Rahasia Ada Untuk Diungkap

1.9K 233 1
                                    

"Jeongguk," seseorang meraih lengannya, saat tubuh pemuda itu limbung ke depan, "hey, are you okay?"

Berkedip pelan untuk menghilangkan kabut yang menyelimuti pandangannya, Jeongguk berdengung. "Hm?" Dia ada di tengah kafetaria. Terlalu banyak orang berhamburan untuk mengantri makanan di depan matanya.

"Kamu hampir jatuh." Yugyeom, salah satu teman sekelasnya memandang dengan wajah prihatin. "Wajahmu juga sangat pucat. Ayo, duduk sebentar."

Menggiring Jeongguk untuk duduk di salah satu meja yang kosong, Yugyeom mengambil tempat di seberang temannya itu tanpa melepas tatapan cemas yang masih terulas di wajahnya.

"Maaf," Jeongguk berujar beberapa saat kemudian, memegang kedua sisi kepalanya dengan lelah. "Gue nggak tahu gue kenapa."

"Udah sarapan, belum?"

"Belum," Jeongguk mendengkus, "nggak sempet sarapan. Tadi, bangunnya telat."

"Nah, mungkin gara-gara itu." Berdecak pelan, Yugyeom bangkit berdiri. "Gue pesenin makanan sebentar deh, ya. Lo tunggu di sini." Tanpa basa-basi pemuda itu berlalu menuju keramaian orang untuk memesan makanan. Jeongguk duduk menunggu sambil memijat pelipisnya pelan-pelan.

Saat Yugyeom kembali, dia membawa dua nampan dengan banyak makanan di atasnya. Jeongguk refleks mengernyitkan hidung ketika indra penciumannya menangkap bau amis dari telur.

"Ugh, no. Nggak mau telur."

"Oh?" Yugyeom bingung. "Bukannya lo suka telur, ya?"

"Sekarang, enggak." Jeongguk menggelengkan kepalanya sambil menutupi hidung. Bau amis yang mengudara terasa semakin menyengat.

"Okay, okay." Buru-buru memindahkan telur milik Jeongguk ke nampannya, Yugyeom mendorong nampan-bebas-telur ke hadapan temannya itu. Tatapan sangat tegas terarah saat dilihatnya Jeongguk hendak membuka mulut untuk mendebat lagi.

"Makan yang lo suka aja. Buat isi perut. Lo nggak mau tiba-tiba pingsan di tengah-tengah keramaian, kan? "

Mengetahui apa yang dikatakan temannya itu benar, Jeongguk mulai makan ogah-ogahan. Jika tidak membayangkan dirinya pingsan dan Taehyung harus datang untuk menjemputnya—dengan kemungkinan besar menanyakan pertanyaan yang tidak dapat Jeongguk jawab—pemuda itu masih ingin berkeras hati. Dia tidak punya selera makan akhir-akhir ini. Rasanya, tidak ada makanan yang cocok untuk dicerna perutnya tanpa memuntahkan sesuatu.

"Gimana? Masih sakit?" setelah Jeongguk menghabiskan setengah dari makanannya, Yugyeom mengangkat alis.

Jeongguk menggelengkan kepalanya dengan lemah. "Makin nggak enak."

Yugyeom terlihat agak panik sekarang. "Mau istirahat di poliklinik? Biar gue antar ke sana."

"Kalau boleh, anter gue ke tempat lain?"

***

"Kehilangan nafsu makan adalah hal yang wajar dalam kehamilan, Jeongguk. Jadi, jangan khawatir tentang itu." Dokter menenangkannya. "Tapi, masalah sebenarnya adalah stres yang berlebihan. Itu memberi tekanan besar pada kamu dan si kecil. Stres yang berkelanjutan ini bisa menyebabkan hal-hal buruk."

"Seperti ... keguguran?"

Dokter mengangguk.

Jeongguk merintih lemah. "Oh, no."

Meremas kepalan tangan Jeongguk yang berada di atas meja, wanita itu melemparkan satu senyum lembut untuk menyemangatinya. "Jangan khawatir, Jeongguk. Itu tidak akan pernah terjadi jika kamu mulai memberi dirimu waktu untuk menyegarkan pikiran dan mengendalikan emosi. Abaikan aktivitas yang memberi tekanan atau sesuatu yang membuat kamu sampai berpikir berlebihan."

Out of The Blue by LittleukiyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang