Part 1 (The start of trouble)

146 42 36
                                    

"Memaafkan adalah kemenangan yang terbaik."

Ali Bin Abi Thalib

"Ini hanya pernikahan biasa sayang berkorbanlah demi ayah mu yang sedang terbaring di dalam sana. Saya sudah mengizinkan ayahmu untuk menghidupi kalian sampai kau menjadi sarjana. Bagaimana seorang lulusan terbaik dari Universitas tak tau yang nama nya balas budi. Ayolah tuan Nino berjanji akan membantu keuangan perusahaan asalkan kau mau menikahinya. Turutilah agar nyawa ayah mu yang berada di dalam sana selamat." Kata Sarah menusuk.

Tania hanya bisa diam tertunduk sambil mencengkram ujung jilbab nya sampai jilbab itu lecek. Mata nya memanas hatinya perih seperti disayat ribuan pisau yang tak kasat mata. 'Ya Allah apakah yang harus aku lakukan saat ini apakah aku harus menerima pernikahan ini. Kenapa mama Sarah begitu tega nya menyuruhku untuk menikah dengan orang yang aku tidak cintai. Dan apa maksud mama dengan balas budi selama ini aku dan bunda tidak pernah meminta sepeser pun uang yang ayah miliki.' Kata Tania dalam hati, ingin sekali dia mengeluarkan isi hati nya namun dia tidak bisa.

"Oh, iya hari pernikahan dilaksanakan pada tanggal 20, terhitung dari hari ini. Jadi, 10 hari lagi kamu akan menikah dengan anak nya tuan Nino. Dan biaya pengobatan ayah sudah tuan Nino bayar." Kata Sarah sambil pergi berlalu meninggalkan Tania yang tertunduk di depan ruangan rawat inap ayahnya.

"Iya, mah." Hanya dua kata yang keluar dari mulut Tania setelah lama nya terdiam dalam kebisuan.

Tania berjalan dengan gontai memasuki ruangan inap. Di sanlah ayah yang selama ini dia sayang terbujur kaku dan hidup hanya bertumpang kepada alat-alat medis. Tania terduduk dengan lesu di samping ayah nya yang terkulai lemah dan terlihat pucat. 'Ayah apa yang terjadi saat aku pergi mencari bunda. Kenapa saat aku kembali ayah seperti ini? Aku harus bertanya kepada siapa yah? Ayah bangun cepat katakan ini kenapa dan ada apa? Ayah.' Bukanya suara jawaban yang terdengar oleh Tania melainkan suara alat-alat yang terpasang di tubuh ayah nya.

"Kapan ayah akan bangun, apakah ayah akan rela melepaskan ku kepada laki-laki yang nama nya pun aku tidak tau. Yah bangun." Kata Tania yang sudah mulai terisak.

Tiba-tiba ada sebuah tangan yang menyentuh pundak Tania yang langsung membuat Tania kaget.

"Astagfirullah.." Kata Tania kaget

"Maaf non saya membuat non kaget. Soal nya tadi saya panggil-panggil nona ngga denger." Kata Rendy sekretaris sekaligus orang kepercayaan ayah nya Tania.

"Iya, Mas Rendy ngga apa-apa." Kata Tania sambil tertunduk.

"Oh, iya kapan nona sampai di Indonesia bukan kah nona pulang nya 10 hari lagi." Kata Rendy.

"Iya rencana nya sih gitu tapi tanpa di sangka urusan saya di sana udah selesai dan Insyaa Allah saya akan mulai mengajar di sini. Tapi saat saya mendarat di sini mama Sarah mengatakan kalau sepergi nya saya menemui bunda ayah kena serangan jantung apakah itu benar mas Rendy?" Kata Tania

"Itu semua tidak benar non, sebenarnya... tuan..." Perkataan Rendy terhenti saat mata nya melihat tangan tuan nya alias bos nya mulai perlahan-lahan bergerak menandakan kalau sang empunya bangun dari koma nya.

"Ayah kenapa mas?" Kata Tania penasaran.

"Engga non itu tangan tuan bergerak." Kata Rendy mengalihkan.

"Masyaa Allah ayah.. mas Rendy tolong panggilkan dokter." Kata Tania bahagia melihat ayahnya berangsur pulih.

