BAB 4

735 46 4
                                    

Satu-satunya alasan Hugo membutuhkan istri hanya dalam nama adalah karena ia memiliki anak (anak yang lahir di luar nikah). Merupakan hal yang lumrah untuk menemukan hadirnya anak-anak yang lahir secara tidak sah diantara kalangan para bangsawan, tetapi untuk kasus sang Duke ini agak berbeda. Dirinya ingin sang anak itu yang akan menjadi penerusnya. 

Xenon adalah negara yang ramah terhadap anak-anak tidak sah. Selama anak tersebut terdaftar ke dalam daftar keluarga, mereka akan diperlakukan dengan adil dan memiliki hak yang sama dengan anak-anak dari istri sah. Namun, untuk mendaftarkan anak, kedua orang tua harus setuju. Menurut ingatan Lucia, Duke tidak memiliki anak lagi dengan istrinya. Alasan kenapa mereka tidak memiliki anak tidak diketahui, entah itu karena mereka tidak dapat memiliki anak atau mungkin karena tidak ingin memiliki anak, tetapi sepertinya kemungkinan yang terakhirlah kebenarannya. 

“Saya tidak menaruh mata-mata diantara orang-orang Yang Mulia.”

Bagi Duke kata-katanya menggelikan. Seorang mata-mata? Putri ke-16 belaka? Jika hal seperti itu benar terjadi orang-orang yang bertanggung jawab atas keamanan perlu membayar dengan nyawa mereka di pagi harinya. 

“Bahkan jika Anda telah menempatkan mata-mata, itu bukan masalah. Lanjutkan.”

Lucia merasa gelisah karena dia pikir Hugo akan mendesaknya untuk sebuah penjelasan tentang semua informasi yang Lucia miliki tentang pria tersebut. Namun, jawabannya sangat tenang. Sebenarnya, Hugo tampak geli sebentar. Lucia menatapnya dengan mata aneh; dia bertingkah begitu berbeda dari terakhir kali Lucia melihatnya. Dia ternyata sangat sabar dan lembut. Memang benar bahwa seseorang tidak pernah bisa menilai karakter orang lain dengan hanya sekali bertemu. Sebuah harapan kecil muncul dalam dirinya; mungkin Lucia akan bisa menyampaikan pesannya kepada Hugo. 

“Ah iya. Seperti yang saya katakan … Jika Anda ingin membiarkan anak Anda menjadi penerusn Anda, Yang Mulia harus menikah.”

“Jadi. Putri, apakah Anda menyiratkan bahwa saya harus menikah dengan Anda? “

“…Iya.”

Hugo tertawa pelan.

“Bukan rahasia lagi saya punya anak. Ini adalah informasi yang mudah didapatkan hanya dengan sedikit usaha. Kecuali Anda mencoba merahasiakan fakta itu?”

“Tidak! Saya tidak berusaha mengancam Yang Mulia. Saya tidak berani berpikir seperti itu. Seperti yang telah saya katakan, saya di sini untuk mengusulkan kontrak. Saya ingin menunjukkan kepada Anda manfaat yang bisa Anda dapatkan dengan menikahi saya.”

Dia menatap kosong pada Lucia dan membuka mulutnya.

“Apa itu? Apa keuntungan yang akan saya dapatkan dengan menikahimu, Putri?”

Nada suaranya datar dan formal.

“Saya tidak punya saudara. Jadi tidak perlu bagi Yang Mulia merepotkan diri Anda dengan hal-hal ini. Status saya di keluarga kerajaan sangat rendah sebagai putri ke-16, jadi Anda tidak perlu membebani diri dengan mahar yang mahal. Tapi karena saya seorang putri, saya pikir itu akan lebih menarik daripada seorang bangsawan tanpa nama dari suatu tempat. Meskipun saya pikir Yang Mulia tidak peduli dengan masalah kecil seperti itu. Saya tidak akan pernah mengganggu kehidupan pribadi Anda. Anda dapat bermain sampai sepuas hati Anda, tidak, Anda dapat menjalani hidup Anda dengan cara yang sama seperti yang selama ini Anda jalani. Jika Anda mau, kita bahkan dapat mengatur waktu untuk perceraian di masa depan.”

Hugo mendengarkan dengan tenang, tetapi ekspresinya aneh.

“Oh, terakhir. Saya tidak akan menjadi penghalang bagi anak Yang Mulia. Soalnya, saya tidak bisa hamil.”

Hugo menghela nafas panjang. Dia harus tutup mulut karena dia merasa sangat tidak nyaman saat ini. Saat ini, ekspresi ini adalah yang paling sering Duke tampikan.

Lucia Taran (END)Where stories live. Discover now