Ch.17

10.3K 1.5K 20
                                    

Tara POV

Satu minggu setelah kejadian itu..
Hari-hariku semakin sibuk. Elisha mendatangkan orang-orang yang akan memberikan pelajaran bagi bangsawan. Di mulai dari guru etiket, musik, dansa, sejarah, matematika, dan lain sebagainya.

Sepertinya aku melakukannya dengan baik. Mungkin saja. Hari ini aku mulai dengan pelajaran dansa.

"Nona, tegakkan kepala anda. Jangan kaku, yang lebih anggun lagi nona. 1 2 3.. nona, jika anda seperti itu, anda akan menginjak kaki pasangan dansa anda karena tidak mengikuti irama."

'ini sulit!'

Nyonya Marien menghela nafas. "Cukup sampai di sini nona. Kita akhiri pelajaran hari ini" Ujarnya. Aku berhenti dan menunduk pada guruku itu.

"Terima kasih madam marie-" sebelum aku menyelesaikan ucapanku, nyonya Marien sudah melangkah pergi dan mengabaikanku. Samar-samar aku mendengar ucapannya.

"Sia-sia saja aku mengajar. Iblis itu bahkan tidak mampu melakukan hal dasar. Membuang waktuku saja.". Gerutunya pelan. Dia keluar dari ruangan.

Aku menghela nafas. Menatap luar jendela.

'sepertinya aku butuh udara segar.'

Okey, kita lupakan ini. Ayo kita ke taman.

Sampai di taman...

"Taman memang yang terbaik!" Ujarku girang berbaring di rerumputan hijau bawah pohon. Angin bertiup sepoi-sepoi menggerakkan anak rambutku. Daun saling bergesekan terkena angin. Segar.

Ini sangat menyenangkan. Aku bolos pelajaran matematika. Sungguh. Aku sedang tidak ingin melakukan apa pun sekarang.

"Nona! Ternyata anda di sini?" Ujar seorang perempuan yang datang bersama satu orang lain. Usianya tiga tahun lebih tua dariku. Dia Nuri. Pelayan pribadiku. Dan yang di sebelahnya itu...

"Apa anda akan membolos lagi?" Lise, dia pelayan pribadiku yang ke dua, usianya lima tahun lebih tua dariku. Dia yang paling cerewet.

"Kalian datang? Aku sudah menunggu kalian. Kemari-lah, kita bersantai di sini."

"Tapi nona, bagaimana dengan pelajaran dari tuan Vorn?" Ujar Nuri cemas.

Aku langsung datar mendengar itu. Itu merusak suasana santaiku. Aku menghela nafas.

"Katakan pada tuan Vorn, aku izin karena tidak enak badan."

Alasan klasik bukan? Ya begitulah.

Lise menghela nafas. "Baiklah, akan saya sampaikan."

"Itu tidak perlu, karena saya sudah mendengarnya." Seorang pria mendekat kemari. Dia tuan Vorn. Guru matematikaku, sekaligus anak kedua dari keluarga count Teres yang ada di bawah kepemimpinan Leonel dan.. teman dekat kakakku Leonhard. Aku berdecak pelan dan merubah posisiku menjadi duduk.

"Kenapa kakak kemari? Bukankah ini cukup, me.re.pot.kan untuk kakak?"

"Nona! Apa yang anda ucapkan itu tidak sopan." Ujar Lise menasehati ku.

"Haha... Tidak apa-apa, saya sudah terbiasa dengan ini. Apa boleh saya bicara berdua dengan nona?" Ujar Vorn.

Lise dan Nuri saling pandang. Dan akhirnya mengangguk pergi meninggalkan ku dan Vorn berdua.

Aku tidak suka situasi ini. Sejujurnya aku tidak menyukai Vorn. Karena...

"Jadi kenapa kau tidak ingin menemui ku adik manis? Apa aku menyeramkan untukmu?" Ujarnya sambil mencubit pipiku.

"Aww! Inwi swakwit swialan! Lwepwas!" Dia melepaskan cubitannya. Inilah yang tidak aku suka. Dia menyembunyikan sikapnya ini dari semua orang. Saat dihadapan orang lain, dia sangat berkarisma dan saat dia bersama denganku, dia bersikap seperti Erik.

Heroin Of Emores 【END - TERBIT】Where stories live. Discover now