Untuk menghilangkan kegugupannya, Soobin tertawa pelan. Berusaha berpikir bahwa kini adiknya tengah membuat sebuah lelucon. Kini netranya pun menatap kedua netra milik Beomgyu-memeriksa bahwa adiknya tidak sedang serius saat ini.

"Kau sedang bercanda, ya?"

Beomgyu memukul meja makan kuat, hingga membuat Soobin tersentak kaget. Pandangannya beradu pada Soobin. Kedua bola mata kecoklatan itu penuh akan kebencian dan amarah. Sementara Soobin masih tidak mengerti apa maksud dari ucapan Beomgyu. Karena memang faktanya dia tidak membunuh Hyunjin.

"Apa menurutmu aku sedang main-main sekarang?!" hardik Beomgyu dengan dada yang naik turun. Napasnya terasa memburu dikarenakan emosi yang sejak tadi ia tahan. Beomgyu sungguh muak makan di meja makan yang sama bersama seorang pembunuh. Beomgyu juga muak melihat senyum dan wajah Soobin yang bersikap bahwa dirinya merupakan orang baik.

Beomgyu membenci semua itu. Tidak ada lagi kasih sayang untuk kakaknya. Semua rasa sayang dan hormatnya sebagai seorang adik hancur dalam beberapa detik saja disaat ia menerima foto mayat Hyunjin dari orang tidak dikenal.

"A-aku tidak membunuh Hyunjin." Soobin berusaha untuk meyakini adiknya, walaupun ia merasa semua itu akan berakhir sia-sia. Sebab kini, ia melihat kedua mata adiknya yang memandang dirinya penuh dengan kebencian. Seolah-olah dirinya adalah sesosok iblis mengerikan.

Tawaan renyah terdengar. Sekali lagi, Beomgyu sangat muak melihat perilaku Soobin yang bersikap seolah-olah dia tidak tahu apapun. Itu sangat menjijikkan, dan membuat Beomgyu ingin melenyapkan wajah sok polos itu sekarang juga.

"Kau berbohong!" bentak Beomgyu sekali lagi.

Soobin sama sekali tidak mengerti apa maksud dari ucapan Beomgyu. Dari mana dia mengetahui bahwa Hyunjin sudah mati?

Pertanyaan Soobin terjawab saat Beomgyu melempar ponselnya di atas meja makan. Soobin mengalihkan perhatiannya pada benda persegi panjang tersebut. Terlihat sebuah foto yang menampilkan betapa mengerikannya tubuh Hyunjin.

Soobin tak dapat menyembunyikan air muka terkejut miliknya. "D-dari mana kau mendapatkannya?"

Bukannya menjawab, Beomgyu malah tertawa pelan. "Apa ini? Apakah akhirnya kau mengakui bahwa kau seorang pembunuh, Soobin?"

Soobin mengepalkan kedua tangannya. Siapa pun yang berani mengirimkan foto tersebut kepada adiknya, Soobin bersumpah akan membunuhnya nanti.

"Dengar, Beomgyu. Aku memang menculik Hyunjin, tapi aku tidak membunuhnya," ucap Soobin bersungguh-sungguh. Dia menatap kedua netra adiknya dengan dalam, berusaha menyampaikan bahwa dirinya tidak berbohong.

"Lalu itu apa?! Kau tidak bisa menyangkalnya lagi! Siapa yang akan membunuhnya kalau bukan kau yang menculik dia?!"

"SUDAH KUKATAKAN BUKAN AKU YANG MEMBUNUH HYUNJIN! AKU BERANI BERSUMPAH!" balas Soobin. Kesabarannya sudah mulai habis. Sekarang ini yang ada di kepala Soobin hanyalah mencari tahu siapa orang yang berani mengirim foto mayat Hyunjin kepada Beomgyu.

Beomgyu tertawa pelan. "Apakah kau punya bukti?"

Helaan napas terdengar. Soobin berjalan mendekati Beomgyu, lalu memegang kedua bahunya. Ia menatap dalam kedua mata Beomgyu, berusaha untuk menyampaikan bahwa ia berkata jujur.

"Dengar, aku memang tidak mempunyai bukti. Tetapi, aku berani bersumpah bahwa bukan aku yang membunuhnya. Aku memang berkontribusi untuk menculiknya kemarin, tetapi aku tidak membunuhnya. Kemarin itu aku di rumah saja menunggumu pulang, Beomgyu. Sekarang, apa kau percaya padaku?" Kata demi kata Soobin ucapkan secara lembut. Berusaha keras agar Beomgyu kembali mempercayai dirinya.

Beomgyu hanya menunduk-tidak ingin menatap netra obsidian itu. Dari bagaimana cara Soobin berucap, membuat Beomgyu sedikit yakin bahwa kakaknya tidak berbohong.

Apa yang akan dipilihnya kali ini? Mempercayai kakaknya, atau tidak?

Pelukan hangat terasa. Direngkuhnya tubuh milik Beomgyu, seraya mengucapkan, 'percaya padaku' berulang-ulang kali. Afeksi yang diterima membuat hatinya tergerak.

Lalu, dengan pelan Beomgyu menjauhkan tubuh mereka. Kali ini irisnya beradu dengan milik Soobin. Dia menatap dalam netra milik pemuda itu, berusaha untuk menemukan kebohongan di dalam sana.

Entah Beomgyu yang terlalu naif, namun kini ia kembali jatuh pada pilihan yang salah.

Bibirnya melengkung ke atas, sembari menatap penuh dengan ketulusan. "Aku lega bahwa kakakku bukan seorang pembunuh."

Soobin membalas senyumannya. "Tidak perlu khawatir. Aku belum pernah membunuh siapa pun."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Who's A LiarWhere stories live. Discover now