Punishment

775 63 26
                                    

Katsuki menatap horor layar ponsel yang ada di tangannya. Tadi ia benar-benar masih shock menyadari kebodohannya yang mengunggah foto lehernya yang penuh kissmark di akun Twibird miliknya, alih-alih mengunggahnya di akun privatnya. Parahnya, karena kebodohannya itu, kini sang kekasih mengetahui apa yang ia lakukan di belakang sang kekasih. Dan sekarang di layar ponselnya terlihat jelas pesan dari kekasih aslinya bahwa kekasihnya itu akan pergi ke apartemen Katsuki.

“Ada apa, hmm?” Katsuki tersentak kaget ketika seseorang tiba-tiba memeluk tubuhnya dari belakang.

“Lepas!” seru Katsuki menyikut perut seseorang di belakangnya itu.

“Ck! Ada masalah apa? Sedari tadi kau sibuk dengan ponselmu. Kau tahu aku masih merindukanmu!” tukas orang itu.

Katsuki lantas berdiri dari ranjangnya dan segera mengambil asal baju atasan yang berserakan di lantai kamarnya. Pemuda lain yang masih tidur di ranjang hanya menatap Katsuki heran.

“Mau ke mana?” tanya pemuda itu.

Katsuki menatap tajam pemuda yang masih bersantai di atas ranjangnya. “Kau yang akan ke mana!” tukas Katsuki. “Sekarang, kau bangun! Dan cepat keluar dari apartemenku!” tukas Katsuki.

Si pemuda lain mengernyit, “kau mengusirku?” tanyanya.

Katsuki mendengus jengkel, ia telah selesai memakai baju, ia hanya perlu memakai baju karena sejak tadi ia masih memakai celana. “Shoto dalam perjalanan ke sini! Sekarang lebih baik kau pergi sebelum dia sampai!” seru Katsuki.

“Ho ho, jadi kau takut ketahuan?” tanya si pemuda lain.

“Dabi bodoh! Dia sudah tahu!” tukas Katsuki jengkel.

Dabi—pemuda tadi—mengernyit mendengar penuturan Katsuki. “Bagaimana bisa adik bodohku itu tahu?” tanya Dabi.

“Itu... aku tidak sengaja mengunggah foto ini di Twibird milikku,” ucap Katsuki menunjukkan layar ponselnya pada Dabi.

Dabi—nama sebenarnya Todoroki Touya, kakak Todoroki Shoto, namun lebih suka dipanggil Dabi—tertawa keras mendengar penuturan Katsuki. Ia tidak menyangka Katsuki bisa melakukan hal bodoh juga.

“Jadi, sekarang Shoto dalam perjalanan ke sini?” tanya Dabi.

Katsuki mengangguk, “maka dari itu! Cepat bangun dan pergi dari sini!” tukas Katsuki lantas menarik tangan Dabi agar bangun dari ranjang.
Dabi menurut, ia kemudian bangun dari ranjang menuruti Katsuki. “Hubungi aku jika terjadi sesuatu,” ucap Dabi. Ia berjalan mendekati Katsuki, memberikan kecupan kecil di kening Katsuki sebelum mengambil ponselnya.

Katsuki mengikuti Dabi dari belakang. Jantungnya rasanya seperti ditarik keluar dari tubuhnya saat mereka membuka pintu apartemen Katsuki, Todoroki Shoto sudah berdiri di depan pintu.

“Sho—”

“Yo, adikku!” Dabi menyapa Shoto. Seringaian dari bibirnya tidak lupa ia pamerkan. Shoto yang melihat kakaknya itu hanya bisa diam menatap tajam Dabi.

“Pergi dari sini!” usir Shoto.

Ha’i, ha'i! Jangan terlalu keras padanya, oke!” Dabi menepuk pelan pundak Shoto sebelum berlalu meninggalkan mereka berdua.

Katsuki sendiri masih diam di tempatnya, tidak tahu harus berbuat apa.

“Masuk!” suara Shoto yang terdengar dingin menusuk indra pendengaran Katsuki. Katsuki mendongak menatap wajah Shoto, namun itu adalah tindakan yang salah. Katsuki bisa melihat tatapan tajam Shoto yang menusuk ke arahnya.

“Masuk!” suara Shoto kembali menyadarkan Katsuki. Ia segera berbalik dan berjalan masuk lebih dalam ke apartemennya, meninggalkan Shoto yang kemudian ikut masuk ke apartemen Katsuki setelah mengunci pintunya.



///


Katsuki menjerit tertahan ketika berkali-kali penis Shoto menghantam titik kenikmatannya. Entah sudah berapa kali Katsuki mencapai puncak pelepasannya namun Shoto sama sekali tidak berhenti. Shoto terus menerus menggagahi Katsuki tanpa peduli dengan Katsuki yang memohon untuk berhenti. Bahkan tidak peduli ketika Katsuki menangis.

Amarah yang selama ini ia pendam meledak. Shoto melampiaskannya dengan menggagahi Katsuki secara kasar.

“Sejak kapan kau berhubungan dengan kakakku, hmm?” tanya Shoto. Ia merendahkan dirinya, berbisik tepat di telinga Katsuki tanpa menghentikan aktivitasnya di bawah sana. Sesekali Shoto juga menjilat dan menggigit cuping telinga Katsuki.

“Aahh—ahh-du-du—” Katsuki tidak bisa menjawab. Hanya desahan yang bisa ia keluarkan.

“Du-du apa, hah!”

“AHHNN!” Katsuki berteriak. Tubuhnya melengkung ke atas ketika Shoto menyodokkan penisnya terlalu dalam.

Kepala Katsuki terasa pening, air matanya sudah mengalir sedari tadi, dagunya juga lelah terbuka sejak tadi. Telinganya sudah tuli dengan suara desahan miliknya sendiri.

“Jawab yang benar!” tukas Shoto menampar bongkahan bokong Katsuki yang terlihat kenyal. Suara tamparan keras terdengar menggema dalam kamar yang mereka gunakan.
Katsuki masih menangis. Kenikmatan bertubi-tubi yang sedari tadi Shoto berikan membuatnya keenakan, namun juga ketakutan.

“Ssstt... jangan menangis,” bisik Shoto mengelus pelan pipi Katsuki yang dipenuhi bekas air mata. “Katakan padaku, sejak kapan kau berhubungan dengan kakakku!” tukas Shoto.

Katsuki sesenggukan, berusaha menenangkan dirinya sendiri sebelum menggeleng kecil. “Du-dua bulan. Ta-tapi aku tidak pernah melakukan seks dengan Dabi! Setiap kali kami akan melakukannya, aku selalu berhenti,” ucap Katsuki.

Shoto terdiam. “Lalu ini apa?” tanya Shoto melingkarkan tangannya pada leher Katsuki. Sedikit tekanan saja bisa membuat Katsuki tercekik.

“Dabi setuju untuk tidak melakukan seks, sebagai gantinya dia memberi tanda di beberapa tempat,” jawab Katsuki. “Aku juga tidak tahu dia memberikan kissmark yang banyak dan jelas sekali di leherku,” sambung Katsuki terengah.

“Kau tahu, aku tidak suka jika orang lain menyentuhmu!” tukas Shoto. Katsuki hanya bisa mengangguk.

“AAAHH—Sho—Sho-ti, sa-sakit, ahhh—!” Katsuki mendesah juga menangis ketika tiba-tiba Shoto menggigit bagian leher dan pundaknya. Setelah puas, Shoto menjauhkan wajahnya dari leher dan pundak Katsuki. Ia menyeringai lebar ketika bekas kissmark yang sebelumnya kini terganti dengan bekas bitemark darinya.

“Aku akan memberikan hukuman lain untukmu karena sudah berani-beraninya selingkuh di belakangku dan membiarkan pria lain menyentuhmu!” bisik Shoto.

Shoto tiba-tiba merubah posisinya. Katsuki menjerit kaget. Kini giliran Shoto yang berbaring dan Katsuki berada di atasnya.

Punggung Katsuki kembali melengkung, dengan posisinya saat ini, penis Shoto terasa bisa menyentuh bagian terdalam tubuhnya.

“Ayo bergerak!” perintah Shoto kembali menampar bongkahan bokong Katsuki.

Rasanya Katsuki ingin menangis lagi. Ia sudah sangat lelah, namun Shoto memaksanya untuk bergerak sendiri. Dengan kedua tangan yang bertumpu pada perut Shoto dan sisa tenaga yang ada, Katsuki mulai menaik-turunkan tubuhnya. Sensasi penis Shoto yang keluar-masuk tubuhnya membuat Katsuki merasakan nikmat yang luar biasa.

“Jangan berhenti!” Satu tamparan di bokong kembali mendarat membuat Katsuki terkejut. Tanpa sadar ia kembali mengeluarkan sperma dari ujung penisnya. “You cum just because I slapped your butt, huh?” tanya Shoto terdengar mengejek.

Katsuki sudah benar-benar lemas. Beberapa kali mendapat pelepasan membuatnya lelah.
“Lelah, hmm?” tanya Shoto. Katsuki mengangguk kecil.

Shoto merubah posisinya lagi. Sekarang menjadi Shoto duduk dan Katsuki berada di pangkuannya. Tentu saja dengan penis Shoto yang masih tertanam di dalam Katsuki.

Shoto membimbing kedua tangan Katsuki melingkar di lehernya. Setelah itu tanpa peringatan Shoto menyodok Katsuki secara cepat dan kasar. Katsuki mendesah hebat, kedua tangannya reflek mengeratkan pelukannya pada leher Shoto. Kedua tangan Shoto yang mencengkram pinggul Katsuki jelas akan menimbulkan bekas nantinya.

Gerakan Shoto semakin cepat. Desahan Katsuki yang semakin menjadi membuat Shoto semakin menjadi pula. Desahan yang hanya keluar dari bibir Katsuki ketika mereka sedang bercinta.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 21, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

TodoBaku CollectionWhere stories live. Discover now