Part 16

3.7K 103 2
                                    

Saya,Pascal Abimayu Joseph.
Berjanji dan bersumpah untuk mencintai istri saya,
Emilie dalam kurang dan lebihnya.
Saya akan selalu melindunginya seumur hidup saya.
Saya akan selalu ada untuknya dalam sulit maupun senang.
Saya akan menjaganya hatinya ketika jauh.
Membuatnya nyaman ketika dekat.
Saya akan selalu mencintainya sampai maut memisahkan.

-Pascal-

Saya, Emilie.
Saya menerima suami saya Pascal Abimayu Joseph dengan seluruh kekurangannya.
Saya akan mencintai dia dan menjaga kepercayaan yang diberikan kepada saya.
Saya berjanji dan bersumpah akan selalu bersamanya dalam keadaan apapun.
Saya akan menjaga hatinya ketika jauh.
Membuatnya nyaman ketika dekat.
Saya akan selalu mencintai dia sampai maut memisahkan kami berdua.

-Emilie-

    Perjanjian pernikahan baru saja mereka ucapkan, diiringi tepuk tangan para saksi mereka berciuman. Pagi yang cerah menjadi saksi kedua hati yang sudah bersatu dalam sebuah ikatan pernikahan yang sakral. Impian Pascal kedua sudah tercapai, memiliki Emilie sebagai istrinya.

   Pascal menyematkan sebuah cincin pada jari manis Emilie, begitupun Emilie. Mereka terlihat serasi dengan balutan gaun pengantin berwarna putih dan jas berwarna senada yang dikenakan Pascal.

   Sakha juga hadir disana. Dia mengenggam tangan Jeaned. Mulai detik ini matilah harapannya untuk bisa bersama Emilie. Hanya Jeaned yang menjadi sumber kekuatannya saat ini. Airmata itu dengan susah payah dibendung sejak tadi. Emilie sudah menjadi istri Pascal dan dia bukan lagi Emilienya. Dia sekarang adalah Emilie Joseph. Jeaned terus memandangi daddynya. Sesekali dia menghusap pelan pipi Sakha. Bagaimanapun dia hanya seorang gadis kecil yang tak punya kuasa apa - apa untuk menghentikan pernikahan ini.

    Pemberkatan pernikahan itu sebentar lagi akan berakhir. Para tamu sibuk dengan kegiatan masing - masing. Sebentar lagi wedding party akan dimulai, Emilie dan Pascal memasuki mobil pengantin yang terparkir apik tak jauh dari tempat mereka saat ini.

    Butuh waktu empat puluh lima menit untuk menuju kesana. Emilie hampir melupakan sesuatu, Jeaned anaknya. Dia kembali ke tempat tadi dan menjemput gadis kecil dengan gaun merah maroon itu.

    "Sakha, hmm bolehkah aku membawa Jane bersamaku?"

    "Tentu saja, ayo Jane pergi sama mama." dia tampak menyeka airmatanya.

     "Daddy?"

     "Nanti daddy nyusul sayang."

   Sakha menundukkan badannya dan mengelus pipi jane. Mencium pipinya sebelum dia dibawa pergi Emilie.

     "Bye daddy. I love you"

     "I love you too sayang"

     "Permisi Sakha. Kii.. kita ketemu disana yah" Emilie terlihat kikuk.

     "Iya. Nanti aku datang."

    Emili menggandeng tangan kecil Jane dan membawanya kedalam mobil. Hatinya mulai tersentuh melihat kesedihan Sakha. Apakah sekarang dia terlihat jahat? Begitu fikirnya. Walau bagaimanapun Sakha sudah terlambat. Dia memiliki Emilie dimasa lalu, Emilie mencintainya, dan dia mencampakkannya begitu saja. Cintanya sudah mati pada Pascal, yang ada hanya bekas kesedihan yang belum hilang setiap kali wajah itu muncul dihadapan Emilie apalagi melihat ekspresi Sakha seperti tadi. Memberinya pelukan disaat seperti ini rasanya bukan waktu yang tepat. Bagaimana jika nanti Pascal melihatnya?

    Langkah itu terhenti sesaat setelah sebuah tangan menahan Jane nya. Maka terhentilah Emilie disaat yang bersamaan. Mereka berdua serempak melihat kearah belakang. Wajah mendung itu disaksikannya dengan tatapan tak tega.

Please don't get tired of MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang