Tomio Gakuen atau Akademi Tomio adalah akademi swasta elit terbaik di seluruh wilayah Kanto dan terletak di Yokohama. Di Akademi Tomio tersedia semua tingkat pendidikan mulai dari TK hingga SMA bahkan perguruan tinggi.
Minatozaki Kae adalah gadis s...
"Kau tenang saja... Black Butterfly kupastikan akan hancur" ucapnya lagi.
"Apa? Tidak?" protes Hikaru.
"Morimoto... Aku sudah mempersiapkan semua ini dengan sangat baik jauh jauh hari, tapi kau justru melarangku untuk beroperasi? Jangan mentang mentang kau kepercayaan boss kau bisa mengubah keputusanmu seenaknya"
Hikaru pun mendengarkan perkataan orang dari telepon dengan seksama.
"Aku mengerti" ucapnya kemudian.
***
Misaki menggenggam erat ponselnya sambil menundukkan kepalanya. Hokuto yang tengah menyetir tidak sengaja melihat hal itu. Ia baru membuka mulutnya dan hendak mengatakan sesuatu, namun ia urungkan niat itu.
Mereka tinggal berdua, sedangkan teman teman yang lainnya sudah pulang dari tadi. Hokuto pulang bersama Misaki karena jarak rumah mereka tidak terlalu jauh. Namun sepanjang perjalanan hanya ada kesunyian tanpa percakapan dari kedua orang tersebut. Mereka hanya bisa mendengarkan degup jantung mereka yang berpacu lebih cepat dari biasanya. Bahkan keramaian Kota Yokohama seakan kalah dengan suara degupan jantung mereka.
"Misaki san" "Matsumura kun" Ucap mereka secara bersamaan dan saling berpandangan. Namun setelah itu mereka kembali terdiam dan suasana kembali sunyi tanpa percakapan.
Tak lama kemudian Hokuto pun menghentikan Jeepnya di pinggir jalan yang sedikit sepi. Misaki yang tidak mengerti itu langsung menatap Hokuto dengan heran. Sedangkan Hokuto menatap jauh ke luar, menatap bulan yang bersinar terang memancarkan cahayanya. Misaki pun ikut menatap keindahan bulan itu sambil tersenyum.
"Tsuki ga kirei ne" ucapnya.
"Un... Indah, sangat Indah" ujar Hokuto sambil menatap mata Misaki yang nampak berkilauan. Mata yang membuat hati seorang Matsumura Hokuto luluh dan seakan melelehkan hatinya yang membeku.
Misaki menoleh kearah Hokuto dan sangat terkejut mendapati Hokuto yang tengah menatapnya dan sedikit mencondongkan tubuhnya.
"Suki..." gumam Hokuto.
"Nn? Tsuki?" Misaki menunjuk keluar.
Hokuto mengangguk dan berkata "Daisuki"
"Oh... Matsumura kun menyukai bulan?" Misaki manggut manggut.
Hokuto menggeleng cepat "aku menyukaimu, maukah kau berpacaran denganku?"
"Jangan panggil aku Matsumura" Hokuto meletakkan telunjuknya di bibir Misaki.
"Wakatta, Hokkun" Misaki kembali mengangguk dan tersenyum. Senyumannya itu sukses membuat rona merah di pipi Hokuto.
"Ka... Kawaii" batin Hokuto.
"Yosh! Miki chan" Hokuto menepuk kepala Misaki dengan lembut dan kembali menjalankan mobilnya yang tadi sempat ia rem.
"Miki?" Misaki menaikkan satu alisnya.
"Misaki Kishi" Hokuto melirik Misaki dan sedikit tersenyum hangat.
***
Kaede berdiri diatas apartemennya sambil menatap kearah langit yang dipenuhi bintang, bulan pun turut menghiasi malam berbintang itu. Di tangan kirinya terdapat Handgun Sig Sauer SP2022 berkaliber 9mm, sedangkan di tangan kanannya terdapat pisau Combat Knife yang bergagang panjang.
"HAAAAHH!!!" Kaede melempar pisaunya dengan kesal kearah sasaran.
Kishi yang berdiri disana langsung menangkap pisau yang mengarah ke dadanya itu.
"Abunai yo" ujar Kaede yang melihat Kishi menangkap pisaunya dengan santai.
Kishi tersenyum lalu berjalan mendekat kearahnya sambil memutar mutar pisau di tangannya.
"Lagian kau juga... Ini bukan Amerika, jadi jangan mengeluarkan senjata seenakmu" ujarnya sambil mengembalikan pisau milik Kaede. "Apa yang kau pikirkan?" tanyanya sambil bersandar pada pagar pembatas.
"Aku sudah tau tentang Harinezumi dan Midori Kuma, kenapa tidak ada yang memberitahuku?! Kalian semua anggap apa aku ini?!" protes Kaede sambil menendang pagar pembatas.
Kishi berjalan mendekati Kaede dan mengusap kepalanya dengan lembut sambil berkata "kau fokus saja pada pendidikanmu"
Kaede menatap Kishi dengan sinis lalu mengarahkan pisau di tangannya ke leher Kishi. Kishi pun spontan menjauhkan tangannya dari Kaede dan menatap pisau yang mengarah ke lehernya itu.
"Kau pikir aku ini apa? Tuan Putri yang manja? Yang mudah teralihkan hanya karena hal kecil seperti ini?" Kaede menyeringai.
"Memangnya kenapa kalau kau sudah tau?" Kishi tersenyum sambil memegang tangan Kaede yang tengah memegang pisau dan menodongnya itu dengan santai. Dia tau benar bagaimana menghadapi seorang Kimura Kaede, karena mereka dulu pernah tinggal bersama selama 5 tahun, atau mungkin lebih. "Apa yang akan kau lakukan?" Kishi menaikkan satu alisnya.
"Walaupun tidak ada yang akan kulakukan setidaknya aku tau" Kaede mengerutkan dahinya.
Kishi tertawa kecil sambil menundukkan kepalanya.
"Kishi nii..." Kaede menjauhkan tangannya dari leher Kishi dan memasukkan senjatanya ke saku jaket. "Ada apa? Kau terlalu tenang" tanya Kaede yang merasa Kishi berbeda dari biasanya. Kishi memang orang yang tenang dan fleksibel. Tapi malam ini dia terlihat sangat tenang, terlalu tenang seperti menunggu sesuatu yang besar.
"Memangnya kenapa? Aku selalu tenang, seorang boss harus selalu tenang"
"Kau terlalu tenang"
"Tidak pernah melihatku setenang ini?"
Bersambung~
Bonus Pict
¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.