Chapter 5

87 11 7
                                    

Jihoon dijadwalkan terbang ke Bali siang ini. Setelah makan siang bersama, Joana, Minjung dan Junhui mengantar Jihoon ke bandara.

"Sayang," lelaki itu membingkai wajah istrinya sesaat setelah memeluk tubuhnya, "Aku bakalan kangen banget sama kamu. Hati-hati ya selama gak ada aku disini, jangan kemana-mana sendiri. Inget, kabarin aku terus. Ya?"

Wanita itu mengangguk, "Iya, sayang. Kamu juga hati-hati, kabari aku kalo udah sampai Bali. Inget juga pesan aku, istirahat yang cukup disana jangan diforsir kerjanya."

Jihoon tersenyum mengangguk kemudian mencium bibir istrinya sebagai penutup.

"Jun, Mi, thanks ya udah ikut nganter ke bandara. Minjung, gue titip istri gue ya." ujarnya pada dua orang temannya itu.

Junhui dan Minjung mengangguk bersamaan menanggapi Jihoon.

"Santai, Ji. Gue juga bakalan nginep di rumah lo kok nemenin dia." jawab Minjung seraya merangkul pundak sahabatnya.

Beruntung Minjung tak ada jadwal pemotretan selama seminggu kedepan, jadi ia bisa menginap di apartemen Jihoon dan Joana.

Jihoon berjalan menjauh sembari melambaikan tangannya kearah istri dan juga temannya. Sebentar lagi pesawatnya akan lepas landas, jadi ia harus bersiap menuju boarding gate. Kemudian Jun, Minjung dan Joana memutuskan untuk pulang setelahnya. 

Perjalanan dari South Korea ke Bali membutuhkan waktu sekitar tujuh jam lamanya, kemungkinan suaminya itu akan mengabarinya nanti sekitar pukul delapan KST.

Setelah mengantar Jihoon ke bandara, Junhui langsung kembali ke kantor sedangkan Joana dan Minjung hangout berdua ke pusat perbelanjaan di kota Seoul.



Selesai membersihkan diri, dua orang wanita itu kini sedang berbincang di sofa ruang tengah sembari menonton televisi, sudah lama sekali rasanya sejak keduanya menghabiskan waktu bersama seperti saat ini.

"Gila, Jo, gue gak nyangka kalo ternyata kita udah lama banget gak hangout ataupun quality time berdua lagi setelah lo menikah."

Joana tertawa mendengar penuturan sahabatnya itu, "Yailah, Mi. Setelah jadi istri tuh hidup kita jadi beda dari sebelumnya."

"Hah," Minjung menghela nafasnya, "Gue juga pengin nikah, tapi mau gimana lagi, doi gue masih belum mau."

"Ya lagian elu, sekalinya dapet pacar yang umurnya dibawah lo."

"Ya gimana lagi, orang gue cinta."

Mereka kemudian tergelak bersama lalu terdiam untuk beberapa saat karena fokus pada tayangan yang ada di televisi.

"Minjung?"

Yang dipanggil menoleh cepat ke arah samping, menatap heran pada sahabatnya, "Ih, ngeri gue kalo lu udah manggil gue begitu. Kenapa?"

"Gue sama Jihoon udah dua tahun, Mi."

Minjung tiba-tiba berhenti mengunyah, ia mengambil remote tv yang berada di sampingnya untuk mengecilkan volumenya kemudian duduk menyamping menghadap sahabatnya. Ia mengerti kemana arah pembahasan ini.

"Jo, gue tahu lo sama Jihoon udah sama-sama usaha. Tapi kan semuanya tuh kehendak Tuhan. Gue cuma bisa bilang sama lo, jangan patah semangat gitu, ya. Lagian kalian tuh berkali-kali periksa hasilnya normal kan, tinggal tunggu waktu yang tepat itu tiba, Jo."

"Tapi gue kasihan sama suami gue, Mi. Meskipun dia gak pernah ngomong, gue tahu dia tuh pengin punya keturunan, Mi. Kalo gini terus lama-lama gue juga akan nyuruh Jihoon cari yang lain, yang bisa segera mengandung keturunan dari dia."

𝐅𝐨𝐨𝐥𝐢𝐬𝐡 [𝐖𝐨𝐨𝐳𝐢 𝐒𝐕𝐓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang