☆ ENNOSHITA CHIKARA.

Start from the beginning
                                    

Ennoshita diam mematung, walau akhirnya tersenyum gugup dan mengangguk. "Tidak apa-apa, Nishinoya-san. Mungkin [Name] sudah bosan kepada ku ..."

Daichi merasa bersalah saat dia merasakan mood milik Ennoshita mulai menurun, apalagi merasakan aura depresi nya. Dengan gugup, kapten itu berjalan kearah Ennoshita dan menepuk adik kelasnya.

"Tak apa, Ennoshita! Aku dengar, Aoba Johsai sedang mengadakan ujian mereka, pasti [Name] sedang fokus ke sekolahnya sekarang."

Menarik senyuman kecil, Ennoshita mulai mengangguk. ".... Aku rasa begitu."

OoO

Akhirnya, Ennoshita bisa mengajak [Name] untuk berjalan keluar. Sekedar duduk dan memesan makanan hangat dan manis di Café dekat kota.

[Name] masih terlihat sama saja, walau Ennoshita sedikit terkejut saat melihat kantung mata [Name] yang mulai menghitam, wajah nya masih sama-sama datar tanpa emosi namun terlihat lelah.

Ennoshita mulai merasa kasihan dengan pacarnya. Apakah gadis itu mulai depresi?

"[Name]." Ujar Ennoshita memulai percakapan. "Apa kabar? Kau seperti terlihat menghindari ku selama satu bulan, apakah aku melakukan kesalahan?" Tanya Ennoshita dengan wajah cemas.

[Name] berhenti sebentar, lalu mengambil garpu dan menancapkan garpu itu kearah waffle coklat dengan es krim vanila diatas nya. Gadis itu menggeleng pelan.

"Tidak." Balas [Name] singkat, dengan wajah yang datar seperti biasa, lalu memakan waffle miliknya. "Aku hanya ... Sibuk."

"Ah, begitu."

Keheningan menyelimuti mereka lagi, Ennoshita mulai menyeduh coklat hangat dengan hiasan manis diatasnya. Bingung memilih percakapan.

"Chikara," [Name] memulai percakapannya, masih dengan wajah yang datar.

Hingga, [Name] memulai percakapan yang membuat hati nya sakit.

"Ayo putus."

Ennoshita mengerutkan keningnya, mengerjapkan mata kearah [Name] dengan tatapan sangat bingung. "... Apa?"

"Ayo putus." Kali ini, [Name] mengulanginya, dengan tatapan sangat datar. Seperti tidak merasa apa-apa setelah mengatakan itu.

"Oh," Ennoshita membalasnya dengan singkat, lalu berdehem. "Apakah kau bosan denganku, [Name]?" Tanya Ennoshita tersenyum kecut kearah gadis itu.

"Kalau benar?"

Ennoshita semakin tersenyum kecut, menahan dada nya yang mulai perih. Kemudian dia mengambil garpu untuk memakan waffle vanila miliknya.

"Kau bisa mengatakan apa masalahmu kepadaku, [Name]. Aku ada disini untukmu." Balas Ennoshita sembari memakan waffle nya.

[Name] menggendikkan bahu, lalu melirik keluar, hujan telah reda. "Terserah, setelah ini. Ayo kita pergi membeli es krim."

OoO

"Chikara, putus, yuk?"

Menghentikan aktivitasnya, Ennoshita menghela nafas lalu membayar semua kue donat yang dia beli untuknya bersama [Name].

"Jangan katakan itu lagi, [Name]." Balas Ennoshita, memberikan donat coklat kepada gadis itu.

"Oh," Menanggapinya dengan singkat, [Name] langsung memakan donat coklat itu, lalu mereka berdua pergi ke toko es krim.

Sesampainya di toko es krim, [Name] menarik-narik jaket Ennoshita dengan wajah yang datar. Ennoshita menengok dengan wajah bingung, menduga sesuatu yang terjadi.

"Ayo putus."

Menghela nafas lagi, ini sudah kesepuluh kalinya [Name] mengucapkan kata-kata sialan itu, Ennoshita menerima dua es krim yang lezat, memberikan satu kepada [Name].

Mereka berdua pergi ke halte tanpa berbicara apa-apa. Hanya Ennoshita yang melirik paras cantik [Name] yang tak memiliki emosi.

OoO

"Hujan lagi." Komentar Ennoshita saat melihat langit yang gelap, namun masih saja belum ada rintikan hujan maupun suara petir.

"... Ini mengingatkan aku sesuatu." Gumam [Name], melamun melihat langit yang selalu berganti warna.

Ennoshita sedikit mengepalkan tangan nya. "[Name], kenapa kau ingin meminta putus?" Tanya Ennoshita tanpa melirik kearah [Name].

"Apakah kau bosan denganku?"

Gadis itu diam beberapa saat, tangan nya bergerak untuk mengucek matanya, lalu beralih kearah Ennoshita. "Kau marah padaku, ya ..?"

"Kalau begitu, maafkan aku." [Name] membalasnya dengan suara datar namun tersirat rasa bersalah. "Aku terlalu sibuk belajar, mengurusi tugas ku dimana-mana. Aku jadi tidak ada waktu untuk mu." Jelas [Name].

Mengerutkan kening, Ennoshita mengerjapkan matanya terkejut. Baru kali ini [Name] mengatakan hal yang panjang apalagi gadis ini meminta maaf.

Ennoshita malah merasakan dia yang bersalah.

"Aku sibuk dengan kelompok-ku, belajar dengan teman-temanku untuk menghadapi ujian bulan depan." [Name] sedikit linglung, mengistirahatkan kepalanya di pundak Ennoshita.

"Aku mengajak mu putus karena, um ... Aku takut aku membebanimu, jadi .. ──"

Ennoshita tertawa kecil, mengacak-acak rambut pacarnya. "Benarkah? Kenapa kau tak memberitahuku? Ahh, aku tidak akan khawatir jika kau memberitahuku kalau kau sibuk!"

[Name] terdiam, wajahnya menghangat dengan perlakuan Ennoshita.

Remaja laki-laki itu tersenyum lega, menarik kepala [Name] agar lebih dekat dengannya. "Kau tak perlu minta maaf, seharusnya kau tak perlu memaksakan dirimu. Karena kesehatanmu lebih penting."

Ennoshita langsung merangkul gadis itu dengan hangat, kepala [Name] masih bersandar di bahunya. Tangan mereka saling menjalin untuk berbagi kehangatan.

Mengerjapkan mata nya berkali-kali, [Name] menghela nafas lega. Menarik sudut bibirnya menjadi senyuman kecil.

"Terimakasih ... "

****

Usahakan jangan ghosting ya meng
Karena aku belum bikin oneshootnya suna, ntar aja ku bikin plotnya.
Btw request masih dibuka, request di chapter pertama yak!

Yang ujian, semangattt umumumu

juliet.Where stories live. Discover now