Chapter 8

78 5 7
                                    

Jihoon mematikan mesin mobil setelah memarkirkan mobil milik Yerim di tempat parkir yang tersedia di hotel.

Mereka duduk terdiam di tempat masing-masing dan sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda akan keluar dari mobil sampai lelaki yang dibalik kemudi melepas seatbelt yang melingkari dadanya.

Yerim menoleh ke samping, melihat lelaki yang saat ini masih diam menatap kedepan meskipun sudah melepas sabuk pengamannya.

Jihoon berdehem sebelum mulai berbicara, "Mau keluar sekarang atau nanti, Yerim?"

Yang diajak bicara masih saja diam dan hanya mengamati Jihoon, melihat dari samping dan menyadari bahwa lelaki yang sudah memiliki istri terlihat menawan dimatanya.

"Hei," Jihoon menginterupsi sambil menjentikkan jarinya pelan, "Kamu melamun?"

Yerim menggeleng, "No, enggak kok."

Dengan mengangkat sebelah alisnya, Jihoon mendekat kearah Yerim untuk melepas seatbeltnya.

Yerim menahan nafasnya sedetik saat tubuh Jihoon mendekat kearahnya, wajah lelaki itu tepat di depan wajahnya.

Tangannya terangkat, tergoda untuk sekedar melabuhkan sedikit sentuhan pada rahang tegas milik Jihoon.

Lelaki berkulit putih itu tertegun, ia memundurkan kembali tubuhnya. Bersandar pada kursi kemudinya untuk menetralisir getaran aneh yang dia rasa.

"Kita turun aja, ya." tawar Jihoon sembari membuka pintu mobil.

Mau tak mau, Yerim ikut turun dari mobil. Mereka berjalan bersama ke dalam gedung hotel, melewati lorong, memasuki lift, kemudian sampai di depan kamar Yerim.

Jihoon berhenti, berdiri di samping wanita yang mengajaknya makan bersama lalu mengembalikan kunci mobil yang masih ia bawa.

"Makasih, Yerim. Aku balik ke kamar dulu ya?" Ucap Jihoon setelah mengembalikan kunci mobil pada pemiliknya.

Saat hendak melangkahkan kakinya, lengannya ditahan oleh wanita bergaun hitam terbuka.

"Jihoon," panggilnya pelan membuat Jihoon seketika menoleh, "Apa menurutmu.. aku enggak menarik?"

Lelaki itu mengerjap pelan, memandangi paras wanita di hadapannya yang ia akui memang cantik, menurutnya.

Jihoon menggeleng, "Kamu cantik, kamu bahkan terlihat menarik, Yerim."

Yerim tersenyum, jari lentiknya bermain diatas kulit lengan yang kekar itu. "Aku tanya menurut kamu, Hoon. Dari sudut pandangnya kamu ke aku. Aku berarti menarik di mata kamu?"

Tiba-tiba saja, Jihoon merasa bibirnya kering seketika. Ia menjilat bibir bawahnya kemudian menjawab, "Iya, kamu menarik kok. Aku akui itu walaupun aku sudah punya istri."

Air wajah Yerim mendadak kesal seketika, sepersekian detik dia tersenyum sembari memajukan badannya mendekat hingga dadanya menempel sempurna di dada bidang milik lelaki yang memandanginya dengan raut kebingungan.

Jarinya naik ke arah kerah kaos polos yang dikenakan Jihoon, bermain-main menggoda disana.

"Mau stay di kamar aku nggak malam ini?" tanya Yerim dengan suara pelan.

Jihoon mengambil tangan Yerim, menariknya turun.

Ia menggeleng lalu tersenyum, "Enggak, Yerim. I have a wife, bukan berarti kita bisa kayak gini karena aku bilang kamu menarik dan cantik. Good night, thank you once again, ya."

Setelah berkata demikian, Jihoon melangkah kembali ke kamarnya.

Ia berusaha sebisa mungkin menyadarkan dirinya sejak tadi, dan satu-satunya cara yang bisa ia ambil adalah segera pergi dari sana. Jika saja Jihoon masih betah disana, mungkin malam ini mereka akan berakhir di ranjang bersama.

𝐅𝐨𝐨𝐥𝐢𝐬𝐡 [𝐖𝐨𝐨𝐳𝐢 𝐒𝐕𝐓]Where stories live. Discover now