dua

1K 206 9
                                    

Manor sangat besar.

Melihatnya dari luar memang sudah kelihatan, tapi begitu berjalan mengelilingi setiap kamar membuat Y/N makin menyadarinya. Setelah beberapa saat, Y/N menyerah untuk mencoba mengingat dimana dia dan hanya berharap semoga hantu Draco Malfoy tidak mengendap-endap mencoba membunuhnya.

Draco sangat sering kelupaan bahwa Y/N harus menggunakan pintu.

Lebih dari sekali, dia hanya melayang menembus dinding ke satu ruangan, lalu Y/N harus berteriak meneriakinya untuk menunggunya. Lalu Draco akan kembali, melayang di dekat kepalanya dan meringis, lalu komplen sembarangan tentang batasan para orang yang masih hidup.

Jelas, keluarga Draco adalah keluarga kaya. Furnitur di tempat ini, meskipun kuno dan dipenuhi sarang laba-laba, penuh hiasan dan merupakan kualitas terbaik; hanya orang dengan uang banyak yang bisa beli. Saat Draco menuntun Y/N ke ruangan dengan wallpaper hijau zamrud dan dipenuhi potret lukisan besar, Y/N benar-benar terkesiap. Frame yang mengelilingi potret lukisan didekorasi dengan warna hijau zamrud dan hiasan silver, Y/N lihat ada huruf 'M' besar disetiap lukisan. Y/N asumsikan itu semua adalah peninggalan keluarga.

"Para Malfoy selalu menyombongkan garis keturunan," jelas Draco, melayang ke salah satu tepi ruangan dan menatap potret raksasa di dekat jendela. "Kami adalah bajingan."

"Kami? Kau juga berarti?" Y/N bertanya, mengikuti gerakan Draco setiap dia melayang, masih merengut menatap potret dan melirik potret disampingnya.

"Oh ya," kata Draco pelan. "Kenapa lagi kau pikir aku masih disini?"

Y/N memanyunkan bibir seraya berfikir, karena jelas dia tidak tahu kenapa Draco masih disini. Bukannya Y/N juga faham bagaimana cara kerja kematian, dan dia pastinya tidak tahu cara kerja hantu, karena dia juga baru menemukan bahwa mereka benar-benar ada hari ini (meski sebagian hatinya masih berharap bahwa ini semua adalah mimpi aneh yang terlalu detail). Y/N masih memikirkan bagaimana dia harus menata pertanyaannya, atau apa seharusnya dia tidak usah bertanya sekalian – lagipula, Y/N tidak tahu etiket tentang batasan personal dengan hantu – saat perhatiannya teralih pada potret yang sedang Draco lihat.

Itu adalah potret lukisannya, dan agaknya terlihat seumuran. Draco di lukisan duduk di kursi bersandaran tinggi, kursi emas – yang mana kelihatannya memang jadi style lukisan semua potret di ruangan ini – dan dia memegang tongkat dengan pegangan berbentuk kepala ular. Sebuah cincin dengan puncak berinisial 'M' melingkar di jarinya, dan dia memandang ke depan dengan senyum tipis di wajah.

"Well," kata Y/N pelan, "Kau menua dengan baik."

Draco mendengus. "Aku tahu kau bercanda, tapi rasanya aku harus menekankan lagi kalau aku tidak menua. Aku membeku." Dia memandang potretnya sendiri cukup lama, masih dengan kerutan tipis di dahi. "Draco Malfoy yang kau lihat di lukisan itu sekitar dua bulan sebelum aku meninggal, jadi hampir seumuran, sebetulnya."

Mata Y/N beralih untuk memperhatikan Draco, melayang disampingnya.

Saat Draco menoleh ke lukisan, Y/N menyadari bahwa dia hampir terlihat transparan. Y/N bisa melihat menembusnya sampai ke dinding di belakangnya. Tapi kemudian saat Draco kembali menoleh menatapnya, dia terlihat lebih solid lagi. Semua ini terasa sangat keren dan aneh, Y/N harap cara dia melongo setiap menatap Draco tidak menyinggung. Sekali lagi, demi menjaga agar tidak terlalu lama menatap, Y/N menolehkan tatapan ke potret sebelum kembali menolehkan tatapannya pada hantu Draco. "Berbeda, sih," Y/N memutuskan.

"Oh ya? Bagaimana begitu?" Draco mengangkat alis.

Y/N kembali melihat ke potretnya lebih lama lalu kembali menatap Draco saat dia sudah menemukan perbedaannya. "Matamu," Y/N berkata pelan. "Matamu lebih dingin saat di potret. Senyum itu juga kelihatan kejam."

Draco berkedip. "Really?" adalah satu-satunya yang ia katakan, matanya menatap Y/N.

Draco banyak melakukan itu, Y/N baru menyadari. Dia banyak melihatnya seksama begitu. Y/N memutuskan bahwa itu karena fakta bahwa Draco tidak pernah melihat siapapun sejak lama sekali, tapi tetap saja, tatapan itu membuatnya jadi gugup karena terlalu intense.

"Apa-apaan juga dengan semua ini?" tanya Y/N, mengitari sekitar ruangan. "Apa kau bangsawan, atau semacamnya? Karena itukah keluargamu membuat semua ini?"

"Kami berdarah biru, ya," jawab Draco, matanya teralih ke potret di samping potret miliknya.

Y/N mengikuti tatapan Draco, dan dia mendapati potret dua orang yang tidak salah lagi adalah orang tua Draco. Dia mewarisi mata kelabu ayahnya dan juga rambut platinanya, alis dan tulang pipi dia dapat dari ibunya. "Ibu dan ayahmu?" Y/N bertanya, melangkah mendekat untuk ikut memperhatikan potret mereka. Mereka juga, tersenyum tanpa ketulusan, Y/N mencoba untuk tidak merinding mendapat tatapan dingin dari mereka.

"Ya." Suara Draco terdengar tercekik.

"Apa boleh aku tanya apa yang terjadi pada mereka?"

"Mereka meninggal sesaat setelah aku mati," Draco menjawab, akhirnya balik menatap Y/N dengan cahaya penuh ketertarikan di matanya, Y/N memutuskan mungkin tatapan itu berarti kesedihan. "Sama seperti aku mati."

"Oh," kata Y/N, dengan suara kecil. "Aku minta maaf. Aku tidak bermaksud untuk mengungkit ..."

Draco hanya tertawa kecil. "Aku punya banyak waktu untuk berhenti menyesali itu."

"Jadi – er – apa yang membunuhmu, kalau begitu?"

Bibir Draco berkedut, membuat Y/N tahu bahwa dia tidak terlalu menyinggungnya. "Racun."

Rahang Y/N terjatuh. "Racun? Seseorang meracunimu?"

Draco mengangguk, matanya berputar sedikit melihat keterkejutan Y/N. "Sudah kubilang kami para Malfoy itu bajingan. Keluarga bangsawan lain juga sama. Kita mengadakan banyak pesta makan malam, kau tahu."

Y/N hanya menatap Draco lama, tercengang, sebelum dia kembali sadar dan menutup mulutnya. "Jadi kenapa mereka tidak disini juga, jadi hantu? Ibu dan ayahmu?"

"Mereka sudah menebus diri sebelum mereka meninggal, katanya," jawab Draco.

Y/N punya banyak sekali pertanyaan untuknya. Terlalu banyak. Dia ingin berhenti melontarkan pertanyaan, tapi seberapa sering coba kesempatan seperti ini datang? Tapi tiba-tiba Draco melayang sampai hampir menyentuh langit-langit, matanya menunjukkan tatapan jahil. "Aku punya ruangan lain untuk ditunjukkan yang tidak menyedihkan," katanya dengan seringai lebar, menjentikkan jari.

Y/N merasa kakinya mulai terangkat dari lantai, membuatnya menendang-nendang sedikit, tapi hanya berhasil menggeser badan kesamping. "Hey! Draco! Hey, turunkan aku! Aku sudah bilang padamu aku ingin jalan kaki!"

"Sayang sekali," ujarnya, matanya berkilatan. "Kamu terlalu lambat, dan ruangannya ada jauh di sisi lain mansion, jadi mending kamu tutup mulut dan biarkan aku membawamu kesana dengan cepat."

"Kau bajingan – " Y/N berkata kesal, sementara dia terus melayang semakin tinggi, tapi dia menghentikan ungkapan hinaannya untuk mencicit kecil karena ketakutan saat Y/N sadar dia hampir melayang setinggi Draco.

Draco hanya menonton dengan sangat terhibur dan kembali menjentikkan jari, dan Y/N kembali mengeluarkan kesiap saat dia merasa dorongan tak terlihat menariknya maju ke sepanjang koridor. Dia melayang cepat di udara, meski sekarang Y/n sudah bisa melayang tegap. "Draco Malfoy!" seru Y/N. "Aku tidak peduli kalau kau pangeran saat kau hidup, turunkan aku segera!"

"Dasar mahluk hidup," Y/N dengar Draco berkata. Draco melewatinya dan ikut melayang santai menyalip Y/N, melayang mundur, terlihat sangat santai dan juga terlihat sangat senang dengan dirinya sendiri. "Selalu bawel karena hal-hal kecil. Kau akan berterimakasih padaku kalau kita sudah sampai sana."

"Tidak kalau aku terjatuh dan mematahkan leherku!" Y/N bersikeras, melirik ke bawah dan langsung menyesalinya begitu menyadari seberapa cepat ia bergerak dan beberapa tinggi ia melayang. Y/N terkesiap lagi dan menutup mata.

"Oh, santuy," kata Draco, suaranya dekat sekarang.

Y/N mengintip dari balik jemarinya dan mendapati Draco menatapnya dengan tatapan intens, kali ini hanya berjarak beberapa inci dari wajahnya. Saat Draco kembali bicara, suaranya terdengar mengejek tapi juga terdengar lebih lembut, dia juga bersinar lebih terang lagi. "Seakan aku akan membiarkanmu terjatuh."

INCORPOREAL ✔Where stories live. Discover now