradu dengan lantai berkeramik mendominasi indra pendengaran. Soobin, dengan amarah yang menggebu-gebu berjalan cepat di lorong sebuah apartemen pada lantai 4.

Who's A LiarWhere stories live. Discover now