001. Her smile

387 47 10
                                    

Pagi itu di musin gugur yang berangin gadis bermata hijau duduk ditaman memandangi daun - daun yang gugur. Rambutnya tak lagi tebal seperti dulu, kesehatannya tak lagi baik, badannya sering kali melemas, terkadang tanpa diduga darah kental akan mengalir dari hidungnya. Itu sudah dilewatinya selama dua tahun dengan segala pengobatan yang ada.

Kini umurnya delapan belas tahun, gadis cantik kelahiran Kanada itu menelisik setiap sudut taman rumah sakit yang sudah seperti rumah kedua baginya. Kenapa tidak? Setiap seminggu lima kali dia harus kerumah sakit untuk melakukan pengobatan.

Mata hijaunya sedikit tertarik melihat pria yang tengah memainkan gitar disudut taman. Pria itu punya rambut sedikit ikal dengan gitar hitam mengkilatnya. Samar gadis itu mendengar alunan lagu Imagination dari Shawn mendes salah satu penyanyi yang juga berasal dari Kanada.

Badannya bergerak kiri kekanan senada dengan irama musik yang mengalun, matanya memejam nyaman. Seperti mendukung, alam ikut memberikan angin pelan yang segar, rambut tipisnya yang ditutupi kupluk abu - abu bergerak searah angin.

Matanya perlahan membuka saat tak lagi mendengar alunan musik, pria tadi sudah tidak ditempatnya. Tapi gadis itu beranjak dari duduknya mengarah ketempat pria tadi. Tas gitarnya tertinggal. Ia buru - buru mengambilnya dan kembali berdiri tegap.

Bibir ranumnya tersenyum melihat pria tadi yang tengah berjalan kearah parkiran motor.

"Hai" sapanya dari jauh. Ia tak bisa terlalu berlari karna keadaan yang tidak memungkinkan.

"HEI!" teriaknya lagi. Kali ini pria itu membalikan badan dengan wajah terheran - heran "Ada yang bisa aku bantu?" tanyanya berjalan mendekat ke gadis itu.

"Ini, tas gitarmu tertinggal"

"Owh my bad, thank you" pria itu tersenyum dan memasukan gitarnya kedalam tas.

"Eum, boleh aku tahu nama mu?" tanyanya pelan menyodorkan tangan untuk berkenalan.

"Anael tearney, kau bisa panggil aku Anna, El atau senyamanmu" jawabnya tersenyum manis.

"Aku Finn wolfhard, bagaimana jika aku memanggil mu El?"

"Sure, why not?"

"Itu hidungmu" tunjuk Finn ke arah hidung El yang mengeluarkan darah segar. El mengusap hidungnya dengan telapak tangan dan ternyum lagi "Tak apa ini sudah biasa"

"Kau yakin?" tanya Finn memastikan keadaan gadis didepannya, sebenarnya dia tidak kelihatan baik - baik saja, badannya kurus, wajah dan kulitnya sangat pucat, bibir pinknya sedikit pecah entah karena kering atau tidak.

"EL?" El langsung membalik kan badannya kala indra pendengarannya menangkap suara wanita dikenalnya.

"Oh ibuku sudah mencari, daa" El melambai singkat lalu berjalan pelan kearah ibunya.

Finn melihat punggung El yang berjalan jauh. walaupun memakai kupluk rambut tipisnya masih bisa terlihat, syal merahnya juga sangat tebal jika untuk dipakai disore hari. Tapi senyum Finn mengembang ketika mengingat senyum manis El. Senyum yang terlihat rapuh tapi bersemangat, entahla finn sendiri tak bisa mendeskripsikannya.

El dan ibunya naik kelantai tiga dimana ruangan dokter spesialis berada. Kakinya melangkah masuk kedalam ruangan yang penuh dengan alat - alat digital yang El sendiri tak tahu namanya padahal seharusnya El sudah berteman baik dengan alat - alat itu.

"Sore El" sapa Smith. Dokter yang kira - kira berusia empat puluh lima tahun dan sudah mengobati el selama setahun belakangan. Perlahan El membaringkan badannya diatas kasur, lalu smith memasukan kepala el kedalam jaring - jaring.

𝑯𝒆𝒂𝒗𝒆𝒏 ❛𝐅𝐢𝐧𝐧 𝐰𝐨𝐥𝐟𝐡𝐚𝐫𝐝 (S1) Where stories live. Discover now