Kelima

1.4K 226 5
                                    

☁️☁️☁️

"(Name), aku mau ngabuburit, mau ikut?" tanya Shinsuke padamu.

Ajakan itu akhirnya terdengar ditelingamu setelah beberapa hari lalu kamu menunggunya. Wah, beneran dong? Keren abis saudaraku, nih. Kamu yang saat itu sedang memainkan sebuah game online, seketika langsung mengangguk setuju tanpa perlu berpikir panjang.

"Kalau gitu, sekarang siap-siap, ya? Aku tunggu." Shinsuke berlalu pergi dari kamarmu.

Seperginya Shinsuke, kamu langsung mematikan ponsel pintarmu dan mengganti pakaianmu. Kamu termasuk tipikal perempuan yang tidak mau ribet, berbeda dengan perempuan seumuranmu diluar sana yang perlu banyak waktu untuk berpakaian. Hoodie dan celana joger selalu menjadi pilihanmu saat keluar rumah. Antara malas dan tidak mau ribet, tidak jauh beda. Ya, itu kamu.

"Dah siap!! Yok berangkat!"

Shinsuke memandangmu dari ujung kaki sampai ujung kepala, merasa ada yang tidak beres dengan cara berpakaianmu. "Kok pakai baju itu?"

"Loh? Emang kenapa? Biasanya juga aku pakai baju kayak gini, kan?"

"Iya, memang. Tapi—"

Sebenarnya kamu tidak tahu tujuan ngabuburit kalian akan kemana, namun anehnya kamu langsung menarik pergelangan tangan Shinsuke dan pergi entah kemana. Toh, ngabuburit kan jalan-jalan? Pikirmu dengan otak jeniusmu yang mengalahkan kejeniusan Albert Einstein.

Iya sih, tadinya begitu.

Tapi, Shinsuke itu saudara kembarmu. Yang berarti Ia mengerti jalan pikiranmu akan menjurus kemana. Maka dari itu, ia dengan cepat melepaskan genggamanmu dari pergelangannya dan berganti posisi—sekarang Shinsuke yang menggenggam tanganmu.

Jadi, sebenarnya kalian mau kemana sih?

"Ini kenapa aku menyuruhmu mengganti pakaian. Tapi kamu dengan segala pikiran unikmu yang asal menggandengku dan menarikku sampai-sampai tidak mungkin untuk kembali ke rumah untuk menunggumu berganti pakaian lagi." Shinsuke menghela napasnya, untuk ... Entah yang keberapa kalinya. Salahkan dirimu yang terlalu jeni—bodoh, membuat saudaramu kesulitan.

"Kamu yang gak bilang kalau kita ngabuburitnya ngajarin adek-adek ngaji di masjid ..." Kamu manyun, marah pada Kita.

"Tadi kan aku sudah mau jelasin, tapi kamu yang duluan narik tanganku. Sekarang sudah tidak bisa kembali ke rumah. Duduklah, bantu aku."

Kamu mendengus, dan merutuki dirimu yang terlewat jenius. "Iya-iya ..."

Kita's TwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang