Bukannya menjawab, laki - laki pengemudi itu menoleh ke belakang, secara otomatis Lea melakukan hal sama.

"Ada apa? Apa kau mencurigai ada yang membututi kita?"

Laki - laki itu merespon dengan anggukan sebelum bersuara. "Ayo keluar."

"Uh?"

Laki - laki itu keluar, di susul Lea yang masih belum mendapat jawaban kenapa bukan mengantarkannya ke bandara justru kepantai.

Mengikuti jejak laki - laki di depannya berjalan, saat berhenti di pesisir pantai Lea ikut berhenti. Memperhatian penuh tanya sebelum dia melihat apa yang laki - laki itu lakukan; melemparkan ponsel ke laut hingga begitu jauh dari pandangan.

"Uh? Ku kira kau akan gunakan untuk keperluan pribadi."

Laki - laki itu menoleh sebentar. "Iya dan tidak."

Lea berkerut kening,  kalimat laki - laki misteris ini mengetuk rasa ingin tahunya lagi.

"Lalu mengapa kau membuangnya?"

"Ponsel itu pasti sudah di lacak."

Sekarang Lea tahu mengapa dia menjadi target oleh seseorang.

"Kau mengenal mereka?"

"Sangat."

"Oh, itu alasanmu... mh, tapi sebenarnya kau ini berada di pihak siapa? Rasanya aneh... karena aku kerap melihatmu bersama dengan gadis itu dan yang ku lihat kalian terlihat sangat akrab. Dan apa yang kau lakukan saat ini justru terlihat kau sedang berpihak pada Nyonya itu?"

Laki - laki itu mengulas senyum kecil namun misterius menurut Lea.

"Ayo, kita pergi."

"Kebandara, kan?"

"Iya."


SECRET TO SECRET



Warna Lagit cerah kian berubah medandakan sore mulai datang. Luhan pulang selepas menghambiskan setengah harinya  bersama Sunny. Ibu Jeno memang begitu berbakat untuk urusan membuang - buang uang, dengan obrolan yang nyaris berisi segala informasi. Entah sudah berapa banyak uang yang di salurkan memanjakan diri. Mulai dari mempercantik diri di salon termahal sampai mengujungi beberapa toko pakian dan berakhir makan di restoran mewah.

Luhan sedikit lelah karena itu dan dia ingin tidur sebentar sambil menunggu  jam  memasaknya tiba.

Namun saat  langkah kakinya baru beberapa menaiki anak tangga, Luhan di kejutkan keberadaan Leo yang tengah tertatih di sisi pagar tangga. Dengan berpegangan pagar tangga Leo berusaha mengapai kaki pendeknya untuk turun.

"Leo!"

Jeritan Luhan mengagetkan bocah umur 3 tahun itu. Leo berpaling dari kefokusannya menata perhitungannya agar tidak terpleset.

"Sayang ini berbahaya untukmu. Dimana ibumu?"

Luhan meraih lembut tangan Leo, memisahkan tangan kecil Leo dari pagar tangga lalu menuntun  bocah itu  kembali naik ke atas.

"Ibu tidul di bawah." kata Leo.

"Ahh... itu alasan Leo berani menuruni tangga." gumam Luhan bermonolog.

Karena tidak sabar menunggu untuk mencapai di lantai atas, Luhan memutuskan mengangkat tubuh bocah itu.

"Ibu tidul di bawah." kata Leo lagi.

Luhan menanggapi. "Leo ingin kebawah?"

Leo mengeleng kepala, wajahnya menoleh ke arah lain sambil tangannya terulur kedepan.

"Ibu tidul di bawah."

Luhan kesulitan  mengartikan ucapan Leo, jadi Luhan memutuskan membawa bocah itu segera kekamar Mark.  Dan lagi - lagi Leo berkata dengan kalimat yang sama ketika langkah itu semakin dekat ke arah kamar.

Membuka pintu, iris mata Luhan seketika melebar menemukan keadaan Aleona yang tidak semestinya di samping lemari.

Luhan menurunkan Leo dengan cepat, menghampiri Aleona, memapah kepala gadis itu di pangkuan penuh kepanikan, dengan perasaan cemas ia menghubungi Mark tapi anak laki - lakinya tidak kunjung mengangkat panggilan itu.

Kesal yang bercampur panik, Luhan keluar kamar meminta bantuan pelayan rumahnya. Tergesa - gesa Luhan menuruni tangga berteriak pada semua maid di rumah.

"Nyonya ada apa? Kenapa nyonya berteriak seperti itu?"

Seketika itu juga, Maya, Mi kyung, Daesung menghambur datang.

"Hubungi Mark, beri tahu dia Aleona jatuh pingsan." kata Luhan pada Maya.

"Nyonya muda pingsan?!" Maya terkejut. Buru - buru dia segara menghubungi Mark melalui telpon rumah.

Kemudian Daesung dan Mi kyung mengikuti Luhan pergi ke lantai atas.

Aleona segara di pindahkan ke ranjang. Leo yang tengah berjongkok di samping Aleona, melihat mereka menujukan kepanikan membuat bocah itu menangis. Naluri memberi tahu Leo jika Ibunya sedang tidak baik - baik saja.

Mi kyung mengambil alih Leo, membawa bocah itu keluar kamar untuk di tenangkan. Sementara itu Luhan menghubungi dokter pribadi Wu.





SECRET TO SECRET



"Bagaimana dengan ini?"

"Iya itu cukup baik."

"Mark ponselmu... " Zelo yang tak sengaja melihat layar ponsel Mark di atas meja menampilkan panggil dari Luhan memberi tahu Mark yang tengah berkonsentrasi dengan Gray. "Ibu menelponmu."

"Biarkan saja." acuh Mark berpikir kalau Luhan menghubungi karena aduan Aleona.

Mendengar jawaban itu Zelo ikut mengabaikan meski panggilan itu terus - terusan timpil di layar ponsel Mark, untuk beberapa saat layar itu mati tapi kemudian panggilan itu datang lagi.

"Kau yakin?" tanya Zelo sekali lagi mencoba menyakinkan Mark.

Mark emosional, kemudian meraih ponsel tergeletak itu. Zelo pikir Mark akan mengangkat panggilan Luhan, namun yang terlihat Mark mematikan ponselnya dan meleparkan ke sopa.

SECRET TO SECRET Kde žijí příběhy. Začni objevovat