LOvaVEno part 1

16.5K 451 9
                                    

"Hidupku akan berakhir di umur 17 tahun. Nyatanya seperti itulah vonis dokter. Dan sekarang umurku 16 tahun. Padahal masih banyak hal yang ingin ku lakukan. Aku tidak pernah menyalahkan Tuhan. Tapi terkadang orang lain terlalu mendramatisir tentang hidupku yang singkat ini. Aku bahkan tidak bisa membedakan mana rasa sayang, dan mana rasa kasihan. Aku benci orang menatapku iba dan kasihan. Nyatanya aku masih bisa hidup sampai sekarang walau dengan obat-obatan dan masker oksigen saat aku sedang terbaring di rumah sakit seperti mayat hidup."

Laki-laki itu berjalan semakin pelan.

"Aku benci saat temanku menantangku untuk bermain sepak bola. Ya, rumah sakit. Aku akan berujung di sana setelah itu. Dengan keringat dingin dan darah yang menodai mulutku. Setelah itu, suara tangisan dari orang tuaku. Aku mendengar tangisan itu, tapi mataku sulit tuk terbuka. Di posisi seperti itu, ingin sekali aku menghapus air mata mereka."

Tatapannya semakin sayu.

"Jika aku meminum obat itu teratur, aku menjadi sosok yang kuat. Aku diijinkan naik sepeda ke sekolah. Dan aku bisa berenang. Air. Aku sangat suka air. Tapi saat setan hinggap di fikiranku tuk membuang obat-obat itu, aku susah tuk bernafas. Dan ujungnya aku absen masuk sekolah. Ketinggalan menghitung angka di pelajaran kesukaanku. Matematika"

Nafasnya semakin berat.

"Hidupku kian rumit saat aku tahu bahwa aku dititipkan ke orang tua ku sekarang oleh orang tua kandungku. Bingung? Aku tidak terlalu bingung. Tidak ada waktu tuk bingung. Aku masih punya waktu 1 tahun tuk mencari orang tua kandungku dan alasan dititipkannya aku ke mantan pembantunya yang menjadi orang tuaku sekarang. Aku hanya sedang berada di posisi sebagai anak sekarat yang mencari orang tua kandungnya. Dimana ayah ku masih hidup & ibu ku di surga. Ya. Seperti itulah cerita mereka yang mendongeng tentang jati diriku"

Laki-laki itu mengernyitkan dahinya menahan sakit.

"Beasiswa ini yang menolongku tuk sekolah di Jakarta. Aku akan tetap hidup dengan obat-obat itu. Ya. Itu yang selalu ku jelaskan ke orang-orang yg mengkhawatirkanku. Nanti, entah kapan itu hal pertama yg akan kulakukan saat bertemu orang tua kandungku adalah mencium tangan ayahku & melihat makam ibuku. Jadi, Tuhan, aku menagih janji-Mu tuk hidupku sampai umur 17 tahun"

Perutnya terasa ingin muntah.

"Aku harus bisa menemukan laki-laki yang berstatus sebagai ayah kandungku dengan berbekal foto usang di Jakarta yang luas ini. Tidak ada alamat yang jelas yg bisa ku temui, hanya ada nama Yoandra Joseph Emmut yg harus ku temui. Dia ayahku. Hah! Aku orang gila yg mau melakukan ini"

Tubuhnya terhuyung jatuh ke rerumputan taman.

***

"Kamu buang kemana obat itu?" gerutu Dokter Nash.

"Obat itu terlalu pahit di mulutku" jawab Veno yang tersadar dari pingsannya dan kini terbaring di bangkar rumah sakit.

"16 tahun yang lalu apa kamu mengeluh seperti ini?" tanya Dokter Nash.

"Anda dokter yang galak" sambung Veno.

"Setidaknya aku tidak pernah menyuruh pasiennya tuk membuang obat di tempat sampah rumah sakit. Mengerti?" tukas Dokter Nash.

"Anda menemukannya di sana?" tanya Veno polos.

"Bilang ke setan yang menguasai fikiranmu tuk jangan coba-coba berani melakukannya lagi. Karna pisau bedah sepertinya menyakitkan dilakukan tanpa obat bius" jawab Dokter Nash.

"Hah.. Dokter macam apa anda ini?" tukas Veno.

Dokter Nash melotot.

"Iya ... Dokter..." ucap Veno dengan nada meledek.

LOvaVEnoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang