Season 2 Ch.16

6.9K 1.2K 25
                                    

"wow wow, apa yang terjadi? Sekarang ini!" MC berseru. Semua kebingungan. Aku berdiri perlahan, menghadapnya. Mengikuti arah aura itu berasal. Bangku penonton?

"Aku akan menghabisimu!" Tria marah. Dia mengarahkan cambuknya padaku. Aku melompat kebelakang, menghindar.

"Ah sialan! Tanganku masih terluka tahu!"

Dia menyerang ku kembali dengan cambuknya bertubi-tubi. Aku menghindar sebisa mungkin. Aku berdecak kesal.

"Heh! Sialan bener ni orang!"

[ Device : Teleport ]

Tubuhku menghilang dan muncul di depan Tria. Aku melayangakan tinju tangan kiri ku padanya, dia terpental beberapa langkah masih dengan keseimbangan.

Dia segera melambaikan cambuknya lagi. Aku menghilang dan muncul di belakang Tria. Dia menyadarinya dan mengayunkan cambuknya dengan cepat ke arahku. Tubuhku terpental, jatuh ke tanah.

[ - Peringatan - ]
Kondisi tubuh menurun 45%
Tersisa 35%
Potion atau abaikan

Tubuhku gemetar. Mau tidak mau aku harus menggunakan potion untuk ini tapi, Tria sudah mengarahkan cambuknya padaku. Aku tidak sempat menghindar. Aku menutup mata refleks membayangkan sakitnya nanti.

Tapi.. tidak terasa sakit sama sekali, kenapa?. Aku membuka mata kembali, mataku terbelalak. Rein menggagalkan serangan Tria. Kayran, Rain, Rosella, dan Alona menyerang Tria bersama.

"Hebat.." aku bergumam pelan. Mereka terlihat seperti pahlawan. Setiap sihir dan serangan yang mereka buat, seakan bercahaya dengan warna masing-masing yang terang. Aku mengucek mata. Warna? Apa aku salah melihatnya? Aku kembali menatapnya. Tidak hilang! Ini sungguhan.

"Hei! Kenapa kau diam saja bodoh!" Rein bicara padaku. Aku mendongak menatapnya. "Kita harus selesaikan ini!" Ujarnya lagi. Aku tersenyum, berdiri perlahan, menyejajari Rein.

"Ya, ayo kita akhiri"

[ - Party terjalin - ]

Aku dan Rein melesat cepat ke arah Tria. Rein mengeluarkan pedangnya dari cahaya mana. Aku bersiap dengan sihir.

"Light Sword!" Rein mengayunkan pedangnya pada Tria. Muncul mana cahaya berbentuk sabit mengarah ke Tria berdiri. Tria terpental beberapa langkah. Dia masih berdiri. Dia belum siap, aku sudsh muncul di depannya. Tanganku mengepal, angin terasa mengalir di tanganku, aku melayangkan tinjuku padanya, dia terkena tinjuku, terpental, terjatuh.

Tubuhku sedikit terhuyung saat kaki ku menapak di tanah. "Apa sudah berakhir?" Sagangnya belum. Tria menggunakan Element masternya. Muncul lingkaran merah api di tanah sekitar Tria. Kaki kami memasuki lingkaran itu. Lingkaran sihir itu bercahaya terang, seiring bercahayanya lingkaran itu, tubuh kami rasanya terbakar, panas.

"Panas!" Rain berteriak. Aku mengatupkan rahang, menatap Tria. Dia terlihat lelah, tapi seperti dipaksa untuk melakukannya. Jika ini terus berlanjut, maka tubuhnya bisa rusak. Aku mencari ide tercepat, menahan tubuhku yang panas terpanggang.

"Cepat! Hentikan pertarungan ini!" Profesor berteriak keras memerintahkan untuk membantu kami, sepuluh dewan akademi dan beberapa profesor turun dari bangku penonton ke arena lapangan stadion. Tapi, sebuah barier menghalangi mereka untuk mendekat. Sejak kapan? Aku tidak tahu, tubuhku rasanya panas.

Heroin Of Emores 【END - TERBIT】Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt