Pagi ini Aletta sedang sarapan bersama dengan anak pungutnya. Ya,anak yang ia temukan di depan rumahnya hari minggu lalu.

"Nana mau rotinya pake selai apa?" Tanya Letta pada anak kecil yang sedang duduk di atas meja makan.

"Nana mau yang merah!" Jawab anak laki-laki itu sambil menunjuk selai berwarna merah.

"Selai stroberi." Ucap Letta sambil membuka tutup selai itu.

"Nana gak suka stroberi!" Teriak anak itu tiba-tiba membuat Letta menghentikan gerakannya.

"Terus mau yang mana dong?" Tanya Letta lagi.

"Yang merah" ucap anak itu masih memilih selai yang sama.

"Katanya gak suka stroberi." Ucap Letta sedikit kesal.

"Nana emang gak suka stroberi,kak. Tapi Nana suka warna merah." Jawab anak itu dengan polos.

Jawabannya sukses membuat Aletta menepuk jidatnya. Pagi-pagi ia sudah di buat pusing oleh anak ini.

Tanpa bertanya,Aletta mengoleskan selai coklat keatas sehelai roti yang akan ia berikan pada anak itu. Anak kecil mana yang tidak menyukai coklat.

"Ih,kok Nana di kasih tanah. Tanah kan gak bisa di makan,kak letta!" Anak itu tidak mau memakan roti yang Aletta berikan karena ia kira roti itu diolesi tanah oleh Letta.

"Ini bukan tanah,Nana. Ini coklat." Ucap Letta sambil memaksakan senyuman di wajahnya.

Bisa-bisanya anak itu mengira selai coklat itu sebagai tanah liat!

"Kak letta bohong. Coklat itu kan buah. Kalo ini tanah. Nana gak bisa di boongin ya!" Anak laki-laki itu mengerucutkan bibirnya.

Ucapan anak itu membuat Letta semakin bingung saja.

Sejak awal ia datang,Aletta sudah merasakan ada sesuatu yang berbeda dengan anak ini.

Mulai dari kefasihan bicara hingga hal-hal yang tidak masuk akal lainnya seperti sebuah fakta yang seharusnya tidak di ketahui oleh seorang anak berusia 3 tahun.

Bagaimana mungkin ia tahu jika coklat itu buah?

Anak usia 3 tahun seharusnya hanya tahu permen coklat ataupun selai coklat yang manis. Bukan buah coklat yang ada dipohon coklat!

"Ini beneran coklat,Na. Nih cobain deh manis lho,enak." Aletta mencolek sedikit coklat untuk ia berikan pada Nana.

"Nana gak mau makan tanah!" Anak itu memberontak menolak untuk mencicipi coklat di jari Aletta.

Namun dengan teganya Aletta memaksa agar coklat itu masuk kemulut Nana meskipun itu harus membuat wajah anak itu sedikit kotor.

"Gimana? Enak kan tanahnya?" Tanya Aletta setelah melihat mulut kecil Nana berkomat-kamit melarutkan coklat yang ada didalamnya.

Tak lama kemudian lidah anak itu keluar untuk menjilat sisa-sisa coklat yang ada di sekitar bibirnya.

"Kok tanah disini ada rasanya sih kak?"  Lagi-lagi ucapan anak itu membuat Letta diam kehabisan kata-kata.

Tiba-tiba terdengar suara bel rumah yang berbunyi. Sepertinya ada seseorang yang datang.

"Kakak ke depan dulu ya. Ini,makan rotinya." Letta menyerahkan roti yang telah ia lapisi dengan selai coklat tadi pada Nana sebelum ia pergi membuka pintu.

Kali ini anak itu mau menerima roti dengan tanah yang tadi ia tolak.

"Pagi cantik!" Sapa seorang pria begitu Aletta membukakan pintu.

"Pagi! Yuk masuk dulu. Aku baru mau sarapan." Jawab Letta sambil tersenyum ramah mempersilahkan pria itu masuk.

"Tadi malem kok kamu gak bales chat aku? Lagi ngapain?" Letta bertanya sambil keduanya berjalan menuju ruang makan.

"Ah itu,semalem aku tidur cepet. Soalnya kaya ada yang aneh aja gitu." Jawab Eric sambil terus melangkah.

"Aneh? Apaan yang aneh?" Tanya Letta lagi.

"Itu... anak siapa?!" Pria itu hendak menjelaskan hal aneh yang ia maksud tapi perhatiannya teralihkan saat melihat anak kecil yang duduk di atas meja makan dengan wajah yang dipenuhi dengan coklat.

"Astaga Nana! Kenapa bisa sampe belepotan gini?!" Aletta segera mengambil tisu untuk membersihkan wajah anak itu.

Sedangkan anak laki-laki itu masih sibuk menjilati telapak tangannya yang dipenuhi dengan coklat.

"Yang,bantuin bersihin dong." Aletta meminta bantuan pada kekasihnya yang sedari tadi hanya menonton.

Setelah semuanya bersih,Aletta kini menggendong Nana di pangkuannya agar anak itu tidak bisa meraih selai coklat lagi.

"Sekarang kasih tau aku ini anak siapa? Jangan bilang kalo kamu selama ini... " Eric menatap Aletta dengan mata yang menyelidik.

"Gak usah mikir macem-macem!" Ucap Aletta sambil menatap tajam kearah Eric juga.

"Iya,yaudah. Jadi dia anak siapa?" Tanya pria itu to the point.

"Gak tau."

"Lah kok gak tau?!"

The Happiness || Na Jaemin (NCT)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن