Oke, Junghwan mulai negative thinking. Masa iya sih Arion... psikopat? Masa iya yang menyebabkan Yoonbin kecelakaan adalah Arion?

Junghwan berpikir begini. Kepribadian Arion muncul, lalu membunuh Yoonbin. Atau mungkin yang lain. Yoonbin terkejut karena Yoshi berganti menjadi Arion. Bisa saja kan? Banyak kemungkinan yang terjadi.

Tapi, kalau benar begitu... berarti Arion termasuk salah satu impostornya dong? Berarti kalau ketahuan Yoshi juga yang mengalami, ya ampun.

"Lo disuruh siapa gali informasi tentang gue?" Tanya Yoshi, beralih dari baksonya.

"Eum... gak ada sih... gue penasaran aja. Soalnya waktu itu lo panggil Kak Yoonbin pake kak, padahal lo seumuran."

"Seperti yang gue bilang, Arion itu bersikap semaunya. Biarin aja asal gak kelewat batas."

"Maksud lo? Lo tau kak kalau Kak Arion suka berbuat hal buruk?"

"Gak tau."

"Sekarang lo sendirian di rumah?"

"Iya, kenapa?"

"Kalau ada apa-apa telpon gue atau yang lain ya, kak. Bentar lagi malem, situasi sekarang gak aman."

"Hwan..." Yoshi tersenyum. "Ada yang mau gue tanyain ke lo, semoga aja dugaan gue salah."

"A-apa?"

"Tadi malem, gue liat lo sama Haruto berdarah-darah di jalan. Gue juga liat Yedam ngeliatin kalian berdua dari jauh. Kalian ngapain?"

Sudah Junghwan duga Yoshi akan bertanya. Dia melihat Yoshi tadi malam, dan dia sudah berpikir kalau Yoshi akan bertanya padanya.

"Lo beneran mau tau, kak? Tapi, lo percaya sama gue gak?"

"Gue selalu percaya sama lo, karena lo anak baik-baik."

Junghwan mendekat sedikit ke Yoshi. "Tadi malem, gue liat Kak Haruto duduk di pinggir jalan, jatuh dari motor. Perutnya ditusuk orang, walaupun gak dalam tusukannya. Asal lo tau aja kak, gue gak kasih tau itu ke Kak Yedam karena dia masuk ke kandidat impostor, Kak Jeongwoo yang bilang."







































Malam-malam begini, seharuanya Jihoon menonton film di laptopnya. Tapi, persediaan cemilan sudah habis. Mau tak mau dia ke Alfajuli terdekat, tak tahunya malah bertemu Junkyu sedang jajan indosusu.

Tumben sekali seorang Junkyu keluar jam segini, biasanya kan tidur. Oh, Jihoon lupa. Junkyu kan jauh lebih sibuk dari yang lain, mungkin dia beli indosusu untuk menahan kantuk disela mengerjakan tugas.

"Ngapain lo ngeliatin gue kayak gitu?" Tanya Junkyu sinis, memeluk tas belanjanya seperti takut dicuri.

"Gak apa-apa, tumben banget lo mau keluar rumah jam segini. Sendirian lo?" Heran Jihoon lanjut memasukkan cemilan ke keranjang belanjanya, lalu berjalan menuju kasir.

"Gue sama Doyoung, tuh orangnya lagi di mobil. Diaminta jajan, ya udah gue anterin. Sekalian beli stok susu," jawab Junkyu.

"Oh."

"Dih? Sok cuek banget lo."

Jihoon melotot. Junkyu langsung kabur. Dasar.

"Ck, gak jelas. Mba, nih saya mau bayar."

"Ada kartu-"

"Gak ada, buruan gak pake lama."

Si mba kasir tersenyum saja, tapi dalam hati dia memaki-maki Jihoon. Dengan tidak ikhlas dia menghitung barang belanjaannya, saat memasukkan barang tersebut ke tas belanja saja ogah-ogahan.

"Totalnya dua ratus ribu."

"Nih, gak usah kembali," kata Jihoon, meletakkan dua lembar uang berwarna merah.

Mba kasir tadi kesal. "Masnya kalau mau bercanda salah orang."

"Siapa yang bercanda? Mbanya aja yang sensian."

"Kurang ajar!"

"Apa lo! Ntar gue sebarin ke orang-orang kalau yang jaga kasir galak, biar gak ada yang dateng terus lo dipecat hahaha!"

"Mas, mba, awas jodoh," celetuk seorang satpam sambil bersiul.

"Hiih, ogah amat!"

Jihoon langsung pergi sambil menenteng tas belanjanya. Daripada berlama-lama disana dan membuat kepala panas, lebih baik dia pulang untuk menonton film favoritnya.

Rumahnya tidak terlalu jauh kok, berbeda dengan rumah Junkyu dan Doyoung yang agak jauh dari alfajuli. Makanya dia jalan kaki, kalau ada begal tinggal dia keluarkan kemampuan karatenya.

Hah? Kate? Ayam kate? Gagaga :v

"Tapi, serem juga kalau jalan sendirian begini," gumam Jihoon mempercepat langkah.

Saat dia ingin berbelok ke jalan menuju rumahnya, dia melihat mobil Junkyu terparkir di pinggir jalan, mesinnya masih menyala.

Dia mengernyitkan keningnya, kenapa mobilnya ada di samping kebun jagung yang tinggi itu?

Firasatnya mendadak buruk, dia berlari ke arah mobil tak lupa tas belanjanya. Rupanya ada Doyoung di dalam, sedang bermain ponsel.

"Woi! Keluar lo!" Seru Jihoon menyuruh, mengetuk-ngetuk jendela mobil dengan keras. Doyoung sampai terkejut, membuka pintu mobil dengan segera.

"Apaan sih? Berisik!"

"Mana Junkyu? Kalian ngapain disini?"

"Kak Junkyu ke kebun, tadi gak sengaja liat orang jalan kesana-"

"Kenapa lo gak temenin dia hah?! Bego, kalau dia kenapa-napa gimana?!"

"Gue dilarang sama dia, makanya gue gak ikut!"

Aduh, Jihoon ini memancing keributan sekali. Padahal sudah malam loh... menganggu orang tidur saja.

"Aduh, si Junkyu kan matanya minus. Malem-malem begini mana bisa dia liat sekitar dengan jelas," gumam Jihoon khawatir.

"Kak Jihoon, perasaan gue kok gak enak ya..." ucap Doyoung sama khawatirnya, padahal awalnya biasa saja.

"Tuh kan! Ayo kesana, susul Junkyu. Semoga dia-"

Srak srak srak srak

Perkataan Jihoon terhenti. Suara gesekan daun terdengar, seperti langkah yang terseret. Dia menatap Doyoung yang entah sejak kapan memegang obeng untuk berjaga-jaga.

Tenang, Junkyu itu selalu membawa kotak perkakas di mobilnya supaya saat mogok atau apapun itu tidak perlu panik. Bukan untuk hal lain kok.

"Ada yang gak beres," ucap Doyoung lalu berjalan ke kebun.

Namun baru dua langkah, ia berhenti. Nafasnya tercekat, obeng di tangannya jatuh bebas ke tanah. Jihoon mematung, terkejut melihatnya.

Dari dalam kebun, Junkyu berjalan terseok-seok, menyeret kakinya sekuat tenaga. Mulutnya robek hingga ke pipi, kaos putihnya ternodai warna merah, terdapat bekas tusukan di perutnya, mengeluarkan darah yang cukup banyak. Sebelum akhirnya, dia ambruk ke tanah, dan kelopak matanya menutup sempurna.

That Day | Treasure ✓ [TELAH TERBIT)Where stories live. Discover now