CHAPTER 2 - ENCOUNTER

Magsimula sa umpisa
                                    

Itulah sebabnya saat dia duduk berjemur di pinggir jalan, seorang gadis muda gemuk meliriknya sambil memegang koin tembaga, tapi tidak tahu harus meletakkan dimana, akhirnya dia bertanya, "Hei dashu, mangkukmu dimana?"

#大叔 (dàshū): Paman, panggilan umum terhadap orang yang lebih tua, tapi tidak ada hubungan kekerabatan.

Gadis itu langsung dibawa pergi kerabatnya yang lebih dewasa, Zhou Zishu tidak tahu harus tertawa atau menangis.

Tahun-tahun berlalu, sebagian besar kerabatnya sudah pergi, ada yang hidup dalam kecemasan, ada yang sudah mati, ada juga yang diasingkan dari rumah mereka. Zhou Zishu meregangkan lengan dan kakinya sambil bersandar ke dinding, meneruskan berjemur di bawah sinar matahari yang hangat, sudut bibirnya melengkung membentuk senyuman, mulai berpikir apa sebenarnya dia inginkan sekian lama ini.

Dulu waktu masih sangat muda, dia selalu menganggap dirinya orang yang unggul dan menerima pujian apapun; betapa pintarnya dia, betapa liciknya dia, betapa bagus dirinya dalam seni bela diri, dan berpengetahuan luas; seolah kalau tidak berusaha mencapai sesuatu dalam hidupnya, maka hal itu akan sia-sia bagi umat manusia. Namun setelah sekarang memikirkannya, apa sebenarnya yang dia inginkan?

#心 有 九窍 (Xīn yǒu jiǔ qiào), secara harfiah diterjemahkan sebagai hati dengan sembilan lubang, digunakan untuk menggambarkan orang dengan kecerdasan emosional yang tinggi.

Dan apa yang hilang darinya?

Zhou Zishu sudah membuang kebebasannya melayani kerajaan secara diam-diam; hidupnya berada dalam lingkaran yang tak pernah berakhir, apapun yang pernah dia miliki, menjadi kompensasi atas tindakan yang pernah dilakukannya. Sekarang Zhou Zishu hanyalah penyendiri tanpa memiliki apapun, dia sudah memeras otak merencanakan pelarian yang gemilang dan mempertaruhkan nyawa. Bahkan berpikir kalau dirinya sangat pintar karena berhasil.

Namun tiba-tiba dia mengasihani diri sendiri, merasa seperti orang paling bodoh, di dunia yang bodoh ini.

Sudah berapa lama sejak dia membiarkan dirinya berjemur di bawah sinar matahari di jalanan seperti ini? Sungguh lucu melihat para pejalan kaki yang lewat tergesa-gesa, seperti lebih terburu-buru daripada dirinya⎯⎯ orang yang hampir mati.

Di kedai minum terdekat, terdengar suara nyaring wanita, "Gongzi, lihat pria itu! Kalau dia pengemis, kenapa tidak punya mangkuk, bahkan yang rusak sekalipun? Kalau bukan, kenapa terus duduk di sana sepanjang pagi ini tanpa melakukan apa-apa dan hanya tersenyum bodoh? Dia pasti idiot, kan?"

#公子 (gōngzǐ): Tuan Muda.

Meskipun sekarang Zhou Zishu hanya mempunyai setengah kemampuan seni bela diri, tapi pendengarannya masih bagus. Gadis itu jauh dari jalanan yang ramai dan suaranya tidak terlalu keras, tapi juga tidak terlalu kecil, Zhou Zishu tidak melewatkan satu kata pun.

Belum sempat mengejek diri sendiri, dia mendengar suara laki-laki menjawab, "Dia cuma berjemur."

Suaranya rendah, sangat menyenangkan di telinga, dan setiap perkataan diucapkan pelan dan jelas.

Zhou Zishu tidak bisa menahan diri dan mendongak. Di lantai dua kedai minum itu, wanita muda cantik berbaju ungu bersandar di atas balkon dalam posisi menghadap Zhou Zishu, dan pria yang duduk di sebelahnya berpakaian abu-abu, dengan kulit pucat dan mata gelap seperti bisa menelan semua kecerahan, ciri-cirinya sangat berbeda; pria itu tidak mirip manusia. Zhou Zishu bertemu pandang dengan matanya saat mendongak.

Pria berbaju abu-abu itu membalas tatapannya sebelum memalingkan wajah tanpa ekspresi, dan kembali memperhatikan makanannya.

Zhou Zishu terkekeh dan berpikir, bagaimana mungkin di antara sekian banyak orang asing ini, dia bisa menemukan orang yang mengerti situasinya.

Tian Ya Ke/天涯客/Tiānyá kè/Faraway Wanderers/Word of Honor/山河令Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon