Part 1

575 24 3
                                    

The Only Time
Goodbye is Painful
Is When you know
You will never
Say Hello Again...

 

*Zeah POV*

Tenang, nyaman... Itulah yang aku rasakan saat ini. Di tempat ini, hanya aku yang mengetahuinya. Hanya aku. Apakah kau ingin tahu tempat apa yang membuatku begitu nyaman? Tempat ini berada di dalam hutan. Seperti taman-taman biasanya hanya saja tempat ini sangat luas. Di tengah-tengah terdapat danau besar dan jernih, tidak jauh dari danau tersebut terdapat tebing kecil di sebelahnya. Tempat ini tak sengaja kutemukan kurang lebih setahun yang lalu.

Di sini benar-benar membuat pikiran dan hati tenang, semua masalah dan beban akan terasa berkurang. Setiap sore hingga malam aku selalu mendatangi tempat ini hanya untuk menenangkan diriku tentunya. Di tebing kecil itu aku bisa melihat matahari terbenam, sangat indah. Warna orange dan merah menjadi satu, tepat di depan tebing itu matahari tenggelam dan memantulkan bayangannya ke danau. Sesudah melihat pemandangan menakjubkan itu, aku menunggu kegelapan malam tiba, aku berbaring di atas rerumputan dan menatap langit malam. Begitu banyak bintang yang hadir, setiap malam mereka bermunculan. Entah mengapa aku tak pernah bosan dengan kedua pemandangan tersebut, padahal aku sudah berkali-kali melihat keindahan mereka.

Mereka sangat cantik, jarang sekali mereka memamerkan kecantikan alaminya. Apalagi bintang, mereka terus-menerus mempercantik kegelapan malam dengan cahaya mereka. Aku ingin sekali melihat mereka sepanjang hidupku, entah itu berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Mereka selalu bisa membuat perasaan menjadi lebih baik walau hanya melihat kecantikan mereka saja. Entah sampai kapan aku bisa melihat mereka....

*

Keesokan harinya, aku pun tetap hadir menanti keindahan tempat ini. Aku duduk tepat di bawah pohon besar, cahaya matahari sore menyelimuti tubuhku, aku bersandar dan menghadap ke arah tebing. Di mana aku menunggu matahari tenggelam lagi. Aku mulai memejamkan mataku perlahan merasakan angin sore yang selalu kuingat, kesejukan sore hari sangat menenangkan hati dan pikiran. Suasana yang entah sampai kapan bisa kurasakan lagi...

Aku merasakan kehadiran seseorang, suara hentakan kaki, gemerisik semak-semak dan mungkin berhenti tepat di depanku saat ini, karena cahaya matahari yang menyelimutiku kini berganti dengan bayangan hitam yang menutupiku. Perlahan aku membuka mataku, aku mendapati seorang lelaki berdiri di depanku, lelaki itu mencondongkan tubuhnya ke arahku hingga wajah kami hanya berjarak 5cm.

“HWAAAAA... Siapa kau?!” teriakku kaget dan refleks aku tak sengaja menendang daerah sekitar selangkangannya, dan mengenai tepat di tempat pribadinya itu.

“AAARRRRGGGHHH...!!! Oh, God! Nyawaku!!! Ukkhh!!!” ia pun berjalan mundur beberapa langkah, menundukkan kepalanya dan jatuh berlutut.

“Ohh.. Ahh.. Sorry. Maaf, kau tidak apa-apa? Kau membuatku kaget dengan kehadiranmu yang tiba-tiba itu.” tanyaku yang kini berdiri dan berjalan mendekatinya. “Kau tidak apa-apa, kan? Biar kubantu berdiri.” Tanyaku lagi yang kini tangan kananku terulur tepat di depan hidungnya.

Ia masih meringis kesakitan. “Uughh... Ti...dak, tidak. Aku yang seharusnya minta maaf karena membuatmu terkejut. Aku yang salah. Maaf bila aku tiba-tiba muncul di depanmu” Ucapnya yang terdengar  menahan sakit. Lelaki itu mendongakkan wajahnya dan menatapku.

Mata coklat lembut, bibirnya tebal yang membuat kaum hawa tergoda, bulu matanya tebal dan lentik, rambutnya hitam tetapi bagian poninya berwarna coklat muda lembut bergaris-garis di bagian luarnya. Seperti warna kue bolu? Hehehe... Rahangnya memperlihatkan bila dia terkesan orang yang tegas. Tangan kirinya terdapat beberapa tato. Aku terdiam beberapa saat. Dia mengenakan kaos Nirvana hitam, celana jeans hitam, dan sepatu Vans berwarna senada dengan kaos dan celananya.

My Beautiful Red // Calum HoodWhere stories live. Discover now