Season 2 Ch.24

6.6K 1.1K 77
                                    

Sudah satu minggu berlalu setelah kejadian itu. Alona semakin cemas pada keadaan ku selama ini. Evelyn terkadang juga ikut untuk memintaku keluar. Namun aku selalu menolak. Suatu hari, Rosella menggebrak pintu kamarku dengan emosi. Dia marah. Ya aku bisa maklumi itu.

Aku sering terlambat makan. Keluargaku juga terus mengirimkan surat padaku, hampir setiap hari karena cemas tidak mendapatkan balasan apapun dariku. Aku membolos dari kelas seminggu penuh. Hari-hari aku lewati di kamar. Sekarang, pasti kandidat yang terpilih sudah melakukan pelatihan khusus untuk pertandingan antar akademi nanti. Aku tidak tahu siapa yang terpilih, sebenarnya aku iuga terpilih, tapi aku mengabaikannya.

Aku melatih kekuatanku setiap hari setiap saat. Melakuakn quest kecil untuk mendapatkan koin agar bisa meningkatkan lebih banyak skill dan membeli potion. Kekuatanku bertambah tiga kali lipat dari sebelumnya dalam waktu satu Minggu. Kini aku hanya tinggal menyempurnakan elemen cahayaku. Aku menggunakan banyak potion pembangkit dan penambah kekuatan. Aku bisa menghancurkan pohon hanya dengan memikirkannya hancur. Itu benar adanya.

"Baiklah. Mungkin aku kurang menambahkan mana." Aku mencoba lagi menggunakan elemen cahaya. Selalu seperti ini. Aku sekarang bisa membuat bola cahaya yang lebih besar, dan lebih lama dari sebelumnya, namun belum bisa jika digunakan untuk menyerang. "Ini belum cukup. Apa aku harus menambahnya lagi?"

Tok tok tok, seseorang mengetuk pintu kamarku. Aku menoleh sekilas dan kembali memandang telapak tanganku. "Tling tling tling tlingggg di sini tidak ada orang, silakan tinggalkan pesan setelah bunyi 'beb' beeeeeebb" Ujarku, ini sudah sering aku katakan ke orang-orang yang mengetuk pintu kamarku.

"Ra.. aku Ascher. Kami ada di sini." Aku terdiam, menoleh ke arah pintu.

"Bagaimana kabarmu? Kau tahu? Di kelas sangat sepi tanpamu. Biasanya kau yang paling merusuh di sana." Ascher masih bicara dengan nada bercanda. Aku turun dari kasur, mendekat perlahan.

"Ra.. kau didalam kan? Lihatlah, kami membawa puding kesukaanmu, kau mau makan bersama kami?" Ascher masih melanjutkan. Aku terdiam, menunduk.

"Ra, kau tidak ingin keluar? Kami ingin melihatmu. Bagaimana keadaanmu? Kau sudah dengar Ra? Aku masuk ke dalam kandidat perwakilan akademi. Bersama Rein dan Kayran, lalu kau juga ikut bukan?"

Jadi mereka yang ikut perwakilan? Aku tersenyum, memang mereka adalah orang yang pas untuk ini. "Ra? Kami ingin bicara sesuatu padamu" Aku menatap pintu.

"Ra, aku Alona. Aku ingin berterima kasih, karena kau, aku.. hiks.. karena kau.. hiks.." Aku tersentak, Alona menangis? Tanpa sadar kakiku melangkah dekat pintu. "Ra.. hiks.. terima kasih, karena kau.. hiks.. aku bisa melakukan yang aku mau.. hiks.. kau tahu? Dulu aku sering sekali di tekan untuk melakukan ini dan itu.. hiks.. tapi.. kau mengatakan.. aku harus.. bisa melakukan apapun yang aku mau.. hiks.. itu membuatku senang.. jadi aku mohon.. keluarlah Ra.. aku.. hiks.. aku ingin kita bertemu.." Aku menunduk. "Kumohon jangan menangis, Alona" aku bicara pelan.

"Ini Aku Evelyn. Aku juga ingin berterima kasih. Kau ingat saat pertarungan kita? Kau mengatakan untuk tidak meninggalkan teman bukan? Kita teman kan? Karena itu aku tidak akan meninggalkan mu Ra. Kita akan selalu bersama." Aku menyentuh pintu dengan tangan kananku. "Aku mengerti. Terima kasih, Evelyn"

"Aku Rain. Kau selalu menganggap ku cebol kan?! Itu sangat jahat! Tapi, kau pernah bilang padaku, untuk menjadi diriku sendiri. Aku sudah melakukan itu san sekarang aku bicara padamu untuk keluar dari kamar, dasar pemalas." Aku tersenyum. "Kau memang cebol bodoh"

"Hoi kau! Kau bilang tidak ingin menyerah saat melawanku? Sekarang apa buktinya sialan, kau harus keluar dan hadapi aku!" Aku tau ini pasti Rosella. Aku tersenyum, menempelkan dahiku pada pintu.

"Ra, aku Kayran. Kita memang tidak banyak berbincang, tapi aku tahu kau berbeda. Semua yang kau lakukan adalah sebuah keajaiban yang belum pernah aku lihat. Kah selalu membuat hal yang mustahil menjadi mungkin. Kau selalu mengejutkanku dengan hal yang kau lakukan. Keluarlah Ra, lakukan semua yang kau anggap itu benar dan ciptakanlah keajaiban itu." Aku terdiam. "Itu hanya sebuah hal yang sepele Kay"

"Hei! Ra! Aku Alex." Aku tersentak. "Alex?" Aku menatap pintu, dekat.

"Aku tidak apa-apa sekarang. Lihatlah, aku bahkan merasa ingin memukul seseorang sekarang. Kau membuat ku sadar satu hal Ra. Untuk tidak menyerah akan apa yang kita gapai. Aku selalu terkekang karena keluargaku, mereka selalu membandingkan ku dengan kakak. Tapi kau membuat ku berbeda. Aku sekarang yakin pada diriku, aku bisa lebih baik dari kakak. Keluarlah Ra. Kita akan bertarung lebih dari ini." Air mataku seketika menetes, aku langsung mengusapnya dengan jariku.

"Aku Ascher, Ra. Temanmu. Aku bisa merasakan ketulusan pertemanan karenamu. Aku bisa merasakan cinta pertemanan karenamu. Kau memiliki banyak sekali hal yang belum kau tunjukkan pada kami, karena itu.. keluarlah dari dalam dan temuilah kami" Aku balik badan, bersender di pintu, entah kenapa aku ingin menangis.

"Ra, Kau selalu melakukan hal yang menurutmu benar. Sekarang aku akan melakukan hal yang menurutku benar." Ini pasti Rein. "Aku mendengarkanmu"

"Lupakan masa lalu yang menyedihkan, ingatlah masa lalu yang menyenangkan. Kau mengatakan itu kan? Ya kau benar. Aku selalu saja mengingat kejadian itu, namun saat itu terjadi, kau selalu menutupinya dengan tawamu. Kau selalu menghibur ku, padahal saat itu kau sedang bersedih. Kau selalu mengajakku bercanda, padahal saat itu kau sedang tidak ingin bercanda. Kau membantuku, padahal saat itu kau sendiri yang membutuhkan bantuan. Ku pikir, kau sudah terlalu banyak berkorban untuk kami. Sekarang giliran kami untuk berkorban untukmu. Ra, apa kau mau membagi kesulitanmu pada kami? Apa kau mau bercerita kepada kami seluruh rahasiamu? Apa kau mau melakukannya?" Aku tersenyum, aku tidak akan melakukan itu. Karena kalian adalah-

"Kami adalah temanmu, dan kau adalah teman kami. Ayo kita menanggungnya bersama. Kau terluka, kami juga terluka. Kau sakit, kami juga sakit. Kau sedih, kami juga sedih. Kau bahagia, kami juga bahagia. Ayo kita merasakannya bersama Ra!" Rein menggebrak pintu. Aku tersentak, menjauh dari pintu. Mataku panas, air mataku mulai mengalir, aku menangis dalam diam.

"Ra! Kami merindukanmu! Keluarlah dari sana!" Alona berteriak. Aku menutup wajahku dengan kedua tangan, terduduk di lantai. "Hentikan.. Kalian semua hentikan! Jika kalian berhubungan denganku kalian akan terluka!" Aku tidak tahan lagi, aku berteriak keras sambil menangis tertahan.

"Kami tidak peduli! Kau teman kami! Apapun yang terjadi.. kami.. akan terus.. menjadi temanmu!" Rein berteriak dan seseorang mendobrak pintu kamarku. Aku terkejut, mendongak menatap ke depan, aku tidak bisa melihat dengan jelas karena menangis. Seseorang berlari mendekat dan memelukku. Aku tidak bisa menahannya lagi. Aku menangis sekeras-kerasnya, memeluknya erat.

つづく

Arigato for reading
Aing bikin ni ch sambil dengerin tu lagu Kokoronasi malah nangisಥ‿ಥ (yang di atas)
Oh iya, jangan lupa subscribe tu channel kesukaan aing, lagu kesukaan aing kalau lagi galau ༎ຶ‿༎ຶ

Crazy up⊂((・▽・))⊃
Maaf aing spam up(• ▽ •;)
Arigatogozaimasu~

Heroin Of Emores 【END - TERBIT】Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