Wajah Sandi yang gak sampai sejengkal dari Bayu membuatnya refleks mengalihkan diri yang malah bikin mau gak mau jadi semakin merapat dengan tubuh Sandi.

Bayu bersikap mengabaikan lingkar lengan Sandi di pundaknya bukanlah apa-apa—malah terkesan wajar. Like they used to be.

"Gimana ujiannya tadi?" tanya Bayu.

"Lancar kayaknya."

"Kok kayaknya?"

"Tadi 'nerjemahin' soalnya lancar-lancar aja sih."

"Emangnya soalnya gak pakai bahasa Indonesia?"

"Bukan nerjemahin secara harfiah, Bayu..." Sandi menatap malas. Tangan satunya yang bebas di atas kepala Bayu bergerak menyisir rambut basah cowok itu ke belakang.

"Ya habis jawaban lo gak jelas." Bayu mengomel.

"Ya udah, gimana hasilnya aja entar, yang penting lulus sih." Bayu cuman membalas gumam. "Pameran kapan?"

"Jumat depan. Nanggung banget gak sih? Gue pengen cepet-cepet balik. Kenapa gak sekalian aja gitu kek dituntasin minggu ini atau seenggaknya awal-awal hari minggu depan!"

"Hhm..."

"Lo gak ngedengerin gue ya?" Bayu mengangkat wajahnya, memicing.

"Denger dua kata pertama doang."

"Hih!"

"Habis lo bacot bener." Sandi mencubit bibir Bayu yang manyun, dan sebelum si empu protes, kemudian ditariknya tubuh Bayu ke dalam rengkuhannya—bertemu dengan dadanya. Yang mana memperdengarkan detak jantung di sana.

Bibir bawah digigit pelan oleh Bayu sebelum mendekap balik yang lebih tinggi—yang punggungnya juga jauh lebih lebar darinya.

"Sandi,"

"Hm?"

"Pulkam (pulang kampung) kapan?"

"Hhm... gak tahu. Nungguin elo."

"Oohhh, lo mau bareng sama gue?" Bayu mengangkat wajahnya lagi, menatap dengan tatapan meledek. "Asiikk, dapet tebengan gratis—"

"Siapa yang bilang gue mau nebengin elo? Ogah amat."

"Tadi lo bilang nungguin gue—"

"Naik travel. Ogah banget gue pulang naik motor. Capek."

Nyengir Bayu sambil bergerak naik mensejajarkan wajah mereka, otomatis merubah posisi dengan satu lengan Sandi dijadikan batalan kepala Bayu.

"Ngapain lo cengar-cengir? Gak akan gue bayarin juga ongkos lo."

"Siapa tahu... ngarep aja dulu."

Sandi mengulum senyum—yang sangat rare sepanjang 17 chapter. "Jangan tinggi-tinggi ngarepnya, kalau dompet lo ketinggalan, gue tetep gak mau bayarin."

"Sialan,"

"Bay,"

"Uhm?"

"Don't mean to ruin the mood, but can I ask you? About—"

"Zidan? Yeah, oke. Mau nanya apalagi soal dia?"

"Kalau lo keberutan gak usah—"

"No, noo, it's okay. Lagian cuman lo doang yang tahu masalah dia—eh, ya Daniel juga tahu, tapi kayaknya dia udah lupa." tukasnya. "Well, honestly... dengan lo bertanya soal dia—meskipun itu kadang nyebelin—gue jadi mikir kalau..."

Kalau lo peduli.

"Kalau, apa?"

"Kalau... lo inget."

Undercover ╏ SooGyu ✓Where stories live. Discover now