3. Rumah Abu dan Sosok Familiar

Start from the beginning
                                    

Tak berselang lama, suara bel yang menandakan waktunya jam makan siang pun berbunyi, namun para member enggan bergerak dan memilih untuk melanjutkan perbincangan mereka, kecuali Taeyong yang harus keluar untuk menemui seseorang.

Daehyun melambai saat Taeyong berjalan kearahnya dengan senyum lebar.

Seperti seorang ayah yang sedang menjemput anaknya pulang sekolah.

Saat sampai di hadapan Daehyun, Taeyong berlutut di hadapan anak itu kemudian ia menanyakan sesuatu. "Daehyun suka NCT kan?" Tanya Taeyong dengan matanya yang bulat lucu.

Daehyun kemudian dengan semangat menganggukkan kepalanya. "Sangat suka! Aku ingin menjadi hebat seperti kau dan grup mu." Ucapnya penuh dengan keyakinan, membuat Taeyong mengusap kepala Daehyun dengan sayang.

"Kalau begitu, ayo ikut seonsaengnim!" Ajaknya lalu menggandeng tangan Daehyun dan mengiringinya berjalan hingga akhirnya dua manusia bak pinang dibelah dua itu masuk ke dalam ruangan yang berisi member NCT yang entah bagaimana mereka masih bisa se ricuh ini padahal umur mereka sudah mulai menua.

"Teman-teman, perkenalkan ini Daehyun. Trainee baru di sini." Ucapan Taeyong sukses membuat semua orang menoleh menatap Daehyun kemudian melongo.

"Daebak!" Ucap Yuta lalu entah kenapa ia bertepuk tangan.

Yuta kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah Taeyong dan Daehyun. Berusaha mengamati wajah mereka berdua.

"Bagaimana bisa? Kalian sangat mirip!" Ucap Yuta heran.

Haechan pun ikut meneliti wajah Taeyong dan Daehyun. Jelas tidak ada perbedaan dari dua wajah tersebut. Hanya saja Taeyong memiliki porsi wajah lebih dewasa sedangkan Daehyun masih imut.

"Wah! Hyung! Bagaimana bisa ini terjadi?! Apa jangan-jangan dia anak mu?" Ucapan Doyoung sukses membuat semua orang yang ada di ruangan menatapnya dengan tajam.

Selama bertahun-tahun ini, topik mengenai "anak" sangat sensitive untuk mereka. Mengingat Taeyong dan kisah rumah tangganya yang tragis. Mereka berusaha tidak mengungkit masalah tersebut.

Tapi Doyoung dan mulut sialannya itu memulai lagi.

"Mi-mian." Cicit Doyoung.

Taeyong hanya membalas Doyoung dengan datar. "Sudahlah."

Sedangkan Daehyun yang masih sangat kecil untuk merasakan situasi mencekam dari para orang dewasa itu justru bertanya. "Seonsaengnim punya anak? Dimana? Perempuan atau laki-laki? Daehyun ingin berkenalan!"

Ucapan Daehyun sukses membuat para bujangan yang sedang terduduk kaku itu menatapnya dengan menganga.

Dilihat Taeyong memejamkan matanya.

Bahkan sampai detik ini, selama Sembilan tahun, Taeyong masih tidak bisa menyembuhkan lukanya. Ia masih sangat kehilangan.

Taeyong kemudian berusaha menampilkan senyum terbaiknya. Ia mensejajarkan tingginya dengan Daehyun, mengusap puncak rambut anak itu dengan sayang. "Dia perempuan, sangat cantik seperti eomma-nya. Tapi dia sudah pergi jauh ke surga." Ucap Taeyong lembut.

Daehyun melihat perubahan wajah Taeyong. Walaupun dengan senyuman, tapi Daehyun tau bahwa laki-laki di hadapannya ini sedang bersedih,

Daehyun tau karena ia belajar banyak dari eomma-nya. Ia bisa merasakan kerap kali ketika eomma nya tersenyum, itu terlihat sedikit menyedihkan.

Daehyun kemudian berinisiatif untuk memeluk Taeyong. Telapak tangan yang mungil itu menepuk bahu Taeyong seakan menguatkan.

"Tidak apa-apa, seonsaengnim! Kau kehilangan anakmu, aku juga kehilangan appa ku!" Maksud anak itu adalah ingin menyemangati Taeyong karena mereka berada di posisi yang sama.

OUR SON | LEE TAEYONGWhere stories live. Discover now