5

10K 1.6K 230
                                    

Haechan kini berjalan di halaman belakang rumah besar ini, ia sedang mencoba menetralkan perutnya yang sekarang terasa begitu sesak, iya inilah manusia yang tadinya hanya ingin mencoba sesuap saja, tapi alhasil dia lah yang menghabiskan makanan milik Kun, untung saja Kun sudah menjadi bucinnya, dia hanya diam dan tersenyum sambil tetap menyuapi beruang kecilnya itu

Halaman belakang yang luas itu terasa begitu sunyi, hanya ada suara kicau burung yang wujudnya tidak terlihat, Haechan duduk di salah satu kursi kosong disana, paru parunya meraup oksigen dengan rakus, berharap setiap udara yang ia hembuskan membawa sedikit demi sedikit rasa sebah di perutnya

"Es krim ?" Seseorang dengan tiba tiba menyodorkan cone yang penuh dengan es krim rasa vanilla, Haechan diberi eskrim? perut kenyangnya seolah menghilang ntah kemana, itu dapat dibuktikan dari Haechan yang tanpa basa basi langsung mengambil es krim yang disodorkan padanya

"Makasih Le"

Chenle mengangguk sambil ikut duduk disebelah Haechan, "Didalam berisik sekali"

Haechan menoleh sambil menautkan alisnya, dia hanya diam, tapi raut wajahnya seolah olah bertanya 'ada apa?'

"Jisung dateng, mana pake acara nubruk kaki meja lagi, sekarang dia lagi jerit jerit di ruang tamu sambil megang kelingking kaki nya"

Bibir Haechan terangkat, dia bisa membayangkan rasa sakit yang dialami Jisung, "Ayo masuk" Haechan bangkit dari duduknya, ia berniat masuk untuk melihat keadaan Jisung

Chenle sebenernya males, bukannya bagus begini? hanya berdua dengan dengan Haechan nya saja tanpa ada yang mengganggu, kursi taman adalah tempat yang bagus untuk melakukan ciuman kan? tapi bukan Chenle namanya jika tidak bucin, dia cuman nurut aja sama apa yang Haechan bilang dan mengikuti Haechan yang sudah mendahuluinya

Rengekan Jisung langsung terdengar ketika pintu yang menjadi tempat kehalaman belakang itu terbuka. Sosok Haechan yang berdiri di ambang pintu membuat Jisung menoleh dan langsung menguatkan rengekannya

"OHH HAECHAN HYUNGG, TOLONG AKU... INI SAKIT SEKALI, KUN HYUNG INGIN MENCABUT KELINGKINGKU" Jisung mencoba melarikan diri dari sofa yang kini ia duduki, namun usahanya nihil, Jeno yang dengan sigap menahan bahunya agar ia tidak berdiri dan terus pada posisi duduk

"Diem ye bocil, gue cuman nolongin, bukan nyabut kelingkingmu" Ucap Kun yang kini sedang berada di depan Jisung, tangannya dengan telaten memijat pelan kelingking kaki yang lebih muda

Jisung masih merengek dan terus memberontak, sampai akhirnya Haechan menghampiri dan menggantikan posisi Kun yang tadi memijat kelingkingnya, "Biar aku saja"

Jisung tersenyum penuh kemenangan, dia tiba tiba memajukan bibir nya saat Haechan bertanya bagaimana cara supaya kelingking nya tidak sakit lagi, "Ini obatnya hyung, satu ciuman bisa menyembuhkan segala penyakit dibadanku"

Oke, Si yang paling muda ini udah hebat modusnya, Haechan hanya menggeleng karena sedetik kemudian bibir nya dibekap dari belakang oleh Jeno, "Enak ae lu bilang mau cium cium, gue gepret kalo lu berani ngambil duluan"

Yang ditutup mulutnya hanya bisa mencebik kesal, padahal tadi dia bisa mendapatkan ciuman Hyung kesukaannya itu jika tidak di bekap oleh Jeno, begitulah fikirnya

Haechan hanya memijat pelan, tak ada teriakan ataupun rengekan dari Jisung, bocah itu malah tersenyum menatap Haechan yang terfokus pada kelingkingnya

"Apa masih sakit Sung?" Tanya Haechan karena menurutnya ia sudah cukup lama memijat jari yang kini sudah tampak baik baik saja

Jisung menggeleng, dia menarik tangan Haechan lalu meletakkannya di dada nya, "Disini juga sakit Hyung, dia berdebar debar terus"

"Jisung..." Suara seseorang yang berada di dapur membuat Jisung membuang matanya malas, itu suara Jeno, dia memilih untuk makan daripada menahan Jisung, karena sekarang anak itu tidak memberontak lagi, tugasnya sudah selesai untuk membegal Jisung, tapi membiarkan bocah yang memiliki ambisi tinggi berdua dengan Haechan adalah ide buruk, jadi Jeno mutusin buat mantau mereka berdua dari dapur

"Oh ayolah Hyung, aku cuman ngalus, gak cium cium dulu deh"

"Emang menurutmu Haechan mau kamu alusin?" Tanya Jeno sembari memasukkan makanannya ke mulut

"Eh? Haechan hyung ga suka aku alusin?" Jisung langsung melirik ke arah Haechan yang langsung menjawab dengan gelengan kepala yang cepat

"Gak ah, aku biasa aja"

"Apa Haechan hyung tidak merasakan debaran seperti ini juga?" Jisung bertanya dengan suara yang dibuat buat seolah ia merasa sedih

"S-sedikit mungkin" Cicit Haechan pelan, suranya masih bisa terdengar oleh Jisung, dan itu berhasil membuat Jisung berdiri dengan tiba tiba sambil tertawa histeris

"AHAHA, AKU BISA GILA, TERNYATA BEGINI RASANYA CINTA TERBALASKAN, RASANYA LEBIH MENDEBARKAN DARIPADA DI ALUR YANG WAKTU ITU"

"Berisik" Ucap seseorang yang berdiri di pintu utama kini tengah berkacak pinggang dengan plastik yang berada di genggamannya

Oh pemandangan macam apa ini? Seperti melihat lidi dan tiang pln tengah bersanding, iya si pria yang sedang berkacak pinggang itu ialah Renjun, dia datang bersama dengan Sungchan, tolong ingatkan Renjun untuk tidak bersebelahan dengan Sungchan lain kali

Renjun meletakkan plastik yang berisi makanan ringan itu di meja ruang tamu, Jisung langsung duduk dan menciut begitu melihat sosok yang lebih kecil darinya, tapi jika boleh jujur, tenaga Renjun lebih besar dibanding dengan tenaga miliknya, inilah yang membuat siapapun jarang mencari masalah dengan Renjun

"Aku bawakan makanan kesukaanmu, saat membelinya aku membayangkan pipi babi mu itu" Renjun mencubit dan menarik pipi Haechan dengan sebelah tangannya

Kalimat yang sangat menyakitkan, tapi Haechan tak peduli itu, selama dia bisa makan makanan enak, gemuk bukanlah hal yang ia takuti, lagian lemak nya tau harus mengisi di daerah mana saja

Sungchan berjalan mendekati Haechan lalu merangkul bahunya, "Haechan hyung, ayo makan, aku lapar" Ajaknya sambil tangannya yang senggang mengusak acak perutnya sendiri

"Aku sudah makan banyak tadi" Haechan juga ikut ikutan mengusap perutnya, terlihat perut yang agak membuncit itu karena ia memang benar benar kekenyangan

Sungchan yang melihat itu tanpa peringatan langsung mengusap perut Haechan yang sedikit membuncit, "Aaaaa gemasnya, perut bayi ku"

Ohoo, tidak butuh waktu lama bagi Sungchan merasakan perut empuk Haechan, sebab tangannya langsung ditarik oleh Renjun yang kini menatapnya dengan tidak suka, hei... yang menatap tidak suka bukan cuman Renjun saja, ada Jisung yang cemberut dan Jeno yang menggenggam kuat gelas minumnya karena ia masih setia memantau dari dapur

Haechan hanya tertawa melihat orang orang yang berebut untuk sedikit saja mencuri curi kesempatan agar bisa melakukan skinship dengannya

"Tidak apa Jun" Ucap Haechan sambil melepaskan pegangan Renjun pada Sungchan, "Lagian perutku memang gemesin, liat nih liat" Haechan malah mengangkat sedikit bajunya untuk memperlihatkan keadaan perut nya yang membuncit itu

Jisung dan Sungchan memberikan tatapan yang seolah berkata 'biarkan aku menyentuhnya' mereka berdua memandang pemandangan indah itu dalam dalam, sedangkan Renjun? jangan tanya, dia juga gemas pada perut Haechan, tapi rasa gengsinya juga tinggi, jadi ia hanya bisa menarik baju Haechan agar kembali ia turunkan, perut Haechan juga termasuk aset berharga, Renjun berharap hanya dialah yang nantinya bisa melihat perut Haechan, lebih dari itu mungkin

TBC

Haii...
Udah lama ya aku gak update, sorry karena setelah lebaran kondisi ku nge drop, buat kalian yang baca ini jangan lupa untuk selalu jaga kesehatan, oh ya satu lagi, yang besok ujian semangat ya.

Oh aku juga mau bilang, ternyata masih banyak yang ga tau kalau book ini sequel dari 22 card, apa aku harus kasih tau di book 22 card kah kalo sequel nya udah ada?

Lagi, aku masih ngakak pas tau kalo masih banyak pembaca yang ga bisa nebak pair nya Haechan lagi sama siapa. Thats make me laugh so hard, makasih udah tetep vote sekalipun tau ceritanya udah tamat

anw, see u in next chapter...

Out Of CardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang