Season 2 Ch.22

6.4K 1.1K 11
                                    

"ini adalah final. Kalian harus melakukannya dengan baik." Linden bicara di antara kami. Aku tidak terlalu mendengarkannya. Karena itu sudah pasti. "Ra, aku tidak akan kalah darimu." Aku tersenyum, mengangguk. "Ya, aku juga akan berjuang."

"Mulai!"

Kami melesat bersamaan, melayangkan tinju. Tangan kami berhantam, satu sama lain. Kami terpental beberapa langkah ke belakang. "Kekuatan kami seimbang ya.." aku bergumam pelan.

Alex mengeluarkan senjatanya. Pedang api. Dia melesat ke arahku. Aku menghilang dan muncul di belakangnya, tubuhku masih melayang, mengepalkan tangan dan hendak memukul, namun Alex sudah berbalik dan mengayunkan pedangnya. Aku membuat tameng transparan. Pedang dan tameng saling menghantam. Kami sedikit terpental namun kembali melesat. Alex mengayunkan pedangnya, cahaya api berbentuk sabit mengarah kepadaku. Aku menciptakan tameng transparan, berhantam. Aku menghilang dan muncul di atas Alex. Dia menyadarinya dan mengarahkan pedangnya ke atas sebagai tameng. Pukulanku dan pedangnya berhantam.

"Kau lumayan" Ujarnya, aku tersenyum. "Kau juga" Balasku memperkuat kekuatanku. Alex sedikit mundur. Mengayunkan pedangnya membuat jarak. Aku mendarat dengan mulus menapak tanah. Sepertinya aku juga harus menggunakan senjata tapi..

Alex melesat ke arahku, mengayunkan pedangnya lagi, kini lebih cepat. Aku dengan gesit menghindar dari serangannya. Dia menggunakan sihirnya. "Fire Ball" Sepuluh bola api melesat cepat ke arahku seperti tembakan. Aku cepat-cepat membuat tameng, bola api itu terpental dan menghantam dinding arena dan tanah. Aku menghilang dan muncul di samping Alex, melayangkan tinjuku. Alex dengan gesit melompat ke atas melewati ku. Saat masih melayang di atasku, Alex mengayunkan pedangnya ingin mengenai punggungku. Aku cepat menghilang dan muncul di belakang Alex, memukul nya. Alex terkena pukulan ku dan terpental beberapa meter, berusaha menyeimbangkan tubuhnya. Aku mendarat.

"Tidak ku sangka, aku akan terdesak seperti ini." Alex bicara berdiri tegak. Aku tersenyum. "Terima kasih"

"Tapi aku tidak akan kalah semudah ini." Alex menghilangkan pedangnya, menyatukan kedua tangannya. Seketika angin sedikit lebih kencang dari tadi dan tubuh Alex bersinar. Aku sedikit menyipitkan mataku. Mengedipkannya beberapa kali. Cahaya itu hilang, angin kembali normal. Aku melihat lebih jelas. Alex hilang? "Kemana?" Aku melihat sekitar, tidak ada. "Dia pergi keman-" Tiba-tiba tubuhku terpental seakan dipukul dari belakang. Aku tersungkur ke tanah, langsung menoleh ke belakang. "Apa itu?"

Aku berdiri, melihat sekitar. Tidak ada. Alex, di mana dia? Tubuhku kembali terpental, kini perut kiriku merasa dipukul keras. Aku meringis menatap kedepan. Sekarang aku mengerti. Aku berdiri tegak, memejamkan kedua mataku, fokus. Aku merasakan mana mendekat. Aku menghindar dengan merendahkan tubuhku, masih menutup mata. Aku menghilang dan muncul di belakang mana itu. Aku memukulnya. Selesai sudah. Aku membuka mataku kembali. Melihat Alex tersungkur di tanah. Itu teknik ilusi. Teknik ini bekerja seperti di gurun panas, melihat objek yang sebenarnya tidak ada, dan sebaliknya. Alex berdiri.

"Bagaimana kau tahu?" Dia bertanya, meringis memegang perut kanannya. "Aku merasakan manamu, Alex." Aku membalasnya. "Ah sial. Aku tidak bisa kalah seperti ini! Jika aku kalah dia akan kecewa." Alex menggerutu. Aku menatapnya bingung. Siapa yang dia bicarakan? Mataku membulat sempurna. Terbelalak. Aura hitam mendekat ke Alex. "Apa.. apa yang terjadi? Alex! Tenangkan dirimu!" Aku teriak memperingati Alex. Dia menatapku, tatapannya kosong. "T-tunggu.. jangan.." Aku panik.

"Aku tidak bisa kalah seperti ini. Dia akan kecewa." Alex masih bergumam hal itu. Aura hitam itu semakin pekat dan mengelilingi Alex.

"Tara Starlia. Kenapa kau berhenti?" Linden sedikit teriak. Aku menoleh. Benar. Hanya aku yang bisa melihatnya. "Hentikan pertarungan ini ketua- !"

Heroin Of Emores 【END - TERBIT】Where stories live. Discover now