Membuka

347 56 3
                                    

Dan entah kapan dimulainya, tapi Atsumu bisa merasakan Jika Sakusa mulai membuka dirinya, bahkan rela-rela menahan lengan Atsumu yang hampir terjatuh gara-gara salah lompat saat latihan.

Atsumu jadi dibuat serba bingung saat Sakusa tidak lagi memasang wajah cemberutnya atau melihatnya menjaga jarak saat Atsumu mendekatinya.

Hingga suatu malam yang cukup sunyi, bertepatan dengan hujan deras yang mengguyur, di kamar mereka, Sakusa membuka suara, mengungkap suatu hal yang mengganjal hatinya, yang ingin ia sampaikan pada tujuannya.

"Miya, aku tidak tahu kapan ini terjadi, tapi... Kurasa aku semakin merasa nyaman denganmu"

Atsumu sangat mengingatnya, kata-kata itu diucapkan begitu lembutnya, Atsumu bahkan hampir dibuat terpesona.

Atsumu tidak menolaknya, tapi juga tidak menerimanya, dia hanya diam, terlampau terkejut, juga terlalu melted untuk menanggapinya.

Sebelum-sebelumnya, Atsumu tidak pernah merasakan seorangpun yang mengucapkan kata-kata manis dan juga tindakan manis untuknya. Tubuh juga otaknya sudah terlalu biasa dengan perlakuan keras. Mungkin karena itulah ungkapan singkat namun dalam dari Sakusa itu begitu mengenai hatinya.

"Atsumu"

Atsumu tergagap karena kegugupannya, terlalu terkejut dengan Sakusa yang menggunakan nama depannya. Dia menatap Sakusa yang entah sejak kapan sudah berjongkok di depannya, memandangnya tepat ke matanya.

"I-iya, omi-kun?"

Atsumu tak bisa menahan cekikan terkejut saat Sakusa memegang tangannya, meletakkan sesuatu pada tangannya.

"Terima kasih, kurasa. Aku haru menyadarinya, tapi kau memang teman yang begitu baik, Atsumu." Sakusa tersenyum padanya. "Terima kasih untuk saran-saranmu sebelumnya. Berkat semua itu, aku mulai mengerti perasaan manusia"

Atsumu merasakan sesak di dadanya, lalu senyum terpampang di wajahnya, "sama-sama, Omi-kun. Aku juga sangat berterima kasih padamu. Kau selalu menamaniku sejak SMA. Kau temanku, kau sangat baik, aku menyukaimu" ungkap Atsumu, 'Aku ingin kita benar-benar berteman, Omi'

Sakusa memandang dalam diam Atsumu yang terlihat memaksakan senyum. Tangannya reflek terangkat, memegang kedua sisi wajah Atsumu hingga sukses membuat si pemilik tersentak kaget.

"Hei, Atsumu... Kau bilang aku temanmu 'kan? Mau menceritakan masalahmu? Aku akan mendengarnya, dan membantu jika mampu." Ucap Sakusa lirih. Menatap wajah penuh kepalsuan Atsumu.

Atsumu membelalak kaget mendengarnya, lalu terkikik geli, "Mou, Omi-kun... Kau terlalu khawatir." Atsumu melepas kedua tangan Sakusa yang bertengger di pipinya. "Aku hanya sedikit lelah, dan kau malah bertindak dramatis seperti ini"

Sakusa masih setia berjongkok, raut mukanya masih sama seriusnya, "Atsumu. Jangan berbohong padaku. Banyak yang bilang, hatimu akan lebih ringan jika menceritakannya pada seseorang"

Atsumu memandang Sakusa, tampak keseriusan yang amat sangat dari wajah Atsumu. "Bukan apa-apa, percaya padaku. Aku hanya badmood"

"Badmood?" Sakusa membeo bingung. "Seperti cewek saja. Kenapa kau badmood seperti ini, hm? Kenapa kau tak bicara padaku kalau badmood? Barangkali aku bisa membantu"

Atsumu merotasikan bola matanya, "Omi-kun... Aku tak sempat berbicara padamu. Selama yang ku ingat, hanya kau yang selalu berceloteh saat kita bercengkrama. Aku dapat kesempatan bicara hanya pada saat kau meminta saran padaku"

Sakusa terdiam sejenak, mengingat kembali hal-hal yang lalu. Memang benar adanya kalau selama ini dia lah yang aktif berbicara. "Maaf, sepertinya aku terlalu nyaman dengamu."

Atsumu tersenyum kecut, 'saking nyamannya sampai aku selalu ter-cuek-kan'. Sedetik kemudian, Atsumu tertawa, "wow... Aku terharu dengan ungkapanmu, Omi-kun..."

Atsumu mencolek-colek lengan Sakusa, membuat Sakusa menoleh dengan raut bertanya, "boleh... Aku memelukmu?" Tanya Atsumu dengan nada yang terdengar begitu getir.

Sakusa tampak menimbang-nimbang, lalu mengangguk, membiarkan Atsumu memeluknya begitu erat, bahkan Sakusa bisa merasakan bahunya basah, "Atsumu...? Kau menangis?"

Namun tidak ada jawaban, hanya pelukan Atsumu yang semakin erat, kepalanya semakin menekan keras di bahu Sakusa.

"Ne.. omi-kun?"

"Hm?" Sakusa mengelus punggung Atsumu, mencoba menghiburnya, juga memberi ketenangan.

"Bagaimana jika aku mengatakan... Aku benar-benar ingin berteman denganmu? Aku tidak ingin jika kau hanya menganggap sebagai figur cadangan dalam hidupmu. Aku ingin menjadi penopngmu. Dan kau jadi penopangku. Apa boleh?"

Sakusa terdiam mendengarnya, pelukannya melonggar sebentar, namun mengerat di detik berikutnya, "Maaf, Atsumu. Aku memang temanmu. Kenapa kau harus menanyakan itu semua?"

Tangisan Atsumu makin deras, membasahi bahu Sakusa, dia tak menyangka jika dia mempunyai seorang teman. Teman baru. Atsumu bahagia. "Sakusa Kiyoomi... Terima kasih..."

Sakusa jadi panik sendiri melihat air mata Atsumu yang semakin deras, "Atsumu... Ma-"

"Berhentilah meminta maaf, Omi... Kau melihatku seolah melihat Cinderella kedua saja. Aku hanya terlalu bahagia dengan pernyataanmu" Atsumu melepas pelukannya.

Kini, Sakusa bisa melihat wajah Atsumu yang memerah sempurna, matanya sembab. "Atsumu..." Sakusa tertegun melihat betapa lancarnya air keluar dari sepasang mata Atsumu. Sakusa baru pertama kali melihat Atsumu menangis seperti ini, dia jadi bingung harus berbuat apa.

Karena saking panik dan tak tahu harus berbuat gimana, Sakusa beeucap, "Atsumu... Tidurlah! Sudah malam, besok kau mau menemani Hinata mencari sepatu bukan?" Sakusa berdiri dan kembali ke ranjangnya. Meningalkan Atsumu yang kini membaringkan badan tanpa bisa menutup matanya.

Atsumu diam-diam tersenyum, tersenyum bahagia. "Omi-kun... Hontou na Arigatou"

Dan keesokan harinya, Atsumu harus bersyukur pada yang maha kuasa. Berkatnya, Atsumu bisa tersenyum gembira menemani Hinata yang berjalan kesana-kemari di toko sepatu bahkan juga menyempatkan diri berpose layaknya model di depan kamera cctv.

"Woah... Lihat ini, Miya-san... Bagus sekali bukan...?" Hinata menunjuk salah satu sepatu yang mempunya desain simpel, namun terlihat keren.

"Hohoho... Kurasa aku akan membelinya..."

Atsumu tersenyum begitu lebar seharian penuh dengan Hinata yang seolah menjadi pemantik kebahagiaannya.

Oh... Ingatkan Atsumu pada teman sekamarnya!

Atsumu hampir lupa dengan sosok Sakusa yang kini sudah mondar-mandir gusar di samping ranjang.

"Ada apa, omi-kun? Kau terlihat cemas?" Tanya Atsumu.

Sakusa menoleh dan tersenyum lega, "Atsumu... Aku..."

"Katakan saja, tidak papa" ucap Atsumu.

Sakusa terlihat ragu sejenak, lalu membuka suara, "Aku tadi menemukan tempat yang bagus. Mau ke sana bersama?"

"Oh... Apa kau yakin baik-baik saja untuk pergi keluar? Takutnya kau malah pingsan duluan sebelum sampai tujuan?" Sahut Atsumu khawatir.

Sakusa mungkin harus bersyukur karena tidak sedang makan atau minum, jika Sakusa berada di 2 aktivitas tersebut, pastinya dia akan tersedak, "Pernyataan macam apa itu, Atsumu? Kau terlalu meremehkanku! Kukira kau benar-benar menghargai phobiaku. Tapi, nyatanya, kau sama saja"

Atsumu memiringkan kepala bingung, "Kenapa? Aku hanya ingin tahu. Tak perlu tersinggu begitu"

Sakusa mengusak rambutnya kasar, mungkin hanya berbincang dengan Atsumu saja, Sakusa bisa terlihat sebegini stressnya. "Lupakan itu! Buruan mandi sana!" Dia mengusir Atsumu yang hanya diam menurut.

.
.
.

To be continued

Dan dari sini... Aku merasa makin gagal menulis angst...🤧

KISAH ATSUMU || SAKUATSUWhere stories live. Discover now