The Guardian Father

30 0 0
                                    

"Lempar kak! Lempar batunya kak" teriakku pada si sulung, ia pun berlari semangat mencari serpihan batu dengan sekuat tenaga yang ia miliki batu itu terlempar jauh ke permukaan air sebuah danau luas dekat rumah kami. Dia pun tertawa lepas puas seperti orang dewasa yang telah merdeka melawan beban perasaanya.Ya begitulah dia dan adiknya begitu semangat jika ku ajak ke tempat itu perasaan bahagia terlihat jelas di wajahnya.

Aku ini seorang ayah yang merawat sendri anak anaknya, dari mereka bayi sampai usia mereka sekarang. Kami hidup bertiga susah senang kami lalui bersama. Mereka mungkin kehilangan kasih sayang ibunya tapi tidak denganku aku adalah orng yang akan selalu menyayanginya melindunginya dan akan tetap bersamanya.

Malam itu si bungsu datang menghampiriku "Ayah adek demam" dia datang sambil memegang keningnya. Aku terperanjat kaget! cepat ku bangun dari tidurku lalu kugendong dipangkuanku, benar saja badanya terasa panas dia demam.

Kubaringkan dia di tempat tidur sejenak namun selang beberapa menit tiba tiba saja dia bangun dan muntah "Aduh" bahaya, aku panik semoga dia baik baik saja, aku begitu khawatir jika dia yang sakit sebab berdasarkan rekam medis dia memiliki riwayat penyakit yang berbahaya tentu saja aku takut jika ia harus mengalaminya lagi. Apalagi saat ini aku hidup di kampung jauh dari pelayanan kesehatan tidak seperti dulu waktu kami masih tinggal di kota.

"Pinjam motor, mana kunci mana..." Aku terlihat tergesa meminta pada adikku.

Kenapa kak? Tanya istrinya.

Shaquille sakit! Jawabku.

Astaga! Dia datang ke kamarku memastikan keadaan anakku yang lagi terbaring, sementara aku langsung bergegas pergi membeli obat penurun deman.

Sesampai di rumah aku langsng memberikan obat meski dia menolak tapi demi kebaikannya aku harus memaksanya, dia histeris tak mau minum seperti anak anak pada umunya yang tak suka dengan obat namun tetap saja ku paksa.
Aku juga memberikanya minum pengganti cairan tubuh agar ia tak dehidrasi.

Dalam hati berdoa semoga anakku baik baik saja.
......

Adik iparku datang membawa sebuah wadah kecil berisi sesuatu yang terlihat sudah di tumbuk bercampur dengan minyak goreng dari baunya jelas itu bawang merah.

Apa itu? Tanyaku memastikan..

"Ini bawang kak!"

"...Aku biasanya memberikan ini pada anak anak ku jika mereka sedang sakit tuturnya.." seolah dia memberikan testimoni bahwa itu ampuh.

Kalau begitu ayo berikan pada Shaquille timpalku

Diapun mulai membalut bawang itu pada tiap bagian tubuh anakku mulai dari ujung kaki perut bahu leher dan pusar sambil sesekali terdegar suaranya membaca doa. Si Shaquille terdiam saja melihat apa yg dilakukan bibiknya padanya,.

"Adek suka? Tanyaku..

dia cuma mngangguk menandakan arti setuju.
Jelas dia akan memilih di perlakukan seperti itu daripada minum obat
......
Benar saja seperti sebuah ke ajaiban hanya dalam beberapa menit demam anakku mulai turun, dia terlihat mulai ada semangat, dia mencari kakanya dan ingin ikut bermain..

"Alhamdulillah" Ucapku!

Aku terharu bahagia melihat dia mulai membaik, karena dari pengalaman sebelumnya jika dia sakit bisa seminggu bahkan lebih baru kembali sehat padahal selalu di bawa berobat kerumah sakit dan ditangani oleh dokter spesialis anak, tapi ya itu lama sembuhnya.

Namun kali ini tidak, dalam hitungan menit dengan sebuah doa dan bawang merah dia sembuh tak perlu kufikirkan tentang rumah sakit ataupun dokter spesialis anak lagi

Mungkin saja Tuhan kasihan melihatku dan anakku yang hidup dalam keadaan berbeda sekarang, dia tak akan mmberikanmu cobaan di luar batas kemampunamu.

Thanks God.
Alhamdulillah.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 04, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The Guardian FatherWhere stories live. Discover now