05

1.8K 210 10
                                    

Rulan terbangun dari tidurnya. Dia menatap kesebelahnya dan tidak ada Sizhui disana. Baru saja memikirkannya, orangnya langsung datang.

"Jing-gongzi, sebentar lagi akan ada sarapan bersama, lebih baik Jin-gongzi bersiap sekarang."

Dengan setengah sadar, Rulan mandi dan memakai pakaian yang sudah dia jemur semalam. Jadi hari ini dia tidak perlu memakai pakaian berkabung yeay.

Rulan dan Sizhui menuju ruang makan dan dari depan pintu Rulan bisa melihat Zizhen yang masih setengah sadar. Bagaimanapun juga, ini masih terlalu pagi untuk mereka.

Saat mulai makan, semuanya diam. Rulan melihat kearah makanannya, hambar. Bagaimana bisa orang-orang gusu bertahan hanya dengan makan ini? Oh, ya, dia lupa, mereka sudah tinggal disini dari kecil. Itu masuk akal.

Rulan hanya memakan makanannya beberapa suap, rasanya dia akan muntah jika makan lagi. Tidak ada makanan pedas kah disini? Dia melirik lagi kearah mangkuknya dengan enggan. Tapi makanannya telah habis. Dia melirik tajam Sizhui yang disebelahnya. Sizhui hanya tersenyum.

Selesai makan. Rulan keluar dengan sempoyongan, dia lapar, tapi, makanan disini tidak dapat dimakan. Bisa sih dimakan, hanya saja, rasanya... Membayangkannya jadi ingin muntah saja.

"Seharusnya tadi kau tidak perlu menghabiskan makananku."

"Jin-gongzi terlihat seperti tidak akan menghabiskannya, sedangkan disini tidak menghabiskan makan itu dilarang."

"Terserah kau saja. Ngomong-ngomong aku tidak melihat Wei Wuxian saat makan tadi."

"Wei-Gongzi, belum bangun di jam segini. Biasanya Hanguang-Jun akan membawa makanannya ke Jingshi."

"Dia punya hak istimewa karena menjadi pasangan kultivasinya Lan Wangji. Menarik."

"Hai, kawan!" Teriak Zizhen sambil melambaikan tangan.

"Dilarang berteriak di Gusu."

"Oh? Maafkan aku."

"Kalian tahu tidak? Aku tadi hampir memuntahkan makanan ku. Tapi langsung ditahan sama Jingyi. Bagaimana kalian bisa hidup dengan makanan seperti itu?" histeris Zizhen.

"Kau hanya belum terbiasa, kawan. Sering-seringlah berkunjung, kau akan terbiasa dengan sendirinya," Kata Jingyi sambil menepuk-nepuk pundak Zizhen.

"Aku tidak akan pernah terbiasa. Ngomong-ngomong, dimana Wei Wuxian?"

"Di Jingshi, tentu saja."

Saat Jingyi dan Zizhen asik berbicara, Sizhui menarik Rulan, menuju Jingshi. Sudah menjadi rutinitas Sizhui untuk mengecek ibu jadi-jadiannya itu saat setelah sarapan.

"Ini Jingshi?"

Sizhui mengangguk, "Wei-gongzi, Wei-gongzi, apakah anda sudah bangun?"

Pintu dibuka oleh Lan Wangji.

"Hanguang-Jun." Sizhui dan Rulan memberi hormat, dibalas anggukan oleh Lan Wangji.

"Wei-Gongzinya... ada?" Lan Wangji mengangguk lagi dan mempersilahkan dua anak adam itu untuk masuk.

"Hai a-Yuan, a-Ling," Sapa Wei Wuxian yang sedang menyantap sarapannya. "Sudah sarapan belum?" Tanyanya.

"Sudah." Jawab mereka berbarengan.

"Wei Wuxian, bagaimana kau bisa bertahan hidup disini dengan makanan seperti itu, ya, itu, kau tahulah, makanan disini, itu."

Wei Wuxian terkekeh, "Kau tau, a-Ling? Lan Zhan yang memasak untukku, dan tentu saja dia sangat tau seleraku. Jadi gampang-gampang saja untuk hidup disini."

"Ah, pantas saja. Suami budhamu itu benar-benar budak cinta, apa yang kau kasih padanya? Apa kau menggunakan kultivasi iblismu untuk membuatnya jadi seperti itu?"

Wei Wuxian tertawa terbahak-bahak, "A-Ling, A-Ling." Wei Wuxian geleng-geleng kepala. "Bukannya kau sudah melihat kisah kami ya semalam? Apa ingatanmu segitu buruknya?"

"Hei! Bukan begitu. Hanya saja itu tidak masuk akal."

"Itu namanya cinta, a-Ling. Cinta."

Disaat Wei Wuxian dan Rulan beradu mulut. Sizhui duduk di sebelah Lan Wangji dan memerah ditempat. Bagaimana tidak? Banyak sekali tanda kemerahan di leher Wei Wuxian. Sizhui kira, dia akan terbiasa dengan pemandangan yang seperti ini, nyatanya dia masih saja merasa malu.

"Oh, ya, a-Ling. Nanti pulangnya setelah makan siang aja ya? Lan Zhan bisa membuat sup iga akar teratai yang rasanya sama persis seperti buatan shijie. Kau harus mencobanya." Seru Wei Wuxian dengan riang.

"Memangnya, boleh?"

"Tentu saja boleh, bolehkan Lan Zhan? Iya kan?"

Lan Wangji mengangguk, "Hmn." Karena memang dasarnya sudah menjadi budak cinta, apapun keinginan suaminya pasti akan dikabulkan.

"Tuh, boleh! A-Yuan juga nanti ikut oke?"

"Baik, Wei-gongzi."

"Panggil aku, ibu."

"Tidak mau." kekeuh Sizhui.

"Ya sudah, dipanggil gege pun tidak masalah. Wei-gege? Terdengar bagus kan? Atau Xian-gege? Ying-gege? Terserah kau sajalah a-Yuan."

"Baik, Xian-gege."

"Ahh, anak manis. A-Ling, panggil aku paman, oke? Panggil Xian-gege juga tidak apa hehe."

Rulan memalingkan mukanya, "Jangan harap."

"Hanguang-jun, Xian-gege, kami undur diri." Setelah memberikan penghormatan mereka keluar dari Jingshi.

"Jin-Gongzi, ayo ke pasar!"

"Untuk apa?"

"Nyari makan, tadi belum kenyang kan? Tidak usah banyak berfikir," Sizhui menarik tangan Rulan. "Ayo!"

Kini, Rulan dan Sizhui berada di pasar. Rulan sudah berjalan kesana kemari mencoba makanan yang menurutnya lezat dan Sizhui hanya mengikutinya saja sambil membawa beberapa barang yang dibeli Rulan.

"Sizhui, ini lucukan? Peri pasti suka!"

Sizhui hanya mengangguk sambil tersenyum.

"Jie, aku mau ini satu."

Di Lanling Rulan mana bisa bebas jalan seperti ini, apalagi sambil tersenyum bahagia. Image-nya sudah terlalu buruk disana. Dan pasti ada Jin Can dan teman-temannya yang mengejeknya. Menyebalkan.

"Jin-Gongzi, sudah mau makan siang. Ayo, kita pulang."

"Oke."

"Jin-Gongzi, kelihatannya sangat senang hari ini."

"Hmn. Di Lanling aku tidak bisa seperti ini, kau tahu, ya, karena sifatku ini haha. Dan ada segerombolan anak yang akan mengejekku. Tapi, aku sudah terbiasa tenang saja," sambil menaruh kedua tangannya di belakang kepala Rulan melanjutkan kata-katanya. "Aku suka disini, aku lebih merasa... dihargai? Mungkin? Kalau makanan disini tidak hambar aku mau saja tinggal disini terus."

"Jin-Gongzi bisa menginap di Gusu lebih lama, kurasa tidak masalah."

"Aku tidak mau merepotkanmu, tapi kalau merepotkan Wei Wuxian sepertinya menyenangkan."

Shizui menggelangkan kepalanya sambil tersenyum lembut. "Jin-gongzi, kau tidak apa jalan berdampingan dengan seorang Wen? Sepertiku?"

Rulan menghentikan langkahnya, dan menatap Shizui. "Selama ikut perburuan malam bersamamu pasti Wen Ning selalu ikut. Kau pikir Wen Ning itu seorang Jiang? Atau Nie? Tentu saja aku tidak masalah."

"Tapi, orang tuamu," perkatannya dipotong. "Itu karena Wen Ning bukan karenamu. Dan buktinya aku baik-baik saja berada disekitarnya."

Setelah diam beberapa saat Rulan melanjutkan perkataannya. "Kau pikir siapa yang membunuh keluargamu? Seorang Jin! Seharusnya aku yang bertanya padamu!"

Sizhui menatap Rulan dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. "Tapi yang membunuh mereka... bukan kau."

"Nah, ya sudah kita satu sama," balasnya sambil tersenyum cerah. Senyum yang jarang ditunjukkannya dan membuat Sizhui tidak bisa mengalihkan pandangannya dari pemuda itu.

The Truth And Love Where stories live. Discover now