ˋ5ˊ

18.9K 6.2K 3.9K
                                    

Junghwan mengayuh sepedanya santai, menikmati sejuknya udara pagi sembari menuju rumah Asahi untuk berolahraga bersama sesuai janjinya tadi malam.

Tadinya dia ingin mengajak Yedam, tapi Yedam beralasan ada janji dengan teman kampusnya. Tumben sekali, biasanya Yedam sering bersepeda di pagi hari.

Junghwan merasa, sikap Yedam berubah sejak hari itu. Ah tidak, tidak hanya Yedam, tapi beberapa dari mereka berdua belas.

Contohnya Yoshi, terkadang sikapnya berubah seperti orang yang berusia lebih muda umurnya dari Yoshi sendiri. Walaupun sama, tapi berbeda. Duh, bagaimana menjelaskannya ya, Junghwan bingung.

Setibanya di rumah Asahi, Junghwan memarkirkan sepedanya di depan gerbang. Kata Asahi malam tadi, masuk saja, tidak perlu menunggu sebab gerbang sudah dibuka kuncinya sejak subuh─ kebiasaan Asahi sejak lama.

Tapi jujur, Junghwan mencium aroma tak sedap, menyengat hidung sampai perutnya bergejolak seperti ingin memuntahkan isinya.

Awalnya Junghwan memilih acuh. Tapi setelah dipikirkan lagi, ada yang tidak beres. Mengapa? Asahi bukanlah orang yang suka bau aneh seperti ini, Asahi suka kebersihan.

Dan benar saja. Matanya melihat tubuh Asahi tergeletak menghadap tanah di halaman samping, kepalanya berlumuran darah, begitu juga tangga dan area sekitarnya.






























































Sirene polisi terdengar begitu nyaring, situasi di rumah Asahi cukup ramai dan menyayat hati. Asahi telah pergi dengan cara yang tidak seharusnya.

Yang paling syok adalah Jeongwoo. Kemarin dia menuduh Asahi, tapi apa? Asahi tiada malam tadi, polisi berkata dia dibunuh. Dan... kepalanya retak, seperti kepalanya yang terlebih dulu menyentuh tanah.

Setelah Junghwan mengabari teman-temannya di grup, Jeongwoo adalah orang pertama yang tiba, kedua Jaehyuk, dan ketiga Yoshi.

Polisi ditelpon oleh Jihoon, lebih tepatnya menghubungi pamannya terlebih dahulu.

"Haruto..." Jaehyuk mengepalkan kedua tangannya. "Ucapan lo kebukti, salah satu dari kita mati, dan gue semakin yakin pembunuhnya ada di antara kita."

"Apaan deh, gue kan asal ngomong," balas Haruto tak terima dicurigai seperti itu.

"Tapi Asahi meninggal!"

"Tenang! Suasana lagi berduka, gak baik bertengkar!" Tegur Hyunsuk tersulut emosi.

"Yang bunuh Yoonbin sama Asahi orangnya sama?" Tanya Yoshi merasa janggal.

"Entahlah, kak. Gak ada petunjuk ataupun bukti," jawab Junghwan lesu, duduk di sepedanya dengan perasaan bersalah. Andai saja dia jadi datang malam tadi, Asahi pasti baik-baik saja.

"Doyoung susul Jihoon ke rumah sakit bareng Mashiho. Dia juga kasih tau orang tua Asahi, katanya mereka bakal dateng siang nanti," jelas Yoshi membaca pesan di grup.

"Yedam sama Junkyu?" Tanya Hyunsuk.

"Yedam lagi ketemu temen kampusnya, Junkyu di rumah, masih tidur katanya. Biasalah."

Jeongwoo mengernyit tak suka. "Bisa-bisanya dia tidur disaat temennya meninggal? Seenggaknya dateng gitu."

"Siapa bilang gue gak dateng?"

Dari arah gerbang, Junkyu berjalan masuk sambil menepuk jaket kulit hitamnya yang terkena debu. Dia hampiri teman-temannya, melewati polisi yang sibuk bertugas memeriksa lokasi kejadian.

"Doyoung bilang lo gak dateng hari ini, katanya tidur," ucap Yoshi menunjukkan isi chatnya.

"Ck, itu anak harus dikasih pelajaran kayaknya..." gumam Junkyu kesal, lalu membuang muka.

Sayangnya, Jaehyuk mendengar itu. "Apa lo bilang? Pelajaran? Lo mau ngapain?!"

Junkyu tersentak, mendengus tak suka. "Bukan urusan lo."

"Jangan-jangan lo yang bunuh Asahi!" Tuduh Jaehyuk lantang, membuat para polisi menoleh ke arahnya.

"Jae, sabar!" Hyunsuk berusaha meredam emosinya, jangan sampai meledak disini, bisa memperkeruh suasana. "Kyu, gue mau tanya satu hal sama lo."

"Apa?"

"Semalem Doyoung keluar rumah?"

"Gak tuh, dia di kamar belajar biologi."

Hyunsuk mengernyit, beralih pada Haruto. "Lo... bohong?"

"Gak ada yang bisa dipercaya disini, kak," sahut Junghwan mulai jengah melihat perdebatan. "Kalian diem, berdoa untuk temen kalian, stop berantem."

Junkyu menunjukkan smirknya. "Bagus, makasih Hwan. Lain kali, lebih cepet ya."

"Lo ada gangguan jiwa?" Tuding Haruto tiba-tiba.

"Mulut lo minta dirobek ya?" Desis Junkyu dengan mata mengkilat marah.

"Udah! Jangan berantem!" Lerai Hyunsuk menengahi. "Gue setuju sama usul Jihoon kemarin, gue bakal cari pelakunya!"

Jeongwoo mendelik. "Kak, bahaya! Lo bisa jadi target selanjutnya, apalagi lo bilang secara terang-terangan begitu."

"Kenapa? Takut ketahuan?"

"Maksud lo apa?!"

"Gimana ya, gue curiga sama Haruto perihal darah tadi malem dan gue curiga sama lo... karena lo curiga sama Asahi kemarin, dan Asahi meninggal. Asahi itu tau banyak, gue udah duga kalau dia bakal dibunuh malam ini."

"Woah, penjelasan lo bagus juga," puji Junkyu bertepuk tangan. "Gue tanya satu hal. Lo tau dari mana Asahi tau banyak? Lo tau gak, Asahi kasih banyak info ke gue loh, otomatis baru gue doang yang tau."

Hyunsuk menyeringai.



































"Asahi beneran kasih tau lo, atau lo cuma mengada-ngada?"







































































"Kak, apa kata om lo?" Tanya Doyoung tiba di rumah sakit bersama Mashiho.

Jihoon menoleh dengan ekspresi tak biasa, rahangnya mengeras. "Di rumah Asahi ada cctv, semuanya kerekam."

"Siapa pelakunya?" Tanya Mashiho mendesak.

"Mukanya gak keliatan karena cctv ada di belakang. Dia pake topi, badannya tinggi. Tapi..." Jihoon menatap Doyoung, menarik kerah bajunya. "Pelakunya mirip Junkyu... lo pasti tau sesuatu kan?"
















Menurutku orang yang
bunuh Yoonbin dan Asahi
cukup jelas loh :D

That Day | Treasure ✓ [TELAH TERBIT)Where stories live. Discover now