Takut harus dipaksa.

"Lo..." bibir digigit kala melirik tangan yang digenggam dan beredar sejenak ke sekeliling. "Tahu gak sih?"

"Tahu apa?"

"Bagian es krim persis di samping kita—I mean, kacanya bening dan bisa lihat dari dalam."

"Terus?"

"Tadi ada yang ambil es krim."

"Hm?"

"Kaget lihat kita terus buang muka sinis gitu."

Pas banget, ada seorang cewek dengan piyama dengan kresek belanjaan keluar. Bibirnya cemberut melirik ke arah Sandi dan Bayu terus buang muka lantas pergi.

Ceweknya kayaknya gak sadar atau dia memang terlanjur bete soalnya meski badannya sudah gak kelihatan, jeritannya masih mampu terdengar meski samar. "Semua orang pacaran! Gue kapan, Gusti!?"

"Well..." Sandi malah mengeratkan genggaman. "Iklan udah lewat, so tell me about you."

"Nama, Bayu Crissana. Tanggal lahir 13 Maret, golongan darah AB, tinggi—"

"Lo mau gue dorong sampai ngejengkang terus gegar otak gegara kepala kebentur duluan?"

"Kalau gak langsung mati, gak mau. Di ambang kematian sambil nahan nyeri lebih nyiksa kayaknya dibanding langsung wassalam."

"Hm, not wrong tho. Tapi gak menjawab tanya gue sama sekali."

"Kan gue gak tahu mau bilanga apa Sandeeee. Makanya gue tanya, gue harus gimana?"

"Oke, kalau gitu gue nanya, lo gak deket ya sama bokap?"

"Hm, pertanyaan bagus tapi terlalu straight forward. Oke, next!"

"Bayu."

"Yah gue gak dekat tapi juga gak sejauh itu dibilang gak dekat tapi gue secara sepihak gak mau dekat karena gak ada alasan yang membuat gue dekat sama dia—Ayah, maksud gue. Sampai sini, cukup?"

"Hhm... no." sahut Sandi sambil mengusap punggung tangan Bayu dengan jemarinya.

"Haaahhh," Bayu menghela napas sengaja dikeraskan. "gue cerita pun, lo gak akan percaya."

"Percaya atau enggak, itu urusan belakangan."

"Buat gue, enggak."

"Kalau lo calon pemimpin pemerintahan dari partai yang sedang ngambil simpati warga dengan cerita melankolis lo, jelas harus meyakinkan dan bisa dipercaya. Tapi gak semua cerita seperti itu, ada cerita yang cuman sekadar cerita. Buat didengar, buat dimengerti tanpa beropini."

"...."

"Lo banyak bicara, tapi gak banyak cerita soal diri elo. Kenapa, Bayu? Kenapa? Just... tell me everything. Ini gak seperti gue tukang julid yang suka sebar aib orang sana-sini. Gak menghasilkan cuan, buat apa?"

"Well..." Bayu tersenyum tipis, lebih sedang menertawakan dirinya sendiri sebetulnya. "Lo sampai membujuk gue sejauh ini, serasa gue setertutup itu."

"Gak tahu, gue gak mau menilai. Gue cuman mau..." Sandi menggantungkan ucapannya agak lama.

Sebelah alis Bayu terangkat, bersama dengan Sandi mengangkat wajahnya dan menatapnya.

"Gue mau lo percaya, kalau gue ada."

[10-05-2021]

aku tadinya mau up kemarin sekalian menggiring opini tapi tidak bermasud menggiring opini(?)

Undercover ╏ SooGyu ✓Where stories live. Discover now