epilogue

304 36 4
                                    

ruangan berukuran 9 meter persegi itu tampak lengang, hanya ada bunyi dengung samar pendingin ruangan. sangat tenang — kelewat tenang.

sebuah figur terbaring di atas kasur yang di tempatkan di tengah ruangan. kaku, pucat tapi bernafas.

beda lagi dengan orang yang berdiri dibalik pintu kamar tersebut. terlalu ragu untuk masuk, berkali kali gagal mengumpulkan keberanian untuk sekedar membuka kenop pintu.

"hey,"

"hey."

"masuk aja, kak." kata figur tinggi itu. "dia butuh kamu."

yang satunya masih bungkam, "emang aku masih pantes untuk lihat mukanya, atau sekedar ketemu dia?"

"nggak orang lain lagi yang bisa kakakku percaya selain kamu."

benar, tidak ada yang bisa dia percaya selain aku, pikirnya.

"dia butuh kamu, cuma kamu yang dia punya."

orang itu mengangguk lalu perlahan membuka pintu, enggan merusak ketenangan si figur yang terbaring di kasur.

satu dua langkah, akhirnya ia berhenti tepat di sebelah ranjang rumah sakit itu. menatap pilu sosok yang terbaring disana.

pucat, semuanya pucat. bahkan bibir yang pernah jadi favoritnya pucat dan terbelah belah. rambut bagian belakangnya di cukur sedikit untuk dipasangi perban. juga memar memar jelek yang membekas di leher, saksi bisu kebrutalan yang ia terima.

"asahi..."

suaranya hampir pecah karena tangis. sakit, sangat sakit melihat asahi terbaring begini. tangannya bergerak menggenggam tangan yang bagai tak bernyawa itu.

"maaf—maafkan aku," bisiknya, air mata perlahan turun. tangan itu didekap, dibawa untuk disayang. yedam menangis diatas tangan yang pernah ia genggam.

"kamu pasti capek kan, aku sakitin dulu. gapapa sekarang kamu tidur yang nyenyak, kalau udah nggak capek, bangun terus kita coba lagi."

masih hening, hanya suara isakan kecil yang menggema.

isakan yang menandakan penyesalan.

sudah dua hari sejak semua kegilaan itu. asahi sudah tertidur selama dua hari. jaehyuk sudah mendapat perawatan dan menjalani sidang untuk percobaan pembunuhan, begitu juga guanlin dengan dakwaan yang berbeda.

sementara yedam, sejak mendapat telpon karena insiden ini, tak sedikitpun ia melangkahkan kaki keluar rumah sakit. bahkan setelah adik sepupu asahi, haruto datang ia tak juga pulang.

menebus dosa, katanya.

yedam masih menggenggam, menempelkan punggung tangan itu ke keningnya. merapal doa diatasnya.

sampai jemari itu bergerak menggenggam balik.

berusaha menggapai.

"....sahi?"

".... sha..kihthh...."

segera yedam memencet bel disebelah ranjang tersebut lalu mendekat, menempelkan keningnya ke kening asahi. "syukurlah, ya tuhan, hamada asahi.... maafkan aku."

asahi masih diam, tenggorokannya terlalu sakit untuk berbicara. matanya berair karena lehernya nyeri setengah mati.

setelah dokter dan seorang perawat datang untuk mengobservasi, asahi dinyatakan mungkin tidak bisa berbicara sampai beberapa minggu kedepan. laring atau pita suaranya cedera lumayan parah, juga bengkak dan memar yang menambah nyeri. setelah memberi beberapa informasi, dokter dan perawat tersebut kembali ke ruang jaga.

"asahi, maaf."

"...."

"kamu boleh minta aku lakuin apapun yang penting kamu maafin aku.

there is never a second in my life that i thought i hate you. i never hate you, asahi. i love you and i always do."

yedam kembali menggenggam tangan asahi. "i beg you, please forgive me."

hening,

sampai asahi menangis, menarik tangannya dan menggeleng kencang. tangisnya lumayan keras, mengabaikan nyeri yang mendera tenggorokannya. sampai haruto menerobos masuk.

yedam masih terpaku, kaget dengan reaksi yang asahi berikan. berusaha menggenggam balik tangan ringkih itu, tapi berkali kali juga asahi menarik tangannya. haruto bergerak menarik yedam mundur lalu memeluk kakak sepupunya.

"kak, stop nangisnya. nanti tenggorokan kakak makin sakit."

asahi mengabaikan permohonan haruto, masih menangis. membuat haruto dan yedam sama sama kebingungan.

sampai asahi membuka suara.

"pher...gih. a—khu bhen–ci.. k—khamu! perh—ghi!!"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 03, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

not the only one ✔Where stories live. Discover now