SPECIAL CHAPTER - Joshua dan penderitaannya

Start from the beginning
                                    

"Anak kita sedikit rewel ya?"

Aku mengurai pelukan kami, tapi Joshua tetap menjagaku agar tidak menjauh.

"Sedikit..  Mungkin dia merindukan ayahnya."

"Hmm? Aku di sini. Ayo tidur."

Aku mengangguk, kemudian Joshua membawaku berbaring. Aku langsung tidur, bahkan kami melewatkan makan malam.

•••

"Apa saja aku mau kecuali makan ayam Hana."

"Kau tidak mencintaiku? Kau tidak mencintai anak kita?"

"Bukan begitu Hana. Kau tahu kan aku tidak bisa makan ayam."

"Itu hanya ayam. Kenapa sulit? Aku hanya ingin melihatmu makan ayam goreng Joshua."

"Aku tidak bisa Hana."

"Baiklah. Sejak awal aku sudah salah memilih. Harusnya aku menikah dengan Jeonghan. Aku mau pergi. Jangan mencariku."

Aku menyambar tas selempangku, lalu melangkah keluar dari kamar dengan air mata yang terus mengalir. Pagi ini aku hanya minta Joshua makan ayam. Tapi dia menolak mati - matian. Mungkin perasaan Joshua sudah berubah. Dia tidak lagi berkorban untukku.

"Hana... Hana.. tunggu jangan pergi."

"Diam di sana. Aku butuh waktu sendiri."

"Jangan pergi sendiri, bahaya."

"Aku akan kembali pada Jeonghan. Dia lebih mencintaiku daripada kau Joshua."

•••

Joshua Point of View

Ini Joshua.

Apakah semua calon ayah mengalami hal sesulit ini? Iya ini salahku karena beberapa waktu belakangan ini selalu meminta Hana mengatakan apapun keinginannya. Karena aku heran selama kehamilan ini Hana damai sekali, maksudku dia tidak menginginkan apapun. Padahal aku ingin direpotkan seperti calon ayah lainnya. Tapi sepertinya aku menyesali pemikiranku sebelumnya. Karena rasanya perang baru saja dimulai. Aku menderita.

"Aku akan kembali pada Jeonghan. Dia lebih mencintaiku daripada kau Joshua."

Duar. Jantungku seperti dihantam batu, rasanya sakit dan sedikit menyesakkan. Aku tahu itu mungkin pengaruh dari hormon kehamilannya. Tapi apa perlu dia membandingkan cintaku dengan Jeonghan?

"Hana... Lihat sini. Ayo kita bicara disini. Jangan keluar rumah."

Aku mencoba meraih tangannya. Dia tidak menolak. Wajahnya ditekuk, alisnya bertaut menampilkan wajah sedih yang menggemaskan.

"Aku... Tidak meminta hal yang sulit. Aku... Hanya ingin melihatmu makan ayam goreng."

Ugh. Lihatlah cara bicaranya. Mana mungkin aku tega menolak permintaannya. Tapi masalahnya ini ayam. Apa Hana pernah bercerita tentang aku dan ayam? Aku tidak makan ayam. Aku tidak bisa. Dulu saat di panti aku memelihara beberapa ayam. Aku tidak pernah tega memakannya, karena sekawanan itu sudah aku anggap sebagai yaa sesuatu yang berharga. Jadi aku mana mungkin tega memakannya. Aku tidak bisa. Aku mau melakukan apapun. Kecuali makan ayam.

"Kau tahu kan? Aku dan ayam— aku tidak bisa makan mereka Hana."

Dia tidak bicara lagi. Hana urung pergi, dia kembali ke kamar lalu menutup seluruh tubuhnya dengan selimut tebal. Ck. Sabar Joshua.

Aku memberanikan diri mendekat, memposisikan diriku di belakang Hana. Lalu mengulurkan tanganku, memeluknya dari belakang. Tidak ada penolakan. Aku kira aku akan ditendang.

"Aku ingin..."

Nyonya bersuara lagi.

"Ingin apa sayang?"

"Bertemu Jeonghan."

Oh hanya bertemu saja hal yang mudah.

"Ayo, Jeonghan yang kesini atau kita yang ke tempatnya?"

"Kita ke tempatnya."

"Ayo."

Untung permintaanya mudah. Hanya bertemu Jeonghan saja bukan hal yang sulit.


"Jeonghan...."

Aku dan Hana berkunjung ke apartemen Jeonghan. Ternyata di sana ada Hae Won juga. Tapi tidak ada Sungjae, katanya sedang bermain di rumah temannya. Aku sedikit tidak enak karena menganggu waktu Jeonghan dan Hae Won. Juga sangat merasa tidak enak karena dari tadi datang Hana selalu menempel pada Jeonghan.

"Hana..."

Aku memberinya peringatan untuk melepaskan pelukannya pada Jeonghan. Aku takut Hae Won akan marah, dan aku juga kasihan pada hatiku. Ya, aku jelas tidak suka dengan adegan di hadapanku ini. Istriku memeluk sahabatku.

"Pokoknya aku mau di sini bersama Jeonghan. Aku mau tinggal di sini."

Jeonghan meringis, aku membulatkan mataku terkejut, Hae Won hanya tersenyum maklum. Drama apa lagi ini ya Tuhan.

"Tidak bisa Hana. Jeonghan kan sudah punya Hae Won."

"Kau boleh menginap semalam. Tapi tidak untuk tinggal di sini."

Apa? Kenapa Jeonghan malah menyetujui keinginan Hana. Harusnya dia menolaknya. Astaga.

"Baiklah. Jo, kau pulang saja."

Aku. Diusir. Hana mengusirku.

"Aku tidak akan pergi kemanapun."

"Terserah. Jeonghan itu wangi, tidak sepertimu bau."

Bau apa? Masih perihal parfum?

"Iya. Tapi lepaskan pelukannya. Tidak enak pada Hae Won."

Hana mengalah, dia melepaskan pelukannya pada Jeonghan.

"Perempuan hamil memang seperti itu Joshua. Sabar ya."

Hae Won menepuk bahuku. Memberi kekuatan. Aku hanya tersenyum lebih tepatnya terpaksa tersenyum.

"Ayah Jo, i love you."

I love you katanya. Tapi dia memilih berada di samping Jeonghan.

Cih. Sabar Joshua.
















Selamat malam Mingyu 😚





Beautiful Spring 🌸

MY HUSBAND - JOSHUA HONG (COMPLETED)Where stories live. Discover now