Mendadak Bayu jadi kesal pada dirinya sendiri. Dia memakan potongan ketiga gyozanya dalam sekali suap yang membuat pipinya menggembung seketika, tanpa sadar kalau sejak awal dia makan Sandi memperhatikan.

"Pantas aja."

Bayu mengangkat wajahnya, menatap dengan alis terangkat tanda bertanya sebab mulutnya tertahan oleh kunyahan.

"Ada alasan meskipun karakter lo gak kelihatan ada lembut-lembutnya dan cenderung aneh, si nerdy itu begitu gila terhadap lo."

"Karena gue cakep banget?" maksudnya Bayu cuman sarkas, tapi Sandi mengiyakan buat gerakan Bayu memotong-motong sisa gyozanya berhenti, lantas menyisihkannya.

"Enough with that bullshit."

Habis itu, ramen mereka akhirnya datang. Sandi batal ngomong lagi dan menunggu Bayu menikmati ramennya untuk beberapa suap di awal.

"Kemarin..." Sandi mulai berjuar. "Gue bilang sesuatu ke dia—"

"Yang lo ngaku-ngaku jadi pacar gue kan?" Bayu menyela. "Lo gak tahu, gue kaget sekaget-kagetnya pas lo ngomong gitu."

Terlebih lagi, kayaknya Zidan cukup triggered perkara itu. Kalau enggak, mana mungkin dia mengirim chat begitu pas pagi dan menekankan cara memanggil Sandi sebagai 'pacarnya Bayu'—yang padahal Bayu yakin, Zidan segera tahu Sandi begitu pertama kali melihatnya—saat bertemu tadi.

"Gue juga kaget sama apa yang gue bilang kemarin," sahut Sandi kemudian. "Tapi gimana ya... gue tiba-tiba kepikiran aja, kalau kemarin gue cuman nyebut sebagai temen lo, dia gak bakal mundur. Malah mungkin nganggap gak penting, gue gak berhak juga ngejauhin dia dari elo, gitu gue mikirnya."

Gak lantas Bayu menjawab. Dia menggigit ujung sumpitnya sambil berpikir.

Sandi gak salah sih, tapi gak sepenuhnya benar. Sebab Zidan telah sadar kalau Bayu menggunakan salah satu temannya—yang tak lain itu Daniel—guna menghindarinya, yang seringkali sengaja dianggap sebagai pacarnya lantaran memang hampir setiap saat Bayu dan Daniel bersama.

Kemunculan Sandi yang tiba-tiba mengaku sebagai pacar jelas membuat Zidan skeptis meski jadi cukup gentar juga.

"Terus gue jadi kepikiran..."

Bayu mengerjap. Mendadak dia jadi terpikirkan sesuatu, terutama pada apa yang hendak dikatakan Sandi.

Nggak mungkin kan 'itu'?

"Gimana kalau kita pura-pura pacaran?"

"Uhuk!" Bayu tersedak tanpa ditahan. "Gila ya lo?!" pekiknya langsung setelah menyentakkan gelas minumnya.

"Lo gak mau lapor soal masalah ini, terus si Zidan itu kayaknya gak bakal menunjukkan tanda-tanda berhenti juga, dan kayaknya lo gak cerita hal ini ke banyak orang. Jadi, kalau lo jadi pacar gue dan orang-orang tahu lo udah punya pacar dan si bangsat—maksudnya si Zidan ini masih ngotot ngedeketin elo, jelas mereka lebih ngedukung elo sama gue yang notabene pacar supaya gak diapa-apain si Zidan kan?"

"Ya tapi—" Bayu pusing. "Masa' sampai... segitunya? Terus juga—gila, gue gak tahu harus ketawa atau nangis ini."

"You think this is a stupid idea?"

"That's actually ridiculous."

"Oh, menurut gue ini yang masuk akal. Tapi kan emang masalahnya ada di elo, kalau lo punya ide yang lebih manjur dan mulus, silahkan aja. Gue cuman nawarin bantuan tadi, bentuknya saran dan opini."

Ucapan Sandi cukup menohok perasaan Bayu. Gimana ya, rasanya kayak seolah-olah Bayu bodoh banget karena gak terpikirkan cara itu tapi bukannya kalau kepikiran begitu rasanya jadi lebih konyol? Ini kan realita dan pacaran pura-pura seperti itu terkenal di cerita-cerita remaja klise atau di sinetron.

Geli banget dibayanginnya. Apalagi Bayu sama... Sandi? Rasanya lebih masuk akal kalau sama yang lain tapi gak terpikirkan juga yang secara jelas pantas itu siapa selain...

Sandi.

[30-04-2021]

Bayu: depresot

Bayu: depresot

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Undercover ╏ SooGyu ✓Where stories live. Discover now