Beberapa jam kemudian.

Wawancara online yang Mew jalani dengan media Indonesia, berlangsung lancar dan menyenangkan. Kegiatan itu telah selesai. Kemudian, Gulf yang baru pulang dari Rumah Sakit, mulai memasuki apartemen.

Gulf duduk dan mencicipi cemilan di meja. "Gimana wawancara nya, Mew? Asik, gak?"

Belum sempat Mew menjawab, Gulf melanjutkan, "by the way, Gulf itu kaya, ya. Dia mendatangi Rumah Sakit termewah. Dan membayar mahal untuk jasa psikiater yang terbaik. Enak ya hidupnya."

Coba pikir. Seseorang menyebut namanya sendiri, tapi kayak lagi ngomongin oranglain?

Gulf : "Untungnya, aku tidak tertarik untuk berbuat macam-macam dengan psikiater itu. Karena dia jelek. Kalau psikiater itu ganteng, pasti udah aku kerjain! Hehehe..."

Mew memandang pria itu dengan sedih. "Kau bukan Gulf!"

Pria itu cuek sambil memakan cemilan dengan lahap.

Mew : "Keluarlah dari tubuh Gulf!!"

"Keluar? Memangnya aku ini hantu? Hantu apa? Pocong?"

Pria itu berdiri dan melompat-lompat seperti pocong. Kemudian, ia menumpahkan obat-obatan milik Gulf dan menginjak-injaknya.

Mew panik dan mendorong tubuh pria itu. Lalu Mew memunguti obat-obatan yang masih tersisa, sedangkan sebagian besar telah hancur.

Mew : "Thiwat, kau gila! Gimana Gulf mau sembuh kalau obatnya kau hancurkan?!"

Thiwat : "Ya beli lagi dong! Kalian kan kaya! Lagian kalo Gulf sembuh, aku nggak bisa pinjem badannya lagi. Hahahaha!!"

Mew masih duduk di lantai memunguti sisa obat. Lalu, Thiwat duduk didepan Mew. "Main BDSM yuk?!"

"Najis lu!!" bentak Mew sambil berjalan cepat kedalam kamar. Mew membanting pintu dan menguncinya. Lalu, Mew mengambil ponselnya dan menelpon psikiater yang menangani Gulf.

Mew : "Gimana sih?! Gulf sudah menjalani terapi. Tapi bukannya membaik malah sama aja! Kepribadian jahat itu muncul lagi!"

Di lain tempat, psikiater heran mengetahui hal tersebut. "Tuan Mew, maaf sekali. Saya juga tidak mengerti, kenapa tidak ada perkembangan padahal baru saja menjalani terapi..."

"...untuk saat ini, sebaiknya Tuan Mew telpon polisi jika Tuan Gulf melakukan tindakan berbahaya..."

Mew membanting ponselnya keatas kasur. Tentu ia geram melihat keadaan Gulf yang terkadang berubah kepribadian, menjadi oranglain yang jahat. Tapi Mew harus sesabar mungkin menghadapinya.

Hening. Tidak ada suara. Mew heran, dia pikir Thiwat akan berbuat onar diluar kamar. Tapi kenapa suasana sepi?

Mew membuka kunci dan keluar kamar. Terlihatlah ruang tengah yang kosong.

Mew : "Gulf? Thiwat? Kamu dimana?"

Mew melihat kearah balkon. Betapa kagetnya Mew, melihat Thiwat yang berdiri diatas railing balkon, dengan posisi menghadap keluar. Kalau kesenggol dikit aja, tubuh milik Gulf itu akan jatuh dari ketinggian apartemen lalu hancur.

Mew berlari kearah balkon, namun Thiwat mengancam. "Jangan sentuh! Atau aku lompat!"

Mew : "Thiwat, turunlah! Kalau jatuh, kau bisa mati!"

Thiwat : "Aku memang sudah mati. Jenazahku sudah dimakamkan..."

"...kalau aku lompat, berarti aku mati dua kali. Bersama Gulf yang tubuhnya hancur karena jatuh dari ketinggian! HAHAHAHAHA!!"

Mew tidak akan membiarkan tubuh Gulf mati. "Thiwat, kumohon turunlah. Aku harus gimana agar kau mau turun?"

Thiwat : "Biarkan aku menyiksamu. Atau kau mau aku lompat? Lalu tubuh Gulf hancur dan mati?"

Mew menghela napas. "Oke. Aku akan lakukan apapun."

Thiwat menyeringai. Dia menjatuhkan tubuhnya ke belakang, kearah balkon. Mew menangkapnya, dan akibatnya Mew tertimpa oleh tubuh milik Gulf.

Mew menyingkirkan tubuh itu diatasnya. Kemudian, mereka duduk di lantai balkon.

Thiwat : "Kau harus pasrah dan jangan melawan. Kalau enggak, kau akan kehilangan Gulf untuk selamanya. Hihihihihihi...!!"

Mew : "Oke. Aku pasrah."

Thiwat tersenyum menyeringai. Ia berdiri dan mengulurkan tangan. Mew menerima uluran tangan itu, lalu Thiwat menariknya hingga Mew berdiri. Thiwat menggandeng tangan Mew memasuki ruangan.

Thiwat mendorong tubuh Mew ke tembok. Mew menatap Thiwat dengan tegang, bersiap dengan rasa sakit yang akan ia terima.

Thiwat tersenyum. "Rileks. Tenangkan dirimu," ujarnya. Lalu ia mencium lembut pipi Mew.

Dan benar saja, ciuman itu membuat Mew sedikit tenang. Tiba-tiba... bug!! Kepalan tangan Thiwat meninju perut Mew dengan sangat keras.

"Aargh..." Mew mengerang kesakitan dan terjatuh.

*****

Bright mengendarai mobilnya menuju gedung apartemen. Usai memarkir mobilnya, Bright keluar sambil menelpon seseorang melalui ponselnya.

Bright berulang kali menelpon Gulf tapi tidak pernah diangkat. "Aneh sekali. Padahal aku cuma penasaran dengan kabar Gulf."

Bright mengantongi ponselnya, lalu menuju unit apartemen yang ditempati Mew dan Gulf.

Sesampainya di depan pintu, Bright memencet bel. Tapi tidak juga dibukakan pintu. Samar-samar, Bright mendengar suara pukulan, tendangan, juga suara erangan kesakitan dari dalam unit apartemen.

Perasaan Bright tidak enak. Ia membuka pintu dan memasukinya. Di dalam ruangan, Bright terkejut melihat adegan mengerikan.

Bright melihat, tubuh Mew diikat pada tiang. Dan, Gulf memperlakukan Mew seperti samsak tinju. Kepalan tangan Gulf bergantian meninju wajah dan perut Mew dengan sangat keras. 

Bright panik, dan tanpa sengaja melihat kearah dapur. Bright segera mengambil panci, untuk memukul belakang kepala Gulf hingga pingsan. Siksaan yang dialami Mew pun berakhir.


(Bersambung)

Bagaimana Jika...Donde viven las historias. Descúbrelo ahora