"Siap non." Kata Rendy sambil bergegas pergi memanggil dokter.

"Ayah. Ini aku Tania, nia ada disini yah." Kata Tania dengan gemetar meraih tangan ayah nya.

"Ni-a.. nia.. ka-mu a-da di si-ni sa-yang. Ka-mu ak-hir-nya pu-la-ng ja-ngan ting-gal-kan a-yah la-gi ya sa-yang." Kata Fahri dengan terbata-bata sambil meraih wajah putri semata wayang nya dengan lemah.

"Iya ayah Nia ngga akan kemana-mana kok Nia akan selalu bersama ayah selamanya dan engga akan pernah ninggalin ayah. Ayah jangan khawatir maafin Nia ya soalnya Nia pergi tanpa bilang sama ayah." Kata Tania penuh dengan penyesalan walaupun dia masih marah kepada ayahnya. Tapi jauh dari lubuk hati yang paling dalam rasa sanyang dan cinta nya kepada ayah nya melebihi rasa benci.

Rendy datang dengan membawa dokter. Dokter itu pun langsung memeriksa keaadaan Fahri sekarang. Dengan cekatan dan telaten dokter yang bernama Arsya itu memeriksa keadaan laki-laki tua yang seumuran dengan ayah nya.

"Maaf anda keluar dulu biarkan dokter memeriksa terlebih dulu. Silahkan anda tunggu di luar." Kata seorang suster.

"Tapi, sus itu ayah saya." Kata Tania menyangkal, dia masih ingin bersama ayah nya.

"Mari non kita tunggu di luar biarkan dokter memeriksa tuan dahulu." Kata Rendy sambil menarik Tania keluar dari ruangan tersebut.

Beberapa jam kemudian dokter keluar dari ruangan yang langsung di sambut dengan kecemasan Tania.

"Dok bagaimana keadaan ayah saya." Kata Tania langsung.

"Anda siapa nya pasien? Pak Rendy dia siapa?" Kata Arsya yang merasa aneh dengan tingkah Tania.

"Kenalkan beliau Tania putri dari tuan Fahri." Kata Rendy

"Maaf sebelumnya saya tidak tau mba. Keadaan pak Fahri Alhamdulillah sudah membaik dari sebelumnya. Dan usahakan anda jangan bertanya ataupun membuat pikiran beliau terganggu." Kata Arsya menjelaskan mengenai keadaan pasiennya.

"Alhamdulillah, kalo gitu. Dok apakah saya boleh menemui ayah saya di dalam?" Kata Tania

"Iya silahkan. Mari saya harus mengunjungi pasien yang lain." Kata Arsya sambil berlalu meninggalkan Tania.

Tania dan Rendy langsung bergegas memasuki ruangan

"Ayah. Ini Tania yah, ayah jangan sakit lagi ya. Ayah harus sehat sekarang ayah jangan khawatir aku akan selalu ada dan akan selalu merawat ayah." Kata Tania Tanpa henti.

Sekarang Tania kembali seperti diri nya yang apa ada nya dan selalu cerewet mengenai kesehatan ayahnya. Bukan Tania yang beberapa jam tadi selalu murung dan sedih. Walaupun itu hanyalah kepalsuan belaka untuk menyembunyikan betapa rapuh nya seorang Tania Kharisma Putri di depan sang ayah.

"Iya, sayang ayah ngga kenapa-kenapa kok jangan tinggalin ayah lagi ya." Kata Fahri sambil membelai kepala putri semata wayang nya.

"Oh, iya ayah kan koma selama 15 hari. Ayah pasti belum makan kan, biar aku suapin mau ngga?" Kata Tania sambil mengambil semangkuk bubur yang sudah di sediakan suster.

"Iya sayang." Kata Fahri sambil mengambil posisi duduk bersandarkan dengan bantal.

Tania dengan telaten dan penuh kasih sayang menyuapi ayah nya. Yang tanpa ia sadari ada seorang laki-laki yang memperhatikannya. 'Kenapa seorang gadis yang lemah lembut dan penyayang sepeti dia bisa sih berbuat apa-pun itu hanya demi uang.' Gumam laki-laki itu sambil berbalik arah.

Izinkan Aku MencintaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang